4

12K 399 4
                                    

Ace, Pierre, dan Ivan ditinggalkan begitu saja di tempat itu. Bahkan, orang yang paling tidak peka diantara mereka, Pierre, mulai merasa ada yang tidak benar.

"Ada yang salah dengannya," ucap Pierre ragu. "Bukannya dia tidak terlalu menyukai perempuan?"

Ace dan Ivan saling bertatapan sebelum akhirnya memutuskan untuk mengikuti Setan, meninggalkan Pierre yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.

***

Waktu berlalu dan tidak terasa Lucia sudah menghabiskan hampir empat tahun di tempat itu.

Di area penembakan, Lucia sedang fokus mencoba senjata seri terbaru yang diberikan Pierre.

"Hei, hari ini kita ada misi di Indonesia," ucap seorang tentara yang sedang bercakap-cakap dengan teman di sampingnya.

Dorr!

Lucia mendesah saat melihat target tembakannya.

"Hei, apa yang salah denganmu?" tanya tentara tadi saat melihat Lucia. "Ini pertama kalinya aku melihatmu meleset dari target."

"Mood buruk," jawab Lucia singkat.

"Little Junior!" panggil seseorang dengan nada ceria.

Lucia tak begitu memperhatikan meskipun mendengarnya, masih fokus dengan permainannya.

"Hei, jangan mengabaikanku!" ucap Peirre sambil memanyunkan bibirnya.

"Jaga jarak tiga langkah atau mati," ucap Lucia memperingatkan membuat Peirre menyingkirkan ide untuk menariknya.

"Ayo, bermain!" ajak Peirre bersemangat.

"Apa?"

"Balap mobil! Hei, Louis bilang Ethan terus datang ke area untuk mencarimu. Sepertinya dia jatuh cinta denganmu."

"Sampah itu, aku tidak punya urusan dengannya," ucap Lucia dingin.

"Hei, hei, jangan terlalu kejam! Kamu sudah menggunakannya hanya untuk memenangkan taruhan. Setidaknya, berbaik hatilah kepadanya."

"Dia juga menggunakanku untuk taruhan."

"Ya! Ya! Itu benar! Sampah itu pantas mendapat mendapatkannya!" Peirre akhirnya menyetujui Lucia.

"Apa yang salah denganmu?" tanya Lucia saat melirik Pierre yang terlihat menyedihkan dengan lebam hampir di sekujur tubuh.

"Ace! Bajingan itu tiba-tiba menyerangku saat aku ingin keluar tadi malam!" ucap Peirre dengan mata yang berapi-api.

"Itu bagus. Kamu memang perlu diberi pelajaran." Lucia mengangguk puas.

Peirre mengedipkan matanya yang mulai berair. "Kenapa kamu begitu jahat?! Apa kamu tidak melihat kalau dia juga menghancurkan wajah tampanku? Ah, gadis-gadis tidak akan mau bermain denganku lagi!" Peirre terus berceloteh.

Sudut bibir Lucia bergetar saat mendengar celotehannya. "Akhir-akhir ini kota sedang dalam kondisi tidak stabil. Setan baru saja mengadakan pembersihan besar-besaran dan banyak geng yang mencoba mencari masalah dengan kita. Kalau kamu keluar markas sekarang, kamu tidak hanya dipukuli, mungkin saja kamu akan mati."

"Omong kosong! Tidak ada satu pun manusia yang bisa menyakitiku! Kalau aku mau, si bajingan Ace itu juga akan kalah melawanku! Huh, aku hanya menahan di..."

"Ada apa?" tanya Peirre waspada saat melihat tatapan penuh makna Lucia. Uh, adegan ini terasa tidak asing. Lucia pernah menatapnya seperti itu saat Ace... Tunggu!

Peirre buru-buru berlari tapi sudah terlambat. Kerah bajunya diangkat tinggi-tinggi oleh seseorang.

"Uh, Ace, aku tidak bermaksud unt..."

"Ah, jadi, sebenarnya kamu bisa mengalahkanku? Dan kamu hanya menahan diri?"

"Tidak! Tidak! Kamu pasti salah dengar!" Peirre buru-buru mengelak.

Kilatan membunuh muncul di mata Ace. "Begitukah? Aku juga mendengar seseorang menyebutku bajingan..."

Peirre tertawa kikuk. "Benarkah? Aku tidak tahu siapa yang bajingan."

Lucia mendesah, diam-diam mengasihani Peirre yang masih berkilah meski sudah tertangkap basah.

Pada akhirnya, Peirre dipukuli sampai keunguan dan ditinggalkan begitu saja di dekat pintu masuk area, menjadi tontonan orang-orang yang lewat.

"Berhati-hatilah saat ingin bergosip," nasehat Lucia.

"Bajingan!" umpat Peirre pelan.

Lucia menggeleng pelan. "Bersihkan lukamu segera dan jangan lupa datang ke kamarku nanti malam!" ucap Lucia mengingatkan.

"Kamarmu? Ada apa?" tanya Peirre dengan wajah memerah.

Lucia mendengus dingin. "Lebih baik segera bersihkan otakmu," sarannya sebelum pergi dengan terburu-buru.

"Kamar? Nanti malam? Ya Tuhan! Apa yang mau dia lakukan?!" gumam Peirre dengan wajah yang semakin memerah. "Sialan! Little Junior, kamu benar-benar agresif!"

Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang