Bagaimana Arthur bisa tenang?
Dan seperti yang dia duga, Lucia berakhir dengan pulang dalam gendongannya dan tidak sadarkan diri.
Arthur melirik Lucia yang tidur di punggungnya lalu menidurkannya ke kasur. "Kamu berat," gumam Arthur.
Dia mengalihkan pandangan ke sepatu high heels-nya lalu melepasnya sambil menghembuskan napas lega. Ternyata menjadi wanita cantik tidak mudah. Di masa depan, dia pasti akan lebih mengapresiasi perjuangan mereka untuk menjadi cantik.
Dia menoleh sekilas ke Lucia yang tertidur pulas sebelum menutup pintu dan pergi ke kamarnya sendiri.
***
Pagi hari, Arthur yang sudah berdandan rapi dengan jas kerja menatap Lucia yang masih tertidur pulas. Dia menghela napas sebelum akhirnya memutuskan menggendong Lucia dan melemparkannya ke bak mandi.
"Arthur!"
Pagi itu juga, teriakan Lucia bergema di tempat tinggal mereka.
Di meja makan, Arthur duduk dengan posisi elegan sambil membaca koran.
Lucia yang masih menggigil kedinginan menatap Arthur dengan tatapan bermusuhan. "Kejam."
Arthur hanya menyunggingkan senyum tanpa dosa. "Siapa yang tadi malam mengatakan bahwa dia tahu batasan dirinya sendiri dan mabuk sampai tidak sadarkan diri?"
"Itu berbeda! Itu—"
Sebelum Lucia dapat berkilah. Arthur sudah menyajikan sup hangat di hadapannya. "Minum itu untuk mengurangi efeknya. Dua jam lagi kita pergi."
Lucia terkesiap sesaat sebelum mengangguk dan meminum supnya dengan penuh semangat.
***
Lucia membolak-balik dokumen di pangkuannya dengan serius. Arthur yang sedang menyetir mobil menghela napas berat saat melihatnya.
"Hei, berhenti bekerja. Kita sudah sampai," ucapnya beberapa saat kemudian.
Lucia mengangguk lalu berjalan keluar dengan elegan. Tapi wajahnya membeku saat melihat pemandangan di depannya.
"Gila," komentar Arthur saat mengikuti arah pandangan Lucia.
Di depan gedung yang hari ini akan diresmikan oleh Lucia, ada banyak karangan bunga dengan satu karangan bunga mawar merah yang paling menonjol karena berukuran lima kali lebih besar daripada yang biasanya. Jangan lupakan helikopter di atas gedung yang sejak Lucia datang belum berhenti menebarkan kelopak bunga mawar.
"Uh, Lucia, sepertinya kamu memiliki penggemar fanatik?" ucap Arthur ragu.
"..."
"Menurutmu, siapa ini?"
"..." Tindakan norak yang familiar ini... Aku rasa hanya Sean yang berani menggunakannya.
"Entah. Aku tidak tahu," ucap Lucia setelah lima detik.
Arthur mengangguk mengerti. "Itu normal untuk seorang pria menyatakan kekagumannya pada seorang gadis."
"..." Kakak, ini jelas tidak normal.
Mereka berdua melangkah masuk dengan mengabaikan kelopak bunga yang kadang menabrak wajah mereka.
"Ini... sedikit mengganggu."
"..." Kakak, ini jelas sangat mengganggu.
Dan seperti biasa, pemotongan pita untuk peresmian yang dilanjutkan basa-basi antar pengusaha. Selain itu juga ada beberapa sosialita dan artis yang datang karena tertarik dengan perusahaan perhiasan ini.
Lucia sudah muak tapi dia harus bertahan karena dia adalah tuan rumah.
"Nona?"
Lucia berbalik dan langsung merasa menyesal saat melihat pria yang berdiri di hadapannya.
"Tuan Dimas," sapa Lucia sopan. "Senang bisa bertemu denganmu lagi."
Dimas tersenyum kecil. "Ya, tapi sepertinya wajahmu tidak mengatakan hal yang sama."
"Ya, aku berbohong." Lucia tersenyum.
"Aku tahu itu."
Lucia hanya tersenyum.
"Bagaimana jawabanmu tentang tawaranku?" tanya Dimas langsung ke inti pembicaraan.
"Jawabanku tetap sama."
Dimas mengerutkan kening. "Kenapa?"
"Karena aku sudah memiliki seseorang yang kusuka."
"Siapa?" tanya Dimas serius.
"Kamu tidak perlu tahu."
"Apa pria itu adalah pria yang mengirimkan karangan bunga mawar dan menghujanimu dengan kelopak bunga tanpa henti?"
Raut wajah Lucia berubah aneh. Apa kamu serius? Aku pasti gila kalau bisa menyukainya.
Dimas mengangguk mengerti. "Kalau itu yang kamu inginkan, aku juga bisa melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]
Romance"Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Jadi, bayar aku... dengan tubuhmu." Lucia: "..." "Nona, apa kamu yang menyelamatkanku? Kalau begitu, biarkan aku membayar dengan tubuhku." Lucia: "!!!" *** Lucia dibuang oleh keluarganya, ditinggalkan kekasihnya , d...