5

9.7K 353 2
                                    

Wajah Peirre suram saat memasuki kamar Lucia. Dengan lebam, bekas-bekas luka di wajahnya, dan kulitnya yang pucat, itu membuatnya terlihat seperti mayat berjalan.

Dia menatap ruangan yang padat dengan berbagai macam hidangan dengan yang paling mencolok adalah kue tart di tengah meja. Sebenarnya kamar Lucia cukup luas, seukuran apartemen tipe studio. Sayangnya, Lucia memiliki hobi mengkoleksi senjata api yang mana koleksi itu hampir memakan separuh ruangan sendiri.

"Little Junior, kenapa kamu tidak mengingatkanku kalau ini hari ini hari ulang tahunmu?! Kamu membuatku salah paham!! Untung saja, aku sudah menyiapkan hadiahmu sejak lama atau kamu tidak akan mendapatkan hadiah dariku tahun ini." Piere terus menggerutu sambil menyeret kotak berwarna pink cerah yang tingginya sebahu Lucia, mungkin sekitar satu setengah meter.

"Seandainya aku tahu lebih awal, aku tidak akan mencari masalah dengan Ace. Ah, wajah tampanku tidak akan terlihat bagus di kamera, sialan!"

Lucia menatap kotak kado Piere lekat-lekat, curiga kalau kotak itu berisi manusia seperti jebakan-jebakan yang pernah dia tonton di variety show.

"Berisik. Dimana senior pertama?" tanya Lucia tak sabar.

"Tidak tahu dan tidak mau tahu," sahut Peirre kesal.

Sudut bibir Lucia berkedut frustasi. Seniornya ini benar-benar kekanak-kanakan.

Peirre menatap Lucia dengan tatapan kecewa.

"Apa?"

"Little Junior, aku rasa kamu terlalu banyak bergaul dengan Setan," ucap Peirre sambil mengamati wajah Lucia yang ditutupi make up serba hitam. "Selera kecantikanmu menurun drastis, ah! Aku lebih suka wajah polosmu empat tahun yang lalu saat pertama kali kamu datang ke sini. Kenapa sekarang kamu menutupi wajahmu dengan sampah itu?"

"Ini penyamaran karena aku terlalu mempesona," timpal Lucia datar.

"Kamu..." Peirre tidak bisa berkata-kata dengan sikap tak tahu malu Lucia. Ah, kemana kelinci putih kecilku yang pemalu?!

Lucia sibuk memilih pakaiannya, tidak memperhatikan Peirre yang tenggelam dalam kesedihannya.

"Little Junior," panggil Pierre dengan mata berair.

"Apa kamu sakit?" tanya Lucia bingung.

Peirre menutupi wajahnya saat melihat Lucia yang sedang mencoba jaket kulit dengan paku di bahu dan punggungnya. "Sialan! Selera fashion-nya benar-benar merusak mataku!" gumamnya pelan.

"Ah, senior pertama!" sapa Lucia.

Ace mengangguk lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Peirre. "Kamu patah hati?" tanya Ace yang lebih terdengar seperti pernyataan saat melihat Peirre yang melamun.

Peirre tak menanggapi, hanya melirik Lucia.

"Jatuh cinta dengan Lucy?" tanya Ace lagi.

"Apa kau gila?!" Peirre melotot tak suka. Bagaimana dia bisa jatuh cinta? Setiap dia melihat wajah Lucia, dia merasa seperti sedang melihat hantu!!

Ace tak menghiraukan Peirre, mulai menyalakan lilin di atas kue ulang tahun.

"Apa kita tidak menunggu Sean?" tanya Lucia.

"Dia sedang membersihkan kekacauan di wilayah timur, tidak akan kembali sampai besok lusa," jawab Ace.

Lucia mengangguk pelan lalu menatap sekelilingnya. Hari ini hanya ada mereka bertiga; Ivan pergi ke luar negeri untuk misi sejak tahun kemarin dan Setan sedang sibuk. Rasanya sedikit sepi tapi dia masih bersyukur karena setidaknya dia masih memiliki teman untuk menghabiskan waktu di hari yang menyedihkan ini.

"Jangan sedih! Ivan mengirimimu hadiah, seseorang akan membawanya kemari," ucap Peirre seperti bisa membaca pikiran Lucia.

Lucia hanya tersenyum tipis.

"Ayo, tiup lilinnya!" ucap Peirre bersemangat.

"Little Junior, jangan lupa katakan harapanmu sebelum meniup lilin!"

"Ah, apa kamu membuat semua ini sendiri?"

"Little Junior, kamu bisa menjadi chef profesional!"

"Ah, enak sekali!"

"Little Junior, kau yang terbaik!"

Peirre terus berbicara dan hanya sesekali ditanggapi Lucia. Untuk Ace, dia terus menundukkan kepala, fokus makan.

"Hei, Ace! Katakan sesuatu!" ucap Peirre gemas.

Tangan Ace yang ingin mengambil kue terhenti. Dia mendesah sebelum akhirnya menatap mata Lucia.

"Lucy, semoga kamu bisa hidup dengan lebih baik. Jaga dirimu baik-baik. Selamat tinggal."

Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang