"Jadi sampai kapan kalian akan terus diam seperti ini?" Perempuan dengan mata sipit dan rambut sebahu itu menoleh ke kanan dan kiri melihat Dinda-Lia dan Mysha yang terus duduk berjauhan.
"Aku merasa marah. Dia membentak kita, sahabatnya, hanya untuk membela Arvino." Sungut Dinda kesal. Matanya tetap menolah untuk menatap Mysha. Sedangkan Mysha hanya melengos dan memutar bola mata kesal.
Sore itu Mysha memutuskan untuk bertemu dengan ketiga temannya. Setelah bujukan Arvino padanya di kafe siang itu, Mysha berencana untuk berbaikan dan mencoba meminta maaf kepada ketiga sahabatnya itu. Namun ketika ia baru saja akan membuka mulut, Lia sudah menyelanya dengan perkataan yang menjengkelkan.
"Wah aku bersyukur jika Arvino benar-benar serius denganmu. Tapi lelaki seperti dia perlu diwaspadai bukan?"
Mysha tahu Lia mengkhawatirkannya, tapi dia tidak bisa tidak merasa marah dan kesal dengan ucapan perempuan itu.
"Kamu Cuma perlu diam kalau nggak benar-benar tahu Arvino." Tanpa sadar Mysha mengatakannya dengan tajam. Ia begitu sulit mengendalikan emosinya. Tidak ada orang yang berhak menghakimi Arvino, tidak juga mereka, sahabatnya.
"Wah, aku benar-benar tersinggung melihatmu membela Arvino mati-matian tanpa memikirkan perasaan kita."
Kini pandangan Mysha beralih menatap Dinda. "Memikirkan perasaan kalian? Bahkan kalian nggak memikirkan perasaanku sama sekali."
Itulah pemicu kediaman ketiga orang itu sekarang. Mysha belum bergerak dari tempatnya, sama halnya dengan Dinda dan Lia. Terkadang ia heran, mengapa Dinda dan Lia begitu membenci Arvino?
"Nggak ada yang ingin menjelaskan kepadaku?"
Mysha menoleh lalu bergerak mendekati Anya.
"Maaf, tadi aku cuma mau mengatakan ini. Arvino berhasil menyadarkanku kemarin betapa nggak adilnya sikapku ke kalian. Tapi perkataan kalian tadi berhasil melukai perasaanku, lagi. Aku.."
Mysha menghentikan perkataannya. Ia menatap Dinda, Lia, dan Anya bergantian.
"Kalian sahabatku begitu juga dengan Arvino. Kenyataan bahwa aku berpacaran dengan Arvino nggak merubah apapun. Aku tahu kalian begitu memperdulikanku. Tapi tolong, jangan membuatnya menjadi buruk."
Semuanya terdiam setelah mendengar penuturan Mysha. Keheningan memenuhi indra ke-empat perempuan itu. Setelah beberapa detik terdiam, Dinda memutuskan untuk mengalah. Perempuan itu menghela napas lalu menarik pelan pergelangan Mysha.
"Maaf kalau perkataan kita menyakitimu. Aku hanya belum bisa menyukai Arvino." Ucap Dinda pelan.
"Yah..lagipula saat itu kau sangat gencar di dekati Raka. Jadi aku sedikit terkejut mengetahui kau berpacaran dengan Arvino." Kali ini giliran Lia membuka suara.
Mysha menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan, berusaha menghilangkan kekesalannya di benaknya. Ia perlahan mengangguk dan tersenyum kecil menatap ketiga sahabat perempuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIS-UNDERSTANDING [REVISI]
Roman d'amourMysha menikmati hidupnya yang sekarang. Ia punya keluarga yang pengertian, juga Arvino, sahabat yang kini merangkap sebagai kekasihnya. Semua terasa sempurna bagi Mysha, sebelum seseorang dari masa lalunya kembali datang dan menghancurkan kebahagia...