Arvino memutuskan untuk membasuh wajahnya terlebih dahulu dan melangkahkan kaki ke arah kamar mandi di ujung lorong. Setelah selesai membasuh wajahnya, Arvino berjalan keluar dan terkejut ketika matanya menangkap sosok Mysha yang juga baru saja keluar kamar mandi.
"Sha!" Seru Arvino cepat.
Mysha memutar badannya ketika mengenali suara Arvino yang memanggilnya.
"Kamu? Ngapain di situ?"
"Dikeluarin," jawab Arvino enteng sambil mengangkat kedua bahunya.
"Seorang Arvino? Nggak yakin. Kamu ngikutin aku ya?"
"Besar kepala. Kamu juga dikeluarin?"
Mysha menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Aku ijin ke kamar mandi. Jadi kamu beneran dikeluarin? Kok bisa?" cecar Mysha penasaran.
"Nggak konsen."
"Mikirin apa?"
"Kamu."
Mysha mendelikkan matanya menatap Arvino sangsi. Ia tidak mau lagi termakan rayuan Arvino seperti apa yang telah dilakukan laki-laki itu saat mereka bertukar pesan tadi, sehingga membuat pipinya terasa panas sepanjang pelajaran matematika, membuat konsentarsinya hilang!
"Seriusan!"
Arvino mengedikkan bahu tenang. "Serius kok, tadi waktu pelajarannya Pak Roni."
"Panggilan sihir?" Mysha bergidik ngeri.
"Apa?" Arvino mengernyit heran. "Sihir siapa?"
Kemudian Mysha terkekeh mendapati raut bingung Arvino. "Anak-anak kelas manggilnya gitu haha. Jadi kamu korbannya kali ini? Kok bisa sih."
"Ini yang dari tadi memenuhi pikiranku."
Tanpa peringatan Arvino maju satu langkah mendekati Mysha. Ia sedikit menundukkan kepalanya kemudian mengangkat tangannya menyentuh permukaan wajah Mysha.
Mysha terkejut dengan gerakan Arvino yang tiba-tiba. Ia terpaku melihat Arvino yang mulai mengikis jarak di antara mereka dan dengan perlahan menyentuh wajahnya.
Mysha terpaku menatap mata tajam Arvino yang mulai mendekat. Berbagai pikiran kotor mulai melayang dipikiran Mysha ketika akhirnya tarikan di kedua pipinya menyadarkannya.
"Jangan berpikir yang enggak-enggak," Ledek Arvino. "Ini penyebab Pak Roni menyuruhku untuk mencari fokusku dan baru diijinkan masuk kelasnya jika sudah menemukannya, minggu depan."
Mysha mengatupkan mulutnya kuat-kuat berusaha mengabaikan tarikan di kedua pipinya yang menyebabkan mulutnya ikut tertarik dan terbuka lebar. Ia menatap Arvino horor berusaha mengontrol jantungnya yang lagi-lagi berdetak tak karuan.
"Aku nggak berpikir yang enggak-enggak," balas Mysha sewot menyerupai gumaman tak jelas. "Dan jangan mencari-cari alasan."
Arvino terkekeh melihat raut malu dan kesal Mysha bercampur menjadi satu di wajahnya. Lelaki itu perlahan melepaskan tangannya dari pipi Mysha dan bergerak mengacak rambut Mysha.
"Tuh muka kamu udah kebaca kalo lagi mikirin yang enggak-enggak." Arvino menyeringai puas.
Mysha mendelikkan matanya ke arah Arvino berusaha menunjukkan raut kesal namun pipinya benar-benar tidak bisa di ajak berkompromi. Rona merah lagi-lagi muncul menghiasi kedua pipinya membuat Arvino tersenyum lebih lebar lagi.
"Tau ah, jangan ngikutin. Aku ke kelas dulu. Bye," ucap Mysha kemudian dengan cepat berjalan meninggalkan Arvino di belakangnya. Setelah beberapa meter, Mysha baru menghembuskan napas lega dan mengusap dadanya pelan, merasakan detakan hebat di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIS-UNDERSTANDING [REVISI]
RomanceMysha menikmati hidupnya yang sekarang. Ia punya keluarga yang pengertian, juga Arvino, sahabat yang kini merangkap sebagai kekasihnya. Semua terasa sempurna bagi Mysha, sebelum seseorang dari masa lalunya kembali datang dan menghancurkan kebahagia...