Empat belas menyerahkan koper ke tangan Lucia.
Lucia mengamati koper itu dengan hati-hati. Itu koper biasa, tidak dibungkus kertas kado, tidak ada tulisan apapun. Sean bukan orang normal, dia tidak akan melakukan hal-hal normal. Kalau dia melakukan hal yang normal, itu berarti tidak normal.
Dan koper ini... terlalu normal. Dia tiba-tiba memiliki firasat buruk!
"Buka!" perintah Sean.
Lucia mengamati wajah Sean diam-diam.
Wajah pria itu benar-benar serius. Lebih serius dibandingkan saat dia mengurusi masalah seratus juta dollarnya yang dibekukan pemerintah.
Lucia membuka koper itu dengan tatapan rumit, diam-diam khawatir tentang hadiahnya.
Ace dan Pierre tidak bisa tidak penasaran, diam-diam mengintip koper di tangan Lucia.
Saat Lucia melihat isi koper itu, dia tahu firasatnya tidak akan pernah salah. Dia mengalihkan pandangan ke arah Sean yang sedang mengerutkan kening.
"Lucy," panggil Sean dengan suara rendah.
Bulu kuduk Lucia berdiri saat mendengarnya.
"Jadi milikku."
Lucia terdiam. Ini jelas bukan pertanyaan, ini pernyataan. Pria ini terlalu arogan! Apa dia tidak ingin memberinya celah?!
"Apa kamu memberiku kesempatan untuk menolak?" tanya Lucia sambil tersenyum pahit. Matanya menatap cincin kecil dan halus yang ada di dalam kotak. Itu tembus pandang dan jelas terbuat dari berlian mahal.
"Apa kamu pikir aku akan memberimu?" Sean balik bertanya.
"Tentu saja tidak."
"Nah, kamu tahu sendiri."
"Aku tidak mau menjadi milikmu," ucap Lucia tegas.
"Kalau begitu jadi pacarku," sahut Sean.
"..." Lucia merasa bahwa kesabarannya habis. Dia membutuhkan ketenangan.
"Baiklah. Tetapi, jangan lupa perjanjian empat tahun lalu!" Lucia mengingatkan.
Sean mengangguk puas. "Sayangku, tenang saja! Aku pria yang menepati janji."
***
Ace menatap pria yang berjalan di depannya dengan tatapan dalam.
"Setan."
Sean menoleh.
"Aku tahu kamu tidak ingin melepaskannya. Jadi, kamu berusaha mengikatnya," ucap Ace mengungkapkan pandangannya.
Sean terkekeh pelan. "Jadi, apa masalahmu?"
"Lucia tidak semudah itu," ucap Ace. Gadis itu keras kepala dan EQ Setan terlalu rendah. Itu sebenarnya tidak cocok.
"Aku sudah kehilangan semuanya. Kali ini, aku tidak akan membiarkannya pergi begitu saja."
Ace menatap punggung Sean yang menjauh. Semua orang selalu takut dan menghormati Setan sebagai penguasa bawah tanah yang kejam, semua orang selalu berusaha menjilatinya karena dia pebisnis yang jenius. Mereka menganggap Setan hidup dengan baik dan bahagia. Tetapi, pada kenyataannya, Setan masih seorang anak kecil yang sendirian, hal-hal yang dia lakukan hanyalah salah satu bentuk pertahanan dirinya. Sebenarnya, Setan tidak seburuk itu... Oke, maksudku, dia memang seburuk itu. Tetapi, dia melindungi orang-orangnya dan tidak akan menyakiti mereka tanpa alasan.
"Apa yang kamu pikirkan?! Jangan hanya diam di situ! Kembali bekerja!" Sean menatap Ace tajam.
Ace mengangguk tapi dalam hatinya dia tidak tahu harus tertawa atau menangis. Orang ini benar-benar... menyebalkan!
Sean terus menatap punggung Ace yang menjauh hingga menghilang di tikungan sebelum mengambil ponselnya.
"Halo?"
"Singkirkan kiriman dari Ivan!" perintah Sean. "Jangan sampai gadis itu melihatnya!"
"Baik!"
"Dan satu hal lagi," tambah Sean. "Jangan biarkan Ivan kembali sampai besok!"
"Tapi misi dia seharusnya sudah selesai," ucap suara di ujung telepon ragu.
"Kenapa kamu begitu bodoh?!" bentak Setan tak sabar. "Beri dia misi lagi! Yang lebih sulit dan lebih jauh!"
"B-baik!"
Setan mendengus kesal lalu mematikan telepon. Dia memandangi sebentar layar ponselnya, itu gambar Lucia yang diambil tadi sebelum dia kembali.
"Kenapa kamu begitu memperhatikan pria itu, huh?" tanya Sean kesal. "Semakin kamu menyukainya, semakin aku akan membuatnya kesulitan."
Sean terdiam sesaat sebelum kembali menekan nomor panggilan.
"Halo, ada ap-"
"Aku ingin kembali ke Indonesia," sahut Setan, tidak memberikan orang di ujung telepon kesempatan untuk berbicara dan segera menutup panggilan.
"Sayangku, tunggu aku!" gumamnya pelan lalu bersenandung riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]
Romance"Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Jadi, bayar aku... dengan tubuhmu." Lucia: "..." "Nona, apa kamu yang menyelamatkanku? Kalau begitu, biarkan aku membayar dengan tubuhku." Lucia: "!!!" *** Lucia dibuang oleh keluarganya, ditinggalkan kekasihnya , d...