"Weits si abang mukanya udah nggak asem lagi nih." Baru saja Arvino menarik kursi untuk di duduki sudah disambut ejekan dari Adit. "Diapain sama nyonya besar?" Kali ini giliran Rafi meyeletuk.
"Apaan, dari tadi juga gini-gini aja." Arvino menggeleng pelan kemudian duduk di kursinya. "Gimana tadi lawan kelas sebelah, menang?"
"Dasar cecenguk, mentang-mentang baikan langsung nempel deh ke Mysha, berasa lintah. Udah gitu langsung ninggalin lapangan," sinis Rafi.
Adit terkekeh mendengarnya. Laki-laki itu mendekat lalu menduduki meja Arvino dengan santai. "Udah ikhlas-in aja. Dari pada dia sewot mulu, berasa PMS."
"Lain kali kalo Arvino marah, langsung panggil pawangnya aja, si Mysha." Mau tak mau Arvino tertawa mendengar ucapan Rafi. Ia terkadang juga bingung, hanya dengan berbicara dengan Mysha saja seketika mampu membuatnya merasa tenang.
"Tuh tuh, udah senyum-senyum nggak jelas dia."
"PAK RONI DATANGG!" Pekikan heboh terdengar dari luar bersamaan dengan munculnya Alvan di balik pintu kelas. Lelaki itu berjalan masuk dengan tergopoh membuat semua murid di dalam kelas berhamburan untuk kembali ke bangku masing-masing, tak terkecuali Rafi. Laki-laki itu langsung melompati kaki Arvino dan segera duduk tenang di sampingnya. Arvino hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku temannya itu.
"Selamat siang anak-anak. Sekarang buka buku paket kalian masing-masing halaman 58." Pak Roni, guru sejarah, langsung berkeliling ke tiap-tiap bangku begitu memasuki kelas guna memeriksa ke masing-masing meja. Perintah pria berkacamata dengan kumis tebal menghiasi bagian atas bibirnya itu sontak membuat seluruh murid diam dan patuh mengikuti perintahnya.
"Silahkan Hawa, baca bagian latar belakang konfrontasi terhadap Malaysia."
Hawa membelalakkan matanya terkejut kemudian dengan gugup mulai membaca bagian yang diperintahkan. Beberapa dari mereka berusaha keras menahan tawa setelah melihat wajah syok Hawa. Arvino mengedikkan bahu berusaha tidak perduli dengan kekacauan di sekitarnya, ia menahan matanya untuk tetap fokus dengan bacaan Hawa.
Bukan karena apa, namun Pak Roni kerap kali dengan sengaja meminta murid lain untuk meneruskan bacaan murid pertama, dan itu memang di tujukan untuk mereka yang tidak fokus kepada pelajaran.
Drrt. Arvino merasakan getaran ponsel di mejanya. Ia melirik Rafi sekilas yang saat itu juga sedang meliriknya dengan kedua alis terayun. Arvino mengerutkan dahi kemudian kembali menundukkan kepala fokus menatap bukunya memilih untuk mengabaikan.
Drrt. Drrt. Lagi-lagi getaran ponsel mengganggu konsentrasinya. Arvino berdecak kesal kemudian menatap Rafi tajam mengisyaratkan lelaki itu untuk mematikan ponselnya. Namun Rafi menggelengkan kepala sebagai jawaban dan bibirnya bergerak membentuk kata 'milikmu.'
Arvino mengerut heran lalu memutuskan untuk mencari letak getaran ponsel itu setelah sebelumnya mencoba melirik posisi Pak Roni yang ternyata masih fokus dengan buku di tangannya di samping bangku Ronald.
Arvino kembali mengernyit melihat nama Mysha muncul di notifikasinya. Dengan cepat ia menarik tangannya ke kolong meja dan membuka pesan yang dikirimkan oleh
Nanti ajakin keluar. Pengen refreshing L
perempuanitu.
Mysha
Arvino tersenyum melihatnya. Masih dengan sembunyi-sembunyi, ia mengetik balasannya di sana.
Kemana? Asal bukan gramed.
ArvinoHanya membutuhkan beberapa detik untuk Arvino kembali merasakan getaran di ponselnya. Kali ini ia tidak langsung membacanya, telinganya terfokus menunggu tunjukan Pak Roni untuk murid selanjutnya. Ketika akhirnya nama Ronald yang terucap, Arvino menghembuskan
Main pokoknyaa, nanti ganti baju dulu tp biar cantik. Biar kamu nggak jelalatan :p
napaslega lalu kembali menundukkan kepala.
Mysha
Ngapain jelalatan, uda punya km.
Isipesan balasan Mysha lagi-lagi membuat kedua ujung bibirnya tertarik. Dengansemangat jari-jarinya mulai meluncur di atas layar ponsel.
Arvino
Arvino tersenyum lebar membayangkan betapa kesalnya wajah Mysha saat melihat isi pesannya itu. Ia terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Kali ini Mysha tidak membalasnya dengan cepat. Ah perempuan itu pasti sedang merutuki dirinya saat ini, pikiran itu membuat hati Arvino tergelitik.
Km nggk ada guru? Kok main hp?
!!!!!!!!!
Hinggabeberapa menit kemudian, ponselnya kembali bergetar. Kali ini 3 notif pesanmuncul di sana.
Eh udah gk isah di bls. Aki ada guri. Bye.
Mysha Tawakecil lolos di bibir Arvino yang tak lagi bisa menahan rasa gelinya setelahmelihat isi pesan itu. Typo bertebaran dimana-mana membuatnya terhibur. Iabenar-benar ingin menarik kedua pipi Mysha lalu menggigitnya kuat-kuat sakinggemasnya.Sikutan pelan dari samping mengusiknya, Arvino menatap Rafi hendak melayangkan protes. Namun kata-katanya kembali tertelan ketika mendapati namanya terucap keras dari bibir Pak Roni. Arvino memutar kepalanya cepat dan mendapati guru itu sedang menatapnya tajam. Ia terdiam lalu menatap bukunya dan kembali menatap Pak Roni.
"Kenapa tidak dibaca Arvino?"
Arvino berdeham berusaha mengembalikan suaranya. "Maaf pak, saya tidak konsen."
Arvino merasakan kekehan dari arah sebelahnya, ia menatap tajam Rafi sebelum kembali menatap Pak Roni dengan rasa bersalah.
"Lebih baik kamu keluar. Minggu depan jika sudah menemukan konsentrasimu, kamu boleh masuk kelas saya." Arvino menghela napas pasrah kemudian bangkit berdiri dan melangkah keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIS-UNDERSTANDING [REVISI]
RomansaMysha menikmati hidupnya yang sekarang. Ia punya keluarga yang pengertian, juga Arvino, sahabat yang kini merangkap sebagai kekasihnya. Semua terasa sempurna bagi Mysha, sebelum seseorang dari masa lalunya kembali datang dan menghancurkan kebahagia...