"Lucia," panggil Arthur lirih.
Lucia menoleh.
"Kamu jahat." Bagaimana bisa kamu melakukan hal buruk seperti ini padaku? Bukankah kamu pernah mengatakan kalau kamu menganggap ku seperti kakakmu sendiri?
Lucia tersenyum pada Artur dengan senyuman menggoda. "Kamu cantik."
Arthur ingin menangis saat mendengarnya.
Ya, ini rencana yang disebutkan Lucia beberapa hari yang lalu. Hari ini, dia dan Lucia datang ke Zero Bar dengan dandanan yang bisa disebut, um... sedikit menyalahi aturan dunia?
Arthur melirik refleksi dirinya di kaca. Gaun merah menyala, sepatu high heels, rambut pirang bergelombang, dan riasan halus ala gadis muda. Aku tidak mau mengakui tapi... Ya Tuhan! Aku rasa aku jatuh cinta pada diriku sendiri.
Mata Arthur beralih pada Lucia yang sedang meminum anggur. "Dari mana kamu tahu tentang seluk-beluk bar ini?"
"Jasper."
"..." Sialan kau, Jasper! Kau menghancurkan kepolosan adikku!
"Dan dia menghadiahkan tempat ini sebagai kado ulang tahunku."
"..." Jasper, datanglah kemari. Aku berjanji aku tidak akan membunuhmu.
"Missy!" Jasper berjalan mendekat sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.
Dan seperti biasa, dia akan berusaha menusuk Lucia dengan belati dari belakang sambil memeluk Lucia hangat dan Lucia akan berusaha menahan belati menjauh dari tubuhnya sambil memasang wajah datar.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa kamu juga menginginkan pelukan?" Jasper melirik Arthur yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan menusuk.
Seandainya tatapan bisa melukainya, Jasper pasti sudah mati dengan banyak tusukan di tubuhnya.
"...Tidak, terima kasih. Aku masih ingin hidup." Arthur menggeleng sambil mengungkapkan senyum mengerikan.
Jasper hanya tersenyum sekilas sebelum mengalihkan perhatiannya ke Lucia, dia sepertinya tidak menyadari bahwa 'gadis' di depannya adalah musuh bebuyutannya. "Missy, apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu merindukanku?"
Arthur melotot. "Tak tahu malu," gumamnya pelan.
Jasper mendengarnya tapi hanya mengirimkan belati ke arah Arthur sebelum kembali menatap Lucia seakan tidak ada yang terjadi.
Arthur yang dikirimi belati hampir tidak bisa bernapas saat melihat belati yang hanya berjarak sekian milimeter dari kepalanya. Bahkan beberapa helai rambut palsunya terpotong karena bergesekan dengan belati milik Jasper.
Akhirnya, dia hanya duduk di pojok sambil melindungi nyawa kecilnya, tidak mengatakan apapun lagi.
Lucia menatap Arthur dengan tatapan simpatik. Dia hanya berharap semoga Arthur tidak mengalami trauma.
"Missy?"
Lucia menoleh ke Jasper. "Aku menunggu seseorang."
Mata Jasper berbinar. "Siapa?" bisiknya penasaran.
Lucia melirik pria yang baru saja masuk.
Rambut merah darah, iris mata cokelat tua, tindik di telinga, hidung, bibir, dan lidah; dan tato yang berbunyi 'Love Myself' di lehernya. Siapa lagi kalau bukan Senior Kedua, Pierre?
Senyum Lucia mengembang. "Itu dia."
Jasper menatap pria itu dengan tatapan berbahaya.
"Apa kamu memiliki informasi tentangnya?" tanya Lucia.
"Aku hanya mendengar kalau dia baru saja datang dari luar negeri dengan organisasi misterius di belakangnya." Tatapan Jasper berubah serius. "Jangan terlalu dekat dengannya! Aku tidak yakin tapi organisasi itu pasti bukan organisasi sembarangan."
Lucia menepuk bahunya, berusaha menenangkan. "Kamu tidak perlu mencari tahu lagi tentang mereka," ucapnya sebelum melangkah pergi. "Lindungi nyawamu sendiri."
Lucia menatap Pierre yang dikelilingi gadis. Bahkan ada gadis yang berani duduk di pangkuannya.
"Senior Kedua..."
Pierre menoleh dan tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang jatuh.
Hn, itu hatinya.
"Li-little sister, a-apa yang kamu lakukan di sini?" Pierre menatap Lucia dengan tatapan tak percaya.
Ya Tuhan, kapan terakhir kali dia melihat gadis ini tanpa riasan mengerikan? Dia terharu. Akhirnya, kelinci putihnya yang imut kembali!
AHH!!!
Pierre berteriak histeris dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satan and Demon [SUDAH DIKONTRAK]
Romance"Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Jadi, bayar aku... dengan tubuhmu." Lucia: "..." "Nona, apa kamu yang menyelamatkanku? Kalau begitu, biarkan aku membayar dengan tubuhku." Lucia: "!!!" *** Lucia dibuang oleh keluarganya, ditinggalkan kekasihnya , d...