Bab 8[Revisi]

26 12 12
                                    

Denting ponsel menyadarkan Arvino dari lamunannya. Ia berbalik lalu melangkahkan kaki menjauhi balkon. Tangannya terulur meraih ponsel di atas kasur kemudian dengan cepat membukanya.

Senyuman terbit seketika di bibir Arvino setelah melihat isi pesan itu. Dengan cepat Arvino membersihkan diri dan bergegas turun. Ia melangkahkan kaki menuju garasi lalu menyalakan motor dan bergerak dengan laju secepat yang ia bisa.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Arvino tersenyum melihat wanita cantik berdiri menyambutnya di depan pintu. Ia kemudian meraih tangan wanita itu dan menyalaminya. Pandangannya teralihkan ketika sesosok laki-laki paruh baya muncul di samping wanita tadi.

"Nah ini yang barusan nantang."

Arvino terkekeh mendengar perkataan lelaki di depannya yang tak lain adalah Bramantyo, ayah Mysha. Sedangkan wanita yang tadi menyambutnya, Tante Sarah, bergerak mencubit lengan suaminya gemas.

"Jangan sampai kalah sama pria tua ini Vin."

"Oh jadi bunda udah nggak di tim ayah lagi?"

Perdebatan itu membuat Arvino sejenak melupakan kekosongan di hatinya. Ia menatap dua orang di depannya dan menyeringai geli.

"Tante jangan buat Om Bram kesal, nanti Arvin nggak dibolehin ke sini lagi."

Arvino melihat Tante Sarah mencebikkan bibirnya kemudian berbalik masuk ke dalam rumah.

"Nah kita main di depan saja, biar fresh." Tawar Bramantyo. Arvino mengangguk dan mengikuti langkah pria itu.

Beberapa menit kemudian, Sarah datang menginterupsi permainan dengan membawa nampan yang berisi beberapa snack dan minuman kemudian meletakkannnya di gazebo dan ikut duduk untuk menonton permainan mereka.

"Sayang si Mysha-nya malah asyik keluar," ungkap Sarah tiba-tiba.

"Santai kok te," balas Arvino.

Sore itu tak terasa Arvino menghabiskan waktunya dengan santai di rumah Mysha. Di beberapa waktu, dirinya memang kerap datang ke sini walaupun hanya sekedar untuk mendengar curhatan Mysha atau bermain catur dengan Bramantyo.

Tapi menghabiskan waktu dengan Mysha dan keluarganya memang bisa membuat Arvino lupa waktu. Seperti sekarang, adzan maghrib baru membuatnya sadar dan segera berpamitan, namun urung karena Sarah memintanya untuk sholat dan makan malam terlebih dahulu di sana sembari menunggu Mysha pulang.

Hampir satu jam Arvino berdiam diri di ruang keluarga Mysha tanpa melakukan apapun. Tadi, mendadak Bramantyo mendapat panggilan kerja dan Sarah terpaksa pergi ke rumah tetangga untuk melakukan kumpul harian, karena itulah Arvino hanya berdiam diri canggung di sana.

Ketika akhirnya waktu menunjukkan pukul delapan malam, Arvino memutuskan untuk pulang karena merasa sia-sia saja jika ia tetap menunggu di sana namun Mysha sama sekali tidak menunjukkan tanda akan segera pulang. Ia bangkit berdiri dengan sedikit perasaan kecewa lalu memberi pesan kepada Bramantyo sembari melangkahkan kaki keluar ruangan.

Kegelapan memenuhi inderanya ketika Arvino menjejakkan kaki di halaman luas rumah Mysha. Dengan gerakan cepat, Arvino mendekati sepedanya yang terparkir di sebelah gerbang dan menuntunya keluar.

Belum selangkah dirinya keluar gerbang, sebuah mobil berhenti beberapa meter di depannya. Arvino mengernyit melihat seseorang yang turun dari sana. Kemudian matanya menyipit ketika menyadari bahwa perempuan yang sedari tadi ia tunggu itulah yang kini berada di hadapannya.

Mysha terlihat lelah ketika berjalan menjauhi mobil. Namun panggilan dari seseorang di dalam mobil membuatnya berhenti dan menoleh. Kaca mobil itu perlahan turun dan memunculkan sosok Raka di kursi pengemudi. Mata Arvino membelalak menatap pemandangan di depannya.

Ia berusaha menahan gemuruh di dadanya dan kembali fokus menatap dua orang di hadapannya. Mereka terlihat mengobrol sekilas sebelum Mysha mengangkat tangannya untuk membalas lambaian Raka dan mobil itupun melaju pergi.

Arvino tidak bergerak dari posisinya. Ia melihat Mysha perlahan berbalik, dan ketika akhirnya mata itu menatapnya, Arvino melihat kegugupan yang luar biasa di sana. Arvino tetap dalam diamnya sedangkan kekecewaan dengan perlahan mulai menerobos hatinya. 

MIS-UNDERSTANDING [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang