"Sepupu mengatakan supaya aku tidak terlalu dekat dengannya," ucap Bianca lirih.
"Itu bagus. Akan lebih baik kalau kamu menghindari gadis desa itu di masa depan," ucap ayah Bianca sambil mengangguk puas.
Ayah Lucia memerah karena marah. Lucia merupakan masalah sensitif yang selalu mengganjal di hatinya.
Dia akan lebih bersyukur apabila gadis itu tidak kembali ke keluarga dan mempermalukannya seperti ini. Sayangnya, orang tua itu bersikeras membawanya kembali.
***
"Dimana?"
Lucia terdiam sesaat ketika mendengar pertanyaan Arthur dari ujung telepon. Dia menatap sekelilingnya bingung. Tempat ini tidak ramai maupun sepi dengan standar estetika kelas tinggi. Ini terlihat seperti tempat kelas atas tapi... "Aku...tidak tahu."
Arthur menghela napas sebelum mematikan sambungan telepon. Dia langsung mencari lokasi Lucia dengan alat pelacak yang sudah dia pasang. Gadis ini selalu tersesat karena buta arah. Kalau dia tidak memasang alat pelacak, dia khawatir gadis itu akan menjadi gelandangan di pinggir jalan.
"Broadhill Street?" gumam Arthur saat melihat lokasi Lucia. Apa yang dia lakukan hingga bisa sampai ke tempat itu?
Di sisi lain, Lucia yang tersesat terlihat menikmati perjalanannya. Langkahnya semakin bersemangat saat melihat taman yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Tidak buruk," gumam Lucia saat memandangi danau buatan di depannya.
Omong-omong soal danau, Lucia jadi teringat Setan. Pria arogan itu sebenarnya takut air dan tidak bisa berenang... Bahkan, dalam mimpinya sekalipun, dia tidak pernah bisa membayangkannya.
Tiba-tiba terlihat gelembung udara yang muncul dari dalam danau saat Lucia sedang melamun. Lucia buru-buru menggelengkan kepalanya. "Uh, aku pasti terlalu memikirkannya. Tidak semua orang selalu tenggelam seperti Se-"
Byurr!!
Lucia langsung menyelam ke dalam danau saat melihat gelembung udara yang muncul semakin banyak.
Dia hampir ingin mengumpat saat melihat seorang pria yang sudah tidak sadarkan diri. Bagaimana bisa pria jaman sekarang begitu lemah?!
Menyampingkan kekesalannya, Lucia segera menarik pria itu ke atas dan memberinya pertolongan. Jadi, pada saat Arthur datang untuk menjemputnya, dia melihat pemandangan Lucia yang mencium seorang pria di bawahnya. Itu benar-benar membutakan matanya!
Lucia mendesah lega saat merasa bahwa pria di bawahnya mulai bernapas normal. Tetapi segera dia merasa sedang diawasi oleh seseorang. Dia menoleh dan melihat Arthur yang berdiri kaku seperti patung di balik semak-semak.
"K-Kakak," panggil Lucia yang ingin mengeluarkan air mata. Situasi ini cukup canggung...
"Apa kamu berusaha membunuhnya?" tanya Arthur di luar harapan Lucia.
"Aku tahu kamu membenci pria tampan tapi dia masih merupakan makhluk hidup." Arthur menatap pria asing yang masih terbaring dengan tatapan penuh simpati.
Wajah Lucia menggelap saat mendengarnya. Dia tidak begitu tidak berperasaan, oke?! "Aku menyelamatkannya!" seru Lucia tak terima.
Arthur menatap Lucia ragu. "Kamu tidak perlu berbohong. Aku tidak akan menceritakan soal ini kepada orang lain."
Lucia langsung menendang Arthur tanpa basa-basi. Pria ini perlu diberi pelajaran!
"Oke, oke, aku akan berpura-pura tahu kamu tidak berbohong." Arthur berkata dengan terburu-buru. Bagaimanapun juga, tendangan Lucia ini lebih dari menyakitkan!
Saat Lucia ingin memberi Arthur sedikit pelajaran, dia mendengar suara terbatuk-batuk dari belakangnya.
"Akhirnya kamu sadar," gumam Lucia yang masih agak kesal.
Pria itu menatap Lucia linglung. "Apa kamu yang menyelamatkanku?"
Lucia mengangguk tak perduli.
"Kalau begitu, Nona, biarkan aku membayarmu," ucapnya serius.
"Aku tidak butuh uang. Terima kasih," ucap Lucia sambil berjalan pergi.
"Tidak. Nona, biarkan aku membayarmu dengan tubuhku," ucap pria itu masih dengan tatapan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]
Lãng mạn"Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Jadi, bayar aku... dengan tubuhmu." Lucia: "..." "Nona, apa kamu yang menyelamatkanku? Kalau begitu, biarkan aku membayar dengan tubuhku." Lucia: "!!!" *** Lucia dibuang oleh keluarganya, ditinggalkan kekasihnya , d...