"Kalian semua pergi! Pergi! Pergi! Aku ingin berbicara berdua." Pierre buru-buru mengusir gadis-gadisnya."Little Junior, aku merindukanmu!" ucapnya dengan mata penuh bintang.
Lucia memutar matanya malas. "Apa yang kamu lakukan di sini?"
Di sudut lain, Jasper dan Arthur menatap Lucia dan Pierre dengan rasa ingin tahu.
"Hei, gadis, apa kamu tahu siapa pria itu?" Jasper bertanya.
Arthur menggeleng pelan. Dia juga ingin tahu bagaimana Lucia bisa mengenal orang lain saat berada di bawah pengawasannya. Atau... apakah itu seorang teman dari luar negeri?
"Omong-omong, apa kamu benar-benar teman Missy?" Jasper menatap Arthur dengan tatapan menyelidik. "Aku rasa dia tidak pernah dekat dengan perempuan manapun. Setahuku dia hanya dekat dengan Arthur."
Diam-diam keringat dingin menetes di punggung Arthur.
Jasper mendekati Arthur. "Apa aku pernah melihatmu? Kamu tidak terlihat asing," ucap Jasper sambil memancarkan aura ganas.
"Ka... kamu pasti becanda," ucap Arthur dengan nada yang dibuat-buat.
Jasper memiringkan kepalanya, merasa ragu.
"A... aku akan menyusul Lucia." Arthur buru-buru melarikan diri.
Jasper menatap punggung Arthur dalam diam. Tetapi, jika seseorang memperhatikannya dengan cermat, mereka bisa melihat tawa dalam mata Jasper.
"Idiot," gumam Jasper lalu menyesap anggurnya.
Arthur buru-buru duduk di sebelah Lucia dengan gugup, sesekali mencuri pandang ke arah Jasper yang masih menatapnya.
"Uh, siapa ini?" Pierre menatap Arthur yang tiba-tiba datang dengan penuh tanda tanya.
"Hei, kenapa kamu tidak mengatakan padaku kalau kamu memiliki teman cantik?"tanya Pierre sambil menatap Arthur dari atas ke bawah.
Arthur baru saja akan memukulinya saat mendapatkan tatapan dari Lucia.
"Aku harus membicarakan sesuatu dengannya," ucap Lucia dengan serius. "Hanya berdua."
"Tapi..."
"Tolong?" potong Lucia.
Arthur hanya bisa menelan keluhannya dan berbalik pergi. Jasper melihat ini dan melambaikan tangan padanya.
"Kemarilah!"
Arthur membuang muka. Dia melihat ke sekelilingnya dan bulu kuduknya berdiri saat matanya bertemu dengan tatapan pria-pria yang menatapnya dengan penuh minat. Dia kembali melirik Jasper yang masih tersenyum dan menelan ludah dengan susah payah. Kematianku akhirnya datang...
Pierre berbisik pada Lucia. "Hei, kenapa kamu tidak mengenalkannya padaku? Dia terlihat cukup cantik."
Lucia menatap Pierre dengan tatapan misterius.
"Hei, apa ada?" Pierre merasa ada yang salah dengan tatapan Lucia.
Lucia menggeleng. "Jaga mulutmu itu," gumamnya rendah. "Kamu selalu mengundang maut saat menggunakannya."
"Huh?"
"Kenapa kamu di sini?" Lucia mengalihkan pembicaraannya.
"Ah, itu karena Setan. Dia ingin memindahkan markasnya ke sini." Pierre menatap Lucia dengan tatapan hati-hati. "Itu, hubunganmu dengan Setan..."
"Kami sudah putus," potong Lucia.
"Apa?! Ya Tuhan, ini berbahaya! Bagaimana kalau dia membunuhmu?! Dia terlihat seperti tipe orang yang akan mengatakan jika-aku-tidak-bisa-memilikimu-maka-tidak-ada-seorangpun-yang-bisa-memilikimu! Ah! Apa yang harus aku lakukan?! Little Junior, bagaimana keadaanmu? Apa kamu baik-baik saja?" Pierre menatap Lucia cemas.
Kalau saja Lucia bisa, dia ingin memukul kepala Pierre. Kepala pria ini pasti bermasalah...
Lucia mengabaikan kekhawatiran Pierre. "Apa Senior Pertama ada di sini?"
"Ya, tapi dia selalu pergi bersama Setan."
"Kemana?"
"Aku juga tidak tahu. Mungkin urusan bisnis?"
Lucia mengangguk mengerti.
"Little Junior, Setan..." Pierre menatap Lucia dengan tatapan menyedihkan.
"Apa tujuannya datang ke sini?" tanya Lucia pelan, membuatnya terdengar seperti dia bertanya pada dirinya sendiri.
"Entahlah. Awalnya, aku berpikir dia datang ke sini untuk mengejarmu. Tetapi, setelah beberapa detik, aku merasa bahwa itu sama sekali bukan gaya Setan," ucap Pierre.
"Tapi sekarang aku merasa bahwa dugaan pertamaku mungkin benar. Dia mengejarmu ke sini untuk membunuhmu! Ah! Junior-ku yang malang! Apa yang akan kamu lakukan?!"
Lucia menyentuh kepalanya yang sakit. "Sialan! Tidak bisakah kamu berhenti berbicara omong kosong?!"
Pierre dengan raut wajah tersakiti yang dilebih-lebihkan berkata, "Little Junior, aku hanya mengkhawatirkanmu."
"..." Senior, kamu begitu ekspresif. Aku terkesan.
"Baiklah. Aku pergi dulu," ucap Lucia.
"Hei, tunggu dulu! Tidakkah kamu ingin mengucapkan beberapa patah kata terakhirmu padaku? Bagaimana kalau nanti kamu terbunuh karena Setan saat keluar dari bar ini?"
Lucia berlalu pergi sambil mengacungkan jari tengahnya pada Pierre yang masih cemas.
Di lain sisi...
"Kamu cantik. Ya, meskipun Missy lebih cantik."
"Hm, kamu juga imut. Meskipun Missy lebih imut."
"Hei, tatap aku. Aku rasa aku jatuh cinta padamu."
"Jasper!" sentak Arthur kesal.
Jasper yang sejak tadi menggoda Arthur, tertawa terbahak-bahak.
"Astaga, kenapa kamu berdandan seperti ini? Aku pikir kamu salah satu pelacur baru di sini." Jasper melirik pria-pria yang sejak tadi menatap Arthur. "Aku rasa aku bisa menjualmu dengan harga tinggi."
"Apa kamu akan menjual barang palsu?" sahut gadis yang baru saja masuk.
"Missy, apa itu salah?" tanya Jasper bersemangat.
Lucia mengangguk. "Tentu saja, tidak. Asalkan pembeli tidak protes, itu baik-baik saja."
Jasper mengangguk paham.
Arthur yang sekali lagi mendapatkan bullying hanya bisa duduk di pojokan sambil mengasihani diri sendiri.
"Apa kamu mengenal pria itu?" Jasper bertanya saat melihat pria berambut merah yang menatap sekilas ke Lucia dengan tatapan menyedihkan sebelum berbalik pergi.
Lucia mengangguk.
"Apa yang kalian lakukan?" tanyanya sambil mendekatkan diri kepada Lucia.
Lucia tersenyum kecil. "Hanya reuni kecil."
Jasper mengangkat alisnya lalu menuangkan anggur ke gelas Lucia. "Ayo, minum yang banyak! Malam ini kita akan mabuk dan melupakan semuanya!"
Jasper dan Lucia bersulang.
"Lucia, jangan minum terlalu banyak! Kamu harus menghadiri pembukaan perusahaan baru besok pagi!"
"Kakak, tenang saja! Aku tahu batas diriku sendiri," ucap Lucia menenangkan lalu meminum anggur di gelasnya dengan sekali tegukan.
Arthur menatap Lucia dari samping dengan tatapan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]
Romance"Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Jadi, bayar aku... dengan tubuhmu." Lucia: "..." "Nona, apa kamu yang menyelamatkanku? Kalau begitu, biarkan aku membayar dengan tubuhku." Lucia: "!!!" *** Lucia dibuang oleh keluarganya, ditinggalkan kekasihnya , d...