21

2.9K 144 6
                                    

Wajah ayahnya terlihat gelap saat mendengar cerita Alissa. Karena Arthur berani membawa Lucia ke sini, itu berarti dia tidak hanya bermain-main dengannya. Lucia pasti tidak biasa bagi Arthur...

"Jangan menangis! Ini bukan salahmu!" Ibu segera memeluk Alissa. "Pelacur kecil itu pasti berusaha naik ke ranjang Arthur dan ingin mencari kesempatan untuk membuat masalah bagimu!"

Ayah yang ingin marah pada Alissa menjadi lemah saat melihat air mata Alissa. Dia mengangguk setuju. "Jangan takut padanya! Kami ada di sini mendukungmu."

Alissa menghapus air matanya sambil mengangguk. "Terima kasih, Ayah, Ibu."

"Perbaiki riasanmu, kita akan menyapa tamu-tamu yang lain," perintah ibunya.

Alissa mengangguk lalu pergi ke kamar mandi. Tak ada yang melihat senyum jahat di wajahnya ketika dia berbalik.

***

"Ada apa?" tanya Arthur saat melihat Lucia yang terdiam.

Lucia menggeleng. "Aku hanya merasakan firasat buruk," gumamnya.

Arthur tersenyum tipis. "Semuanya akan baik-baik saja asal kamu tetap di sampingku," ucapnya menenangkan. "Jangan sampai menghilang dari pandangan mataku."

Lucia mengangguk mengerti.

Orang-orang menatap Lucia dan Arthur sambil saling berbisik.

"Siapa gadis itu? Kenapa aku belum pernah melihatnya?"

"Entahlah. Tetapi, dia terlihat cukup cantik."

"Apa itu kekasihnya?"

"Mungkinkah dia dari keluarga tanpa status?"

"Tidak mungkin! Apa kamu tidak merasa bahwa dia memiliki aura yang tinggi?"

"Itu seperti bangsawan!"

Alissa yang baru keluar dari kamar kecil ketika dia mendengarkan seseorang yang memuji Lucia. Kuku-kukunya hampir menembus telapak tangannya karena menahan amarah.

"Alissa?"

Alissa buru-buru menutupi ekspresinya saat mendengar seseorang yang memanggilnya.

"Hana, ada apa?" Alissa tersenyum lembut saat melihat seorang gadis yang menatapnya ragu. Gadis pengganggu ini, apa yang dia lakukan di sini?!

Hana adalah teman masa kecilnya sekaligus anak rekan bisnis ayahnya. Sejak dulu selalu mengikutinya kemanapun dia pergi dan menganggapnya sebagai saudara. Sayangnya, meskipun Hana mudah digunakan, gadis ini terlalu bodoh dan dia tidak terlalu menyukainya karena sering menggagalkan rencananya secara tidak langsung.

"Aku melihat surat kabar beberapa hari yang lalu," ucap Hana pelan. "Apa itu benar?"

Alissa tertunduk sambil cemberut. Matanya yang bulat mulai berair. "Apa kamu tidak mempercayaiku?" tanyanya dengan nada tertahan. "Apa menurutmu aku akan melakukannya?"

Hana buru-buru menggeleng. "Bukan begitu! Tentu saja aku mempercayaimu," ucapnya gugup. Dia paling lemah saat melihat air mata orang lain. "Aku yakin kamu tidak akan melakukannya!"

"Begitukah?" tanya Alissa ragu.

"Tentu saja! Aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri. Jadi, aku tidak mungkin mencurigaimu," ucap Hana berusaha menjelaskan. "Apalagi kamu selalu bersikap baik kepada kakek. Pasti seseorang mencoba menjebak keluargamu!"

"Tapi... aku tidak pernah menyinggung siapapun. Kenapa ada orang yang mencoba menjebakku?" Alissa terisak.

"Kumohon, berhentilah menangis. Coba kamu ingat, apa akhir-akhir ini kamu memiliki konflik dengan orang lain?" Hana menatap Alissa penuh perhatian.

Tatapan Alissa jatuh ke Lucia yang sedang tertawa dengan Arthur dan matanya yang dipenuhi air mata berkelebat dengan niat jahat. Itu hanya sekilas sehingga Hana saja tidak bisa melihatnya.

"Itu.. sebenarnya, beberapa minggu yang lalu aku memiliki beberapa masalah dengan seseorang." Alissa berpura-pura gugup.

"Katakan padaku! Aku pasti akan mencari keadilan untukmu!" ucap Hana meyakinkan.

Alissa hanya menggeleng. "Tapi aku yakin dia tidak mungkin berusaha menjebakku," ucap Alissa yakin.

Hana menatap Alissa lembut. "Jangan begitu mudah mempercayai seseorang! Mungkin saja orang itu tidak sebaik yang terlihat!"

Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang