Alissa terlihat khawatir saat melihat Lucia dan Arthur yang berbalik pergi. Dia menggoyang-goyangkan tangan Dewa cemas. "Dewa, apa kamu mau membiarkan kakakku kesulitan begitu saja? Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengannya?"
Pelayan-pelayan toko yang sejak tadi menonton menatap Alissa jijik. Bagaimana bisa ada orang yang tak tahu malu seperti itu?! Tidak akan ada yang terjadi dengan gadis itu karena ada Tuan Arthur!
Siapa yang tidak mengenal Arthur? Pria yang selalu dihormati bawahannya karena dikenal sebagai orang yang bersih dan senang membantu tanpa pandang bulu. Perilaku hormat mereka hampir mencapai titik dimana mereka bisa memujanya.
Alissa menggigit bibirnya kuat-kuat. Bagaimana bisa Lucia mengenal orang seperti itu?! Ini tidak bisa dibiarkan!
"Tuan Arthur, kemana kalian akan pergi?" tanya Alissa yang buru-buru mengejar Lucia dan Arthur.
"Apa urusanmu?" Arthur menatap Alissa dingin.
Dewa yang melihat itu merasa tidak senang. Dia menghormati Arthur karena kekuatannya tapi dia tidak bisa membiarkan pria itu menggertak kekasihnya seperti itu!
"Tuan Arthur, bersikaplah yang sopan terhadap kekasihku. Dan Lucia, kembalilah bersama kami, kami akan memperlakukanmu dengan baik!" Dewa mengulurkan tangannya seakan-akan kejadian tadi tidak pernah terjadi.
Lucia mendengus dingin. "Apa kamu pikir aku bodoh?" Dia sudah berhasil lolos dari kematian dengan susah payah, bagaimana bisa dia begitu bodoh untuk menyerahkan dirinya begitu saja?
"Jadilah baik," ucap Dewa dengan nada tenggelam.
Sebelum Lucia bisa mengatakan sesuatu, pandangannya menggelap.
"Berhenti menatap mereka! Aku tidak mau matamu kotor," ucap Arthur dingin sambil menutup mata Lucia dengan tangannya.
Wajah Alissa dan Dewa menghitam saat mendengarnya.
Sebelum mereka berdua bisa membalas, Arthur sudah membawa Lucia pergi.
***
"Ada apa dengan wajahmu? Apa kamu sakit?" tanya Lucia saat melihat wajah Arthur yang memburuk saat sampai di dalam mobil.
"Ya, aku sakit karenamu."
"E-eh?"
"Bagaimana kamu bisa menahan penghinaan seperti itu? Aku ingin menghancurkan mereka setiap kali mengingatnya." Arthur berkata tanpa menutupi aura membunuh di sekitarnya.
"Jangan memukul rumput hanya untuk memperingatkan ular," tegur Lucia.
Arthur mendengus dingin tapi tak membantah. Itu benar. Dia harus menjadi lebih kuat untuk membantu Lucia membalas dendam. Bagaimanapun juga, Halim Family memang masih berada di atas mereka.
Arthur tersenyum dingin. Tapi dia akan memastikan bahwa hal tersebut tidak akan bertahan lama...
Bajingan-bajingan itu... Dia tidak akan membiarkan mereka menyentuh Lucia meskipun hanya sejengkal!
***
"Nona Lucy!" sapa seorang pria setengah baya dengan rambut yang agak memutih lalu membungkuk hormat.
Lucia mengangguk samar saat melihatnya.
"Ikuti saya," pinta pria itu lalu berjalan terlebih dahulu.
Lucia mengikuti pria itu sambil mengamati lingkungan di sekitarnya. Ini adalah Zero Bar, tempat terbaik untuk para orang kaya membuang-buang uang di kota J. Meskipun itu hanyalah sebuah bar, tempat itu terorganisasi dan memiliki sistem tersendiri. Semua berjalan sesuai dengan fungsinya dan lancar.
Di sudut ada DJ yang memainkan musik, ada bar dan beberapa ruang pribadi di seberangnya dan di kamar-kamar lantai atas adalah tempat khusus untuk menghabiskan malam dengan wanita-wanita yang tentu saja sudah disediakan.
Tidak pernah ada yang keberatan dengan adanya tempat ini. Pemerintah juga menutup mata karena berita bahwa pemilik bar memiliki hubungan dengan orang dalam pemerintahan.
Lucia akhirnya diarahkan ke kamar pribadi yang ada di paling ujung. Di situ sudah menunggu pria berambut pirang yang sedang bermain-main dengan belati di tangannya. Saat matanya menangkap sosok Lucia, dia mengungkapkan senyuman berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]
Romance"Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Jadi, bayar aku... dengan tubuhmu." Lucia: "..." "Nona, apa kamu yang menyelamatkanku? Kalau begitu, biarkan aku membayar dengan tubuhku." Lucia: "!!!" *** Lucia dibuang oleh keluarganya, ditinggalkan kekasihnya , d...