"Maaf, aku baru tahu kalau adik kamu kembali rawat inap di sini. Sejak kapan?" tanya Mysha hati-hati, begitu mereka telah sampai di kantin rumah sakit. Saat ini mereka hanya berdua karena Lia memutuskan untuk memesankan mereka makanan.
"Nggak apa-apa. Sejak satu tahun yang lalu." Raka menghembuskan napas. "Itu membuatku sedikit merasa gila apalagi dengan kenyataan bahwa kita sudah putus saat itu."
Mysha menundukkan kepala sedikit merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada Raka. Tapi ia tidak menyesali bahwa mereka sudah putus saat itu.
"Kamu yang sabar ya, tetep semangat. Adikmu pasti bisa sembuh." Tanpa sadar Mysha menepuk pelan pergelangan tangan Raka yang ada di atas meja. Raka tersenyum menatap ketulusan di mata Mysha.
"Ini makanannya. Oh iya Mys, tadi Arvino menghubungiku dan menanyakan keberadaanmu."
Ucapan Lia membuat Mysha tersentak dan dengan gerakan cepat meraih kembali ponselnya. Beberapa panggilan dan pesan masuk dari Arvino memenuhi layar ponselnya begitu ia menghidupkan ponsel. Mysha meringis pelan lalu menatap Lia bertanya.
"Nggak, aku belum mengatakan apapun."
Jawaban dari Lia membuat Mysha merasa sedikit lega. Ia segera menghidupkan layar ponsel dan mulai membalas pesan-pesan Arvino.
Ia mengatakan bahwa ia sedang pergi dengan Lia dan tentu saja tidak mengatakan bahwa Raka juga sedang bersamanya. Bukannya Mysha ingin berbohong, tapi dirinya tidak ingin lagi bertengkar dengan Arvino, apalagi hanya karena Raka.
֍֍֍
"Kamu dimana Sha.." rutuk Arvino kepada dirinya sendiri. Saat ini ia sedang berteduh di bawah pohon yang letaknya tidak jauh dari rumah Mysha. Itu memudahkan dirinya untuk segera mencecar perempuan itu dengan berbagai pertanyaan saat Mysha sudah datang tentunya.
Dentingan ponsel menyadarkan Arvino. Ia melirik sekilas melihat nama Lia muncul di notifikasi. Arvino memang menghubungi Lia tadi, mencoba menanyakan keberadaan mereka. Dengan cepat Arvino membuka isi pesan itu dan betapa terkejutnya ia mendapati satu foto di sana.
Raka dan Mysha, berdua, duduk dengan tangan Mysha yang terulur memegang pergelangan tangan Raka.
Arvino mengepalkan jari-jarinya dengan kuat, mencoba menahan gemuruh di dadanya. Hatinya panas, perasaannya sakit, ia ingin mempercayai Mysha tapi foto itu seolah mengejeknya.
Baru beberapa menit yang lalu ibunya, wanita yang berperan penting dalam merusak kepercayaannya, pergi menemuinya dan mengacaukan segala pertahanan yang telah ia bangun susah payah dengan bantuan Mysha 4 tahun lamanya.
Dan sekarang Mysha, satu-satunya perempuan yang mampu menyatukan sisa-sisa kepingan kepercayaannya, tengah berduaan dengan Raka yang notabene adalah mantan perempuan itu.
Arvino tak lagi mengelak, perasaannya benar-benar kacau saat ini. Dengan tangan gemetar, ia membuka kontak Mysha dan mengetik pesan di sana. Tak terduga, balasan datang beberapa menit kemudian dan sesuai dugaan Arvino, perempuan itu lebih memilih untuk membohonginya. Mysha tidak mengatakan apapun perihal Raka dan itu menyakitinya.
Arvino menghela napas frustasi dan dengan kasar kembali memasukkan ponsel ke saku tanpa berniat membalas pesan Mysha.
Ia menatap ke seberang, ke arah rumah Mysha, sebelum bergerak menghidupkan mesin motor dan melajukannya dengan kecepatan paling tinggi yang pernah ia lakukan.
֍֍֍
"Makasih udah meluangkan waktu buat nemenin aku ke rumah sakit."
Mysha berusaha tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Ia kemudian turun dari mobil dan hendak melambaikan tangan sebagai salam perpisahan sebelum melihat Raka mengikutinya turun keluar mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIS-UNDERSTANDING [REVISI]
RomanceMysha menikmati hidupnya yang sekarang. Ia punya keluarga yang pengertian, juga Arvino, sahabat yang kini merangkap sebagai kekasihnya. Semua terasa sempurna bagi Mysha, sebelum seseorang dari masa lalunya kembali datang dan menghancurkan kebahagia...