30 : Time To Own

9.1K 697 35
                                    

Ara POV

Hujan di luar sana masih terdengar hingga kamarku, malam semakin malam dan aku masih menangisi dia yang masih terus ingin menjelaskannya kepadaku. Berpikir baru kemarin ku rasakan bagaimana Taehyung yang ku kenal pada akhirnya menunjukkan sisi itu di hadapanku, menerima sentuhannya yang lembut namun membakar, dan baru tadi ku dengar pernyataan cintanya kepadaku. Lalu semudah itu Taehyung lah yang seakan-akan membuang ku ke dasar jurang, lagi dan lagi. Seperti dahulu yang pernah ku rasakan.

"Ku mohon keluarlah dan dengarkan penjelasanku, Ara-ya."

Suara Taehyung yang semakin melemah, tidak seperti tadi. Dan baru ku sadari hampir satu jam aku masih terduduk dan tidak bersuara di depan pintu.

Taehyung masih mengetuk-ngetukan pintunya, "Aku bersumpah itu bukan anakku, tolong dengarkan penjelaskan dulu sayang. Ku mohon."

Mendengarnya menyebut diriku sayang malah membuat hatiku semakin sakit, namun aku hanya tetap diam. Dan sebaliknya, tidak ada lagi suara ketukan pintunya.

"Baiklah jika memang kau tidak ingin mendengarkanku. Aku hanya ingit mengatakan setidaknya aku memang melakukannya dengannya Irene, namun harus kau tahu setiap kali aku melakukannya walaupun hanya dua kali aku selalu berpikir tentang mu, aku merasa bersalah melakukannya, dan demi Tuhan aku tidak akan menikahinya, karena aku percaya anak itu memang bukanlah anakku." Penjelasan Taehyung yang malah semakin membuat ku semakin sakit, namun aku masih mendengarkannya.

"Perlu kau ketahui, aku benar-benar mencintaimu Ara-ya. Aku ingin kau menjadi yang terakhir dalam hidupku. Ku mohon teruslah bertahan denganku, aku berjanji akan mengurus kekacuan ini yang terjadi karena ku."

"Pergilah, aku sedang tidak ingin melihatmu." Entah apa yang mersukiku, namun yang ku rasakan otak dengan bibirku sungguh tidak singkron. Otak ku memilih untuk terus agar Taehyung bersamaku, namun entahlah ku rasa dengan melihatnya dengan perasaan kacau seperti ini hanya kan terus menyakitiku.

"Tak apa jika memang kau tidak ingin melihatku, aku akan pergi kerumah Jimin. Dan membiarkanmu tenang dahulu, jalja sayangku. Aku mencintaimu." Ku dengar langkah kaki yang semakin menjauh, ku rasakan ekstensi Taehyung sudah menjauh.

Aku juga mencintai Taehyung, sungguh sangat cinta sekali. Namun apalah dayaku tingkat egoism dalam tubuhku lebih mendominasi untuk saat ini, terlalu sakit untuk merasakaan kenyataan ini.

Ku rasakan sepertinya air mataku sudah mengering, namun hatiku masih menangisi. Membayangkan Taehyung melakukannya dengan Irene sungguh perih sekali, membuatku sampai sesak nafas untuk membayangkannya.

Dan aku merasa telah gagal menjadi istri yang tidak memberikan hak istimewaku untuk suamiku, Taehyung. Membayangkan Irene yang lebih dulu merasakan tubuh Taehyung membuatku merasa tidak pantas untuk Taehyung.

Maafkan aku Taehyung, aku juga mencintaimu.

***

Mendengar akhirnya Ara bersuara membuat perasaan Taehyung lega bukan main, walaupun memang Taehyung tidak diberi kesempatan untuk menjelaskannya lebih detail namun mendengar suara sang pujaan hatinya saja sudah membuatnya tenang. Taehyung sakit melihat Ara menangis, bukan lebay tetapi memang nyatanya kau akan merasa sakit jika orang yang kau cintai menangis karenamu.

Pada akhirnya Taehyung membiarkan Ara dengan waktu sendirinya, enggan untuk membantah. Karena dengan sikapnya yang diam sungguh membuat Taehyung frustasi, jika diminta untuk memilih lebih baik Ara memukulinya saja sekuat tenaga, dibanding hanya di diamkan sungguh membuat hatinya sakit sekali.

Di tengah kota Seoul dengan hujan di malam hari, Taehyung menyetir mobilnya menuju rumah Jimin. Tersadar bahwa tidak hanya sekali cuaca selalu sama dengan perasaannya. Selalu mengerti, dan sama. Fisiknya memang tidak menangis, namun hatinya menangis. Sama seperti hujan yang menurunkan airnya.

Setelah sampai dirumah Jimin, langsung saja Taehyung masuk begitu saja. Sudah menjadi kebiasaan sejak dulu. Jimin selalu sendiri dirumah, membuat Taehyung bebas keluar masuk.

"Heol, wajahmu mengapa seperti itu? Terlihat payah sekali." Menyadari ekstensi Taehyung kini sudah duduk di sebrang sofa yang di duduki, dengan menatapnya sejenak saja sudah terbaca oleh Jimin. Taehyung sedang ada masalah.

"Aku bertengkar dengan Ara." Ucap Taehyung lemah.

Jimin menatap Taehyung, fokusnya tidak lagi dengan handphonenya. "Baru kemarin berbaikan, apa lagi yang menjadi masalahmu?"

"Tidak sengaja Ara mendengar percakapanku dengan Irene bahwa aku akan menikahinya jika benar itu adalah anakku."

Jimin membulatkan matanya, tak percaya dengan perkataan sahabatnya itu. "Kau menghamilinya?"

Taehyung langsung menoyor kepala Jimin, "Itu bukan anakku, bodoh."

"Ah, maksudmu Irene bukan melakukannya denganmu saja? Tetapi bersama selingkuhannya yang membuat kalian berjauhan?"

Taehyung hanya mengangguk sambil menatap Jimin, lalu memposisikan tubuhnya tertidur di sofa panjang milik Jimin dengan kedua tangan yang dilipat sebagai bantalan kepalanya. "Apa yang harus ku lakukan sekarang." Ucapnya menatap langit-langit, dan menghela nafasnya.

"Ara tidak mau mendengar penjelasanmu?" tanya Jimin tepat sasaran.

"Ya! Kenapa kau tahu? Kau tahu darimana?" Balas Taehyung terkejut.

"Sudah terbaca dari tingkahmu, kau pikir aku bodoh?" Jimin mengatakannya dengan senyum miringnya di akhir katanya.

Taehyung hanya berdesis sebagai balasan, malas membalasnya. Fokusnya hanya berpikir tentang Ara.

"Cara satu-satunya agar Ara percaya, harus Irene sendirilah yang mengatakannya kepada Ara. Agar dia percaya."

"Tidak semudah itu membuatnya jujur begitu saja, Jimin-ah."

Jimin tahu maksud pembicaraan Taehyung, mengingat bagaimana sifat Irene. Masalah ini akan menjadi rumit. Namun sebisa mungkin Jimin akan membantu Taehyung untuk masalahnya.

"Kau sudah memintanya untuk tes dna?"

Taehyung hanya menganggukan kepalanya.

"Lalu bagaimana hasilnya?"

Taehyung kembali hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya.

"Ya! Berbicaralah bodoh, kau tidak memiliki mulut?" Ucap Jimin kesal, melihat sikap Taehyung.

Taehyung melemparkan bantal kea rah Jimin, "Berisik. Aku hanya ingin Ara percaya kepadaku Jimin-ah. Aku mencintainya."

Jimin yang melihat tingkah Taehyung beralih ke sebelah Taehyung, Lalu mengusap punggung Taehyung lembut. "Aku tahu kau mencintainya, bersabarlah. Setiap hubungan pasti akan selalu ada masalah bukan? Ini adalah ujian proses rumah tangga. Kau hanya perlu melewatinya."

"Ya! Tidak usah mengusap-usap punggungku seperti itu. Aku bukan gay!" bentak Taehyung.

Jimin segera menjauh dari Taehyung lalu melemparkan bantal tepat mengenai wajahnya, "Sadarlah bodoh, aku juga tidak akan mungkin nafsu denganmu!"

Lalu sesudahnya Jimin meninggalkan Taehyung dan pergi ke kamar, namun Taehyung mengikutinya dari belakang. Lalu memeluk lengan Jimin manja.

"Mau apa kau? Jangan dekati aku!"

"Ayo kita tidur, aku lelah Jim." Ucap Taehyung manja kepada sahabatnya itu.

Jimin hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah aneh Taehyung, lalu membiarkannya. Membiarkannya karena tahu pasti Taehyung sedang sedih sekali, maka dari itu sebagai sahabat bukankah tugas Jimin menghiburnya dan membantunya? Benar sekali, Jimin sedang berusaha untuk itu. Benar-benar teman yang baik. Taehyung bersyukur memiliki Jimin sebagai sahabatnya.

-18072018-


Seriusan ngga nyangka cerita ini bakal sampai 30 bab😂 semoga suka yaaa maaf kalo ngga ngefeel karena sesungguhnya diriku juga sedang galau😢

Jangan lupa kalo suka sama bab ini, tinggalkan jejak kalian💜💜


XoXo
-Srh

Married With The Devil - KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang