"Kamu..apa?"
Mysha tidak bisa lagi mengontrol suaranya setelah mendengar perkataan Lia di telepon.
"Yaa, jadi cepat turun. Kita menunggumu, ok?" Klik.
Sambungan terputus begitu saja bahkan sebelum Mysha melakukan penolakan. Mysha menghela napas kasar kemudian dengan gerakan cepat melompat turun dari kasur dan membenahi diri.
"Berangkat sekarang?" cecar Mysha, begitu ia berhasil mendaratkan pantat di mobil Raka.
Ya, saat ini dirinya sedang berada di mobil laki-laki itu atas paksaan Lia. Lia mengatakan bahwa Raka sedang dalam masalah sulit dan mereka harus membantunya. Mysha merengut, sejak kapan Lia perduli akan segala masalah di hidup Raka? Dan sejak kapan dirinya harus terlibat ke dalam semua itu?
"Iya."
Dengan pasrah Mysha mengangguk lalu bergerak memasuki mobil. Ia berharap semoga saja Arvino tidak menghubunginya.
Selama 20 menit lamanya mereka berkendara, akhirnya mereka sampai ditujuan. Mysha mengerutkan dahi heran begitu melihat bangunan di hadapannya.
RS WIJAYA KUSUMA
Mysha yakin dirinya tidak salah lihat, tapi untuk apa mereka pergi ke sini? Mysha menatap Raka yang sejak tadi memilih diam. Begitu pula dengan Lia.
"Untuk apa kita ke sini?" Tanya Mysha pelan.
"Adik Raka, perutnya kambuh lagi. Tadi Raka panik waktu pihak rumah sakit menghubunginya, saat itu ia sedang bersamaku. Jadi aku berinisiatif mengajakmu, dan Raka setuju."
Mysha membelalakkan matanya terkejut. Kemudian matanya beralih menatap Raka yang saat ini sedang berbicara dengan salah satu suster di sana.
"Kasihan Rara, masih kecil tapi harus berulang kali keluar-masuk rumah sakit."
"Kamu udah tahu?"
Mysha berdeham kemudian berkata dengan lirih, "Ya, dulu aku lumayan dekat."
"Kadang aku nggak ngerti dengan jalan pikiranmu. Kamu sama Raka begitu cocok, tapi kenapa putus?"
"Sudahlah, jangan bahas itu lagi," ucap Mysha begitu melihat Raka berjalan mendekati mereka.
"Bagaimana?" tanya Lia begitu Raka sampai di hadapannya.
Raka menghela napas lalu mengusap wajah frustasi. Ia melirik Mysha sekilas.
"Masih ditangani dokter. Maaf jadi merepotkan begini."
Mysha melepaskan kecanggungan dengan bergerak menepuk pundak Raka pelan.
"Yang kuat, Rara pasti sembuh."
"Yah," desah Raka sambil mengulas senyum kecil. "Dia pasti senang saat melihatmu di sini untuk menjenguknya."
Mysha hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Yaudah, kita duduk dulu di sana."
Lia dan Mysha berjalan mengikuti Raka dan duduk di bangku yang tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.
Mysha menundukkan kepala dan memilih untuk diam. Tiba-tiba saja sosok Arvino melintas di benaknya. Sedang apa laki-laki itu sekarang? Apa yang akan Arvino lakukan saat mengetahuinya menemui Raka tanpa memberitahu laki-laki itu terlebih dahulu? Bahkan ia sadar ia mengikuti permintaan Lia untuk mematikan ponselnya.
Kemudian Mysha merogoh tas kecilnya dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Ia menyalakan tombol on dan berniat memberi kabar untuk Arvino sebelum suara Lia menghentikannya.
"Mys." Lia menyentuh tangannya yang memegang ponsel. "Jangan dulu. Nggak enak sama Raka," lirih Lia. Temannya itu melirik Raka yang masih menundukkan kepala di bangku depan mereka.
"Aku butuh untuk memberitahu Arvino, hanya sebentar."
"Kenapa di saat seperti ini hanya Arvino yang kamu pikirkan?"
Mysha menghela napas. "Dengar, aku udah berusaha untuk nggak bersikap egois sekarang. Aku mengikuti semua permintaanmu, tapi saat ini aku Cuma butuh beberapa menit saja untuk mengabari pacarku."
"Kenapa harus selalu mengabarinya? Dia hanya pacarmu," tekan Lia.
"Aku takut dia salah paham."
"Demi Tuhan, dia bukan anak kecil. Lagipula Raka juga temanmu, dan kamu nggak kasihan melihatnya?"
"Bukan gitu." Mysha menghela napas pasrah ketika Lia menarik tangannya dan menarik lepas ponselnya. "Li—"
Ucapan Mysha terhenti ketika melihat Raka bangkit dan berjalan gontai di sepanjang lorong.
֍֍֍
Arvino tak tahu lagi harus mengendarai motor kemana. Setelah perdebatan yang ia lakukan dengan ibunya tadi benar-benar mampu membangkitkan kembali luka di hatinya, Arvino memutuskan untuk menghentikan motornya di pintu gerbang rumah Mysha, memilih untuk melampiaskan segala kesakitan yang kini menghantuinya, sebelum memutuskan untuk masuk ke sana.
"Loh Arvino?"
"Tante, Mysha ada tan?" Arvino tersenyum sopan melihat wajah terkejut Sarah.
"Dia nggak bilang kamu? Barusan aja di jemput Lia sama..aduh siapa ya satunya—ah Raka, iya. Mereka bilang mau keluar sebentar."
Arvino terkejut mendengarnya. Raka?
Dengan cepat ia mengambil ponselnya dan mnghubungi Mysha. Tidak aktif? Arvino mengernyit heran mendapati suara operatorlah yang menyambut panggilannya.
"Kok ponselnya nggak aktif ya tan?"
"Masa? Aduh tuh anak bisa-bisanya ya."
Arvino tersenyum masam kemudian memutuskan untuk pergi dari sana. Setelah berpamitan, Arvino segera menjalankan motornya dengan cepat berusaha menghilangkan perasaan resah yang perlahan menggerogoti hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIS-UNDERSTANDING [REVISI]
RomanceMysha menikmati hidupnya yang sekarang. Ia punya keluarga yang pengertian, juga Arvino, sahabat yang kini merangkap sebagai kekasihnya. Semua terasa sempurna bagi Mysha, sebelum seseorang dari masa lalunya kembali datang dan menghancurkan kebahagia...