Lucia terpaku saat melihat pemandangan di depannya. Di balik hutan yang gelap, ada bangunan tua dengan arsitektur ala tahun 70-an yang terhalang rumput halaman setinggi lutut kaki.
Saat pertama kali datang ke kota ini, dia pernah mendengar rumor tentang rumah vampir yang berada di tengah hutan. Mereka mengatakan bahwa rumah itu bangunan lama yang tidak terawat dan siapapun yang memasuki halaman itu tidak akan pernah kembali.
"Ada apa?" tanya pria di depan Lucia, itu adalah pria yang tadi menyelamatkannya. Dia terlihat bingung karena Lucia berhenti mengikutinya.
"Apa kamu vampir?"
Pria itu terdiam sesaat lalu terkekeh pelan. "Bukan. Aku setan."
Lucia menatapnya sebentar lalu mengangguk. "Bagus kalau begitu," ucapnya lalu berjalan mendekat. "Setidaknya kamu bukan hantu."
"Kamu tinggal di sini?" tanya Lucia tanpa menyadari tatapan tajam dan seringai di sudut bibir pria di sampingnya.
"Begitulah."
"Setan!" Saat pria tadi membuka pintu, terdengar suara teriakan panik diikuti derap langkah kaki yang terburu-buru.
Wajah Lucia memucat saat melihat isi bangunan tersebut. Desain modern, peralatan canggih, tempat ini... uh, kamu memang tidak boleh menilai sesuatu dari sampulnya. Tetapi yang paling penting, tempat ini dipenuhi pria!
Lucia melangkahkan mundur tanpa sadar lalu melirik pria di sampingnya dan seorang pria yang muncul dari tangga bawah tanah.
"Setan, ada masalah! Markas di negara...," ucapan pria itu terhenti saat matanya bertemu dengan tatapan dingin pria di depannya.
Lucia menatap pria itu hati-hati. Rambut merah darah, iris mata cokelat tua, bibir tipis, dan yang menarik adalah tindik di telinga, hidung, bibir, dan lidah; dan beberapa tato di leher, lengan. Lucia yakin bahwa dibalik pakaian pria itu, masih ada banyak tato yang tersembunyi.
"Ah, dari mana kamu mendapatkan gadis ini?" tanya pria itu saat matanya tak sengaja bertemu dengan mata Lucia.
"Halo, gadis! Namaku Pierre. Siapa namamu?" tanya pria tersebut sambil tersenyum lebar.
Lucia semakin mundur. Pria ini... berbahaya!
Setan memberi Pierre tatapan membunuh saat melihat penolakan halus Lucia.
"Apa yang salah?" Pierre merasa buruk dengan reaksi kedua orang yang ada di depannya.
"Panggil Ace," ucap Setan lalu segera menendangnya pergi jauh.
Pierre menyentuh tubuhnya yang terasa remuk karena tendangan Setan. Apa salahku? Aku jelas-jelas hanya ingin menyapa gadis itu, oke?!
"Setan, ada masalah apa?" tanya seorang pria sawo matang dengan rambut cokelat sebahu dan mata biru yang dingin yang kebetulan lewat dan sepertinya tidak sengaja mendengar percakapan mereka.
"Bukan masalah," ucap Setan sambil menarik Lucia mendekat. "Dia Junior Keempat."
"Ah, bukankah hanya ada kami bertiga? Sejak kapan dia jadi yang keempat?" tanya Peirre yang baru datang dengan seorang pria.
Lucia diam-diam mengamati pria itu, fitur wajah halus dan mata yang hangat. Pria itu terlihat seperti pria baik-baik yang normal.
"Halo, Little Junior." Pria itu melambaikan tangan saat melihat Lucia. "Aku Ivan, Senior Ketiga-mu."
Ace mengangguk mengerti. "Ace, Senior Pertama."
"Hei, hei, kalian belum menjawab pertanyaanku! Sejak kapan dia menjadi Junior Keempat? Kenapa aku tidak tahu?!" Peirre terlihat kesal.
Setan melirik jam dinding. "Sejak hari ini, jam 8.52 malam."
Peirre dan yang lainnya ikut melirik jam. "..." Hei, ini jam 8.53 malam.
Hening sejenak sebelum Peirre akhirnya memutuskan untuk membuka mulut. "Hai, aku Senior Kedua."
Lucia terlihat tidak memperhatikan sekelilingnya, sibuk dengan pikiran sendiri. "..." Sejak kapan aku menjadi Junior Keempat? Apa ini perguruan bela diri?
"Namanya Lucia." Setan yang melihat Lucia masih kebingungan membantu menjawab.
Setan melirik Ace yang langsung dibalas dengan anggukan pria itu.
"Lucia, ikuti aku," ucap Ace lalu melangkah menuruni tangga bawah tanah.
Lucia tidak mendengarkan ucapan Ace, hilang dalam pemikirannya sendiri. Dia tidak merasa pernah memberi tahu Setan ini tentang namanya. Bagaimana dia tahu?
"Ada apa? Ayo, kita jalan-jalan!" ucap Peirre sambil merangkul Lucia.
Detik berikutnya, Peirre terdorong dan merasakan moncong pistol yang dingin menempel di kepalanya. Itu terlalu cepat! Dia bahkan belum sempat bereaksi karena terlalu terkejut!
"Jangan menyentuhku!" desis Lucia dingin.
Suasana canggung seketika. Semua orang menatap Lucia dengan berbagai macam tatapan, agak terkejut dengan kecepatan gerak gadis itu.
"Um, Lucia, aku akan menemanimu. Aku jamin tidak akan ada yang berani menyakitimu," ucap Ivan sambil mengulurkan tangannya.
Lucia ragu sejenak sebelum mengangguk dan meraih tangan Ivan.
Peirre mendengus saat melihat siluet Ivan dan Lucia yang menjauh. "Huh, aku jamin tidak akan ada yang berani menyakitimu? Dia jelas adalah orang yang paling lemah diantara kita!"
Ace tak menyahut dan menatap Lucia dengan tatapan rumit.
"Pergi bersama mereka!" perintah Setan sebelum pergi entah kemana.
Peirre mendengus tak senang tapi masih mengikuti perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]
Romance"Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Jadi, bayar aku... dengan tubuhmu." Lucia: "..." "Nona, apa kamu yang menyelamatkanku? Kalau begitu, biarkan aku membayar dengan tubuhku." Lucia: "!!!" *** Lucia dibuang oleh keluarganya, ditinggalkan kekasihnya , d...