Bulu kuduk Lucia berdiri saat membaca tulisan singkat itu. Dari sekian banyak cara, kenapa pria itu menggunakan cara paling absurd seperti ini?
"Lu-lucia, ini..."
Arthur yang sejak tadi terkejut baru menyadari bahwa tubuh mereka tertutupi serbuk berlian dan beberapa berlian seukuran koin yang keluar saat kotak dibuka.
"Uh, itu, maafkan aku," ucap Lucia.
"Tuan, aku harap kamu tidak keberatan." Lucia berbalik pada Dimas yang duduk di belakang.
"Tidak masalah. Hanya saja, kamu memiliki selera yang sedikit... unik?"
Lucia hampir menangis saat mendengar komentar Dimas. Tuan, aku tidak menyukai ini! Benar-benar tidak!
Dia menatap bayangan mereka di cermin yang ditutupi serbuk berlian dari ujung rambut hingga bawah. Ini... benar-benar gaya Sean.
Tiba-tiba ponsel Lucia berdering.
"Sepertinya ada pesan masuk," ucap Arthur saat melihat Lucia yang masih terpaku pada cermin.
Lucia berdecak sebelum membuka ponsel.
1 pesan
$: Sayangku, apa kamu siap?Lucia dengan jengkel mengetik: Tebak?
Dimas yang tanpa sengaja mengintip, menatap ponsel Lucia dengan tatapan gelap.
"Tuan Dimas, kita sudah sampai," ucap Arthur mengalihkan perhatian Dimas.
"Oh, terima kasih. Kalian bisa memanggilku dengan Dimas saja."
Arthur mengangguk mengerti tapi Lucia mengabaikan Dimas karena masih terfokus pada ponselnya.
Dimas merasa sedikit tidak senang karenanya. "Lucia," panggil Dimas dengan suara rendah.
Lucia mengalihkan perhatiannya dari ponsel dan menemukan wajah suram Dimas. Uh, apa yang salah? Aku hanya duduk diam di sini dan dia marah begitu saja?
"Tunggu aku! Aku akan mengejarmu dengan sungguh-sungguh!" ucap Dimas lalu berbalik pergi dengan gaya yang heroik.
"Dia terlihat menyukaimu," gumam Arthur.
"..." Wahai para pria,, tidak bisakah kalian membiarkanku hidup tenang?
***
Di dalam kantor Dimas, sudah ada seorang pria muda yang menunggu saat Dimas masuk.
"Adik kecil, bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan gadis itu?" tanya Adi, saudara Dimas, bersemangat.
"Uh, kenapa kamu terlihat bercahaya?" tanya Adi ragu saat melihat jas Dimas yang ditutupi serbuk kelap-kelip.
Wajah Dimas yang sudah suram sekarang ditambah dengan aura dingin yang mengintimidasi, membuatnya seakan berkata jaga-jarak-atau-aku-akan-membunuhmu.
Adi yang melihatnya langsung tahu jawabannya pasti tidak baik.
"Uh, apa mungkin gadis itu sedang bermain keras denganmu? Maksudku, siapa yang berani menolakmu?" ucap Adi menghibur.
"Dia bilang dia sudah mencintai seseorang."
"Omong kosong! Di negara ini, hanya aku yang bisa melebihi dirimu! Uh, tunggu! Jangan bilang kalau gadis itu menyukaiku?!"
Dimas menatap Adi tajam. "Jangan melebih-lebihkan dirimu sendiri."
"Uh, jadi, siapa?"
Dimas hanya diam sambil memainkan serbuk berlian yang masih tersisa di jasnya. "Dimana tempat penghasil berlian terbaik?" tanyanya kemudian.
"Negara Z," jawab Adi yang masih tidak mengerti.
Dimas mengangguk. "Cari informasi tentang pria dari negara Z dengan inisial $."
"$?"
"Itu orang yang dia sukai."
"Uh, itu terdengar agak norak tapi oke. Apa yang ingin kamu lakukan dengannya?"
Dimas tak menjawab dan hanya tersenyum ambigu.
Adi langsung mengerti bahwa adiknya pasti memiliki rencana sendiri. Jadi, dia hanya perlu memenuhi keinginan adiknya dan menonton drama dari samping.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Dimas tiba-tiba. "Tidakkah kamu harus bekerja?"
Adi menyeringai, membuat kerutan di dahi Dimas semakin dalam.
"Pergi."
Adi cemberut. "Aku saudaramu! Jangan menjadi begitu jahat!"
Dimas hanya menatapnya dengan tatapan dingin.
Adi mendengus. "Baiklah! Baiklah! Aku pergi."
"Jangan sampai merugikan dirimu sendiri," ucap Adi sebelum menutup pintu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]
Romantizm"Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Jadi, bayar aku... dengan tubuhmu." Lucia: "..." "Nona, apa kamu yang menyelamatkanku? Kalau begitu, biarkan aku membayar dengan tubuhku." Lucia: "!!!" *** Lucia dibuang oleh keluarganya, ditinggalkan kekasihnya , d...