25

4.6K 196 29
                                    

"Jangan pedulikan dia. Pria itu hanya orang acak." Lucia berkata dengan ceroboh.

"Tapi..." Bagaimana dia bisa menjadi orang acak?! Itu Sean, orang kaya yang eksentrik semacam itu bahkan lebih sulit ditemui dibandingkan kaisar!

"Dimana orang yang kita cari? Kenapa dia belum datang juga?" tanya Lucia tak sabar.

Arthur diam-diam memahami bahwa Lucia enggan membicarakannya sehingga mengalihkan arah pembicaraan. "Entahlah. Seharusnya dia datang sebentar lagi."

Lucia mendengus dingin. "Menyebalkan," gumamnya. "Aku bosan di sini."

Arthur memaklumi sikap Lucia yang tidak sabaran. Acara ini emang tidak berguna dan hanya menjadi ajang bagi orang-orang untuk memamerkan kekayaannya.

Tapi sebagai salah satu orang di lingkaran ini, dia masih harus membaur dengan mereka. Jadi, Arthur mulai berkeliling untuk berbicara dengan beberapa orang sambil sesekali mengawasi Lucia yang duduk di pojokan, sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Ini pasti takdir."

Lucia mengangkat kepalanya saat mendengar suara yang terdengar begitu dekat dengannya.

Wajahnya benar-benar datar saat melihat orang di hadapannya.

"Ah, begitukah? Kalau begitu, itu berarti aku yang membuat takdir." Lucia menjawab sambil tersenyum lemah.

Pria itu tak menyahut dan hanya mengambil tempat duduk di samping Lucia. Dia adalah Dimas dengan nama keluarga Maera, orang yang sejak tadi ditunggu Lucia.

"Kita belum membicarakan masalah waktu itu dengan baik. Jadi, nona..."

"Ah, ya! Maafkan aku karena tidak bersikap dengan sopan hari itu," potong Lucia. Dia tahu apa yang akan pria ini katakan dan dia tidak mau mendengarnya. "Itu kesalahpahaman. Aku tidak benar-benar bermaksud menyelamatkanmu. Hanya saja, kamu mengingatkanku pada seseorang."

"Oh?"

Lucia mengangguk yakin.

"Tapi aku tidak perduli. Bagaimanapun juga aku harus membayarmu dengan tubuhku," ucap Dimas dengan nada mantap.

"..." Lucia menatap bodoh pria di sampingnya. Kenapa kamu terlihat begitu bersemangat di saat kamu akan mengorbankan dirimu?

"Terima kasih. Aku tidak membutuhkannya," ucap Lucia setelah beberapa saat.

"Apa kamu yakin?" tanya Dimas memprovokasi.

Lucia mengangguk.

"Aku akan memberimu kesempatan. Pikirkan baik-baik," ucap Dimas sebelum pergi.

"..." Aku benar-benar tidak. Kenapa kamu memaksaku begitu keras?

"Bagaimana?" tanya Arthur yang sudah tiba di samping Lucia.

Sejak Dimas datang, dia sudah mengawasi interaksi mereka berdua dari kejauhan. Berharap Lucia bisa menyelesaikan masalah ini dengan lancar.

"Misi gagal," ucap Lucia dengan nada datar.

"..."

"Dia ingin menjual tubuhnya padaku."

"..."

"Aku tidak butuh tubuhnya."

"Apa kamu mengatakan itu padanya?"

"Ya."

"..." Apa kamu tahu berapa banyak wanita yang berusaha melemparkan tubuh mereka ke ranjangnya?!

"Lalu apa yang dia lakukan?" tanya Arthur cemas.

"Dia pergi."

"..." Tentu saja. Kamu sudah melukai harga dirinya!

Arthur menghela napas berat sebelum menarik Lucia pergi. "Ayo, kita pulang."

Lucia mengangguk senang. Ini yang dia harapkan sejak tadi.

Arthur menatap Lucia sebentar. Dengan sifat seperti ini, dia tidak tahu bagaimana gadis ini bisa melebarkan sayap di dunia bisnis.

"Apa yang salah?" tanya Lucia saat mendapatkan tatapan aneh dari Arthur.

Arthur menggeleng sebelum berjalan mendahului Lucia, tidak melihat senyum nakal di wajah Lucia.

Tak jauh dari mereka, seorang pria menatap Lucia dengan tatapan ambisius.

"Dimas!"

Pria itu mengalihkan pandangannya dan memberikan senyum formal ke arah gadis yang baru saja menghampirinya.

"Ayo, orang tuaku ingin bertemu denganmu."

Dimas mengangguk sebelum melirik sekilas ke arah tempat Lucia berdiri tadi. Sayangnya, gadis itu sudah menghilang entah kemana.

Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang