16

3.3K 162 0
                                    

"Lucia!" seru pria itu tak percaya.

Lucia mengangkat alisnya sambil tersenyum. Jika kamu memperhatikannya sedikit lebih teliti, kamu akan menyadari bahwa senyumnya tidak mencapai matanya.

"Sialan kau bajingan kecil! Aku mencarimu kemana-mana! Bagaimana kamu bisa ada di sini?!" Ethan langsung mengumpat dan menumpahkan unek-uneknya saat melihat Lucia yang berdiri di depannya. Aku bahkan mencoba memohon dan menyuap Pierre agar mau memberi tahunya lokasi wanita ini tapi pria itu begitu keras kepala. Bahkan berbalik memusuhinya tanpa sebab...

"Paman, apa dia belum menandatangani kontrak?" tanya Lucia pada sekertaris di sampingnya, tanpa menghiraukan Ethan yang menatapnya dengan mata berapi-api. Dahinya berkerut saat tadi mendengar kata 'calon' brand ambassador.

Sebelum sekertaris itu bisa menjawab, Ethan buru-buru mengambil pena dan menandatangani kontrak di atas meja tanpa melihat isinya sekilas pun.

Bahkan sekertaris terkejut hingga tak bisa berkata-kata karena perubahan mendadak sikap Ethan. Dia tahu atasannya begitu mengagumkan tapi apa ini tidak keterlaluan untuk mengubah pikiran lebih cepat daripada membalikkan telapak tangan?

"Sekarang beri tahu aku bagaimana kamu bisa sampai di sini," ucap Ethan dengan arogan.

"Urus sisanya untukku, aku ada keperluan," ucap Lucia pada sekertaris sebelum bergegas pergi.

Ethan tak percaya dengan Lucia yang tak meliriknya sekilas pun seperti menganggapnya sebagai udara. Hingga Lucia pergi, dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Tuan Ethan," panggil sekertaris itu hati-hati.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ethan merobek kontrak kerja di tangannya. "Beri aku kontrak yang baru."

Sekertaris itu benar-benar ingin menangis karena sikap semena-mena Ethan. Nona muda, bantu aku!

***

Lucia berjalan dengan tergesa-gesa mengingat kondisi kakeknya di rumah sakit yang semakin memburuk. Dia segera meminta seseorang mengantarnya ke rumah sakit.

"Sepupu," panggil Lucia saat sambungan teleponnya terhubung dengan seseorang.

"Lucia! Sepupu!" sapa suara manis seorang gadis. "Apa kamu sudah tahu kondisi kakek?"

Lucia berdeham.

"Sekarang kakek ada di rumah sakit keluarga Halim. Aku akan mengirimkan nomor ruangannya segera," jawab suara manis itu.

"Terima kasih, sepupu."

"Hmm."

"Ada apa?" tanya Lucia saat merasa bahwa gadis di seberang telepon ragu-ragu.

"Kakek terus memanggil namamu," ucapnya lirih. "Cepatlah kemari."
Lucia tersenyum tipis.

Lucia segera menuju ke ruangan dimana kakek dirawat setelah mendapatkan nomor kamar.

Wajah Alissa suram seketika saat melihat Lucia yang datang. Tetapi, dia buru-buru kembali ke penampilan teratai putih yang tidak bersalah dan menghampiri Lucia.

"Saudari, akhirnya kamu datang! Kakek tidak bisa berhenti mengkhawatirkanmu," ucap Alissa sambil berusaha meraih Lucia.

Lucia langsung menghindar dan menghampiri gadis remaja yang duduk di pojok ruangan, benar-benar mengabaikan Alissa.

"Lucia! Apa yang kamu lakukan di sini?!" seru seorang pria setengah baya yang tak lain adalah ayah Lucia sendiri.

Lucia tersenyum dingin. Melihat sikap pria ini padanya, dia tidak yakin kalau dia benar-benar ayah kandungnya.

Lucia tak menghiraukan tatapan jijik keluarganya dan mengalihkan pandangan ke arah gadis yang masih duduk di pojokan.

Gadis itu menatap Lucia penuh harap. "Sepupu, cepat lihat kakek! Dia terus memanggil namamu," ucapnya.

Lucia mengangguk.

"Lucia, berhenti di sana!" seru ayahnya.

"Kamu anak tidak tahu malu! Setelah menghilang begitu saja kamu datang untuk ikut mengambil bagian dalam warisan, hah?!" Wanita di samping ayahnya ikut berteriak marah.

Cahaya di mata Lucia meredup. Betapa bodohnya dia dulu mempercayai orang-orang ini. Mereka jelas tidak menganggapnya sebagai anggota keluarga. Apa pikiran mereka hanya dipenuhi dengan uang?

Lucia bergegas memasuki ruangan tanpa memperhatikan amarah orang-orang di belakangnya.

"Kakek!" panggil Lucia sambil mengusap tangan pria tua di hadapannya. Tubuhnya terlihat kurus dan lemah, wajahnya yang biasanya bersinar dan penuh vitalitas sekarang kuyu dan pucat.

Pemandangan ini sangat menyedihkan baginya.

Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang