26 : Sincerity

9K 736 156
                                    

"Chocolate panas, di cuaca yang dingin seperti ini bukankah sangat pas?"

Suara itu sukses membuatku bungkam. Aku menoleh menghadap dia yang masih menyondorkan hot chocolate itu di depanku. Itu Taehyung. Benar itu Taehyung. Taehyung tersenyum menatapku. Entah mengapa hatiku merasa berdebar, hanya sebuah senyuman. Sukses membuat jantungku ingin keluar dari tempatnya.

Dan lagi satu hal yang membuatku senang, senyumnya terlihat lebih tulus dibanding tiga hari lalu.

"Kau sendirian? Kemana Jimin?" tanyanya sambil melihat-lihat sekeliling, mencari Jimin.

Aku yang sedikit kedinginan karena hanya memakai dress rumahan, meneguk hot chocolate pemberian Taehyung. Beda dengannya, di cuaca dingin seperti ini dia meminum caramel cream frappuccino yang dingin itu. Taehyung itu tidak suka kopi. Dia lebih menyukai susu dibanding kopi. Gemas sekali!'

"Jimin sedang membeli payung, dia bilang kau akan sampai di terminal 3. Mengapa kau muncul disini?"

Taehyung menyesap minumannya, "Aku menunggunya sudah dua puluh menit dan berniat untuk pulang sendiri, namun aku melihatmu dari jauh. Sekalian saja ku belikan minuman hangat, pasti kau kedinginan."

Aneh. Bahkan dia kembali menjadi baik terhadapku. Benar-benar terlihat tulus sekali. Mengapa aku sangat senang? Sungguh hanya seperti itu saja membuatku senang sekali.

"Gomawo, Taehyung-ah." Ucapku dengan senyuman di akhirnya.

"Sama-sama--- ah itu dia, Jimin-ah." Teriaknya kecil, saat mengikuti arah matanya. Jimin terlihat sedikit basah meskipun memakai payung.

"Ya! Mengapa kau ada disini?" gerutu Jimin.

"Kau tidak senang aku pulang?" balas Taehyung sarkas.

Terlihat Jimin mengacak-ngacak rambutnya yang basah itu, "Aish, dasar kau ini. Aku hujan-hujaan seperti ini demi membelikanmu payung. Kau malah disini. Menyebalkan."

Taehyung tertawa mendengar perkataan Jimin, aku pun ikut tertawa. "Aku sudah menunggu mu selama dua puluh menit. Makanya aku jalan sendiri. Dasar lelet."

"Sudahlah sudah, kalian jangan bertengkar. Sungguh ini memalukan." Ucapku yang langsung memberikan minumanku kepada Jimin agar dia diam.

Berhasil, dia diam selama meminumnya.

"Ya! Itu kan untukmu, mengapa kau kasih dia?" ucap Taehyung dengan nada tak suka.

Belum sempat ku membalas, Jimin menarikku. Kebiasaan, selalu seperti ini. Dan Taehyung ikut berlari dengan payung yang di beli Jimin. Jimin memasukkan ku kedalam mobil, kemudian dia duduk di bangku belakang.

"Sebagai gantinya, kau harus menyetir Kim Taehyung." Sarkas Jimin, dengan senyum miringnya. Namun hanya bercanda. Karena sesudahnya dia malah tertawa melihat wajah kesal Taehyung.

"Dasar kau Park sialan!"

***

Taehyung POV

Tinggalah kami berdua, aku dan Ara.

Setelah Jimin mengantar kami, dia langsung pamit untuk pulang. Entahlah aku tidak tahu apa alasannya, dia bilang rindu padaku tetapi langsung pulang begitu saja.

"Mau ku buatkan teh hangat?" Ku perhatikan tubuhnya yang semakin kecil, kulitnya yang putih pucat terlihat kering, tidak lembab seperti biasanya. Wajahnya memang tersenyum, tetapi dapat ku rasakan ada begitu banyak kesedihan di balik senyum manisnya.

Tiba-tiba saja aku langsung ingat sekarang Ara benar-benar sendiri, Appa nya sudah tidak ada. Aku baru menyadari hanya aku yang dia punya untuk sekarang.

"Tae, mengapa melamun?" Suaranya menyadarkan ku dari lamunan tentangnya.

"Eoh, ada apa?"

"Mau ku buatkan teh hangat? Apa yang kau pikirkan, apakah ada masalah?" Raut wajahnya terlihat khawatir, entah mengapa itu melihat kondisi Ara seperti ini membuat hatiku sedih.

"Ah, nanti jika aku mau aku akan buat sendiri, bukan apa-apa jangan khawatir." Ucapku dengan senyum di akhir kataku.

Ku perhatikan dirinya yang sedang membereskan isi koperku, dalam hati ingin menanyakan bagaimana kesehariannya saat ku tinggal tiga hari ini. Karena Park sialan itu selalu saja tidak mau memberitahukan apa saja yang di lakukan oleh Ara jika aku bertanya. Bertanya kepada Yoongi? Tentu saja tidak akan aku lakukan.

"Ara-ya." Sontak membuat dirinya menengok ke arahku.

"Ada apa Tae?" mengapa di tatapnya seperti itu membuat aku salah tingkah?

Ada yang aneh pada diriku sendiri.

"A-aah itu, kau sendirian dirumah ini saat aku pergi?"

"Tidak, aku dirumah Jimin selama tiga hari. Ada Yoongi oppa juga disana menjagaku, menghibur ku. Mereka benar-benar memperlakukan ku dengan baik." Ucap Ara terlihat semangat sekali saat mengatakannya kepadaku.

Yoongi? Mengapa aku tidak suka mendengar nama itu. Sekali lagi ada yang aneh dengan diriku sendiri.

"Kalian tidur bersama?" Sial, apa yang ku tanyakan. Aku tidak bisa mengontrol diriku jika sudah menyangkut Yoongi. Tentu saja karena dia juga menyukai istriku.

"Iya, tetapi mereka di sofa. Tidak usah khawatir Tae-ah, mereka berdua sangat baik kepadaku." Dia tersenyum ke arahku.

Aku ikut tersenyum, entahlah senyumnya itu memang menular. Aku suka senyumnya, wajahnya terlihat manis sekali.

"Mau makan malam bersamaku di luar?" entahlah aku hanya merasa bersalah meninggalkannya selama tiga hari ini padahal dia sedang kehilangan, tetapi dengan teganya aku meninggalkannya.

"Bukankah kau pasti lelah? Beristirahatlah saja Tae, biar aku masakan sesuatu. Tenang saja aku sudah berlajar masak, dan kata Jimin dan Yoongi oppa masakan buatanku sudah lumayan layak untuk manusia." Ucapnya langsung berlalu ke dapur kami.

Ku ikuti arahnya ke dapur, ku perhatikan dia yang memulai membuat pasta. Mendengar nama Yoongi sekali lagi, rasanya ingin meninju wajah lelaki itu. Mengingat dia pernah meninju wajahku.

"Tunggu saja di ruang makan Tae, kau kan lelah."

"Dengan melihatmu saja membuat lelah ku hilang." Sungguh, memang benar kenyataanya. Dan aku benar-benar tulus mengatakannya. Pipinya memerah saat ini, gemas sekali rasanya ingin mencubit.

"Jangan menggodaku, cepatlah duduk saja." Dia mendorongku hingga duduk diruang makan. Aku hanya tertawa melihatnya yang malu hanya karena kata-kataku.

Kami makan bersama diruang makan, tidak ada yang bersuara di antara kami. Ara yang biasanya bawel dan selalu menanyakan aku, kini berubah menjadi lebih pendiam.

Apakah dia masih sedih atas kepergian Appa nya?

"Besok aku akan mengambil cuti, kita ke jangryesik-jang besok. Menemui Appa dan menaruh bunga disana."

Setelah mengajaknya ke pemakaman Appa nya, wajahnya tersenyum. Namun sekali lagi, aku tahu bahwa di balik senyumnya itu banyak kesedihan. Menghiburnya sedikit mungkin akan membantu membuatnya seperti biasanya. Sekali lagi ku tekankan aku tulus melakukannya.





-05062018-

Maafkan aku banget lama kalo up huhu, semoga kalian semua readers kesayanganku suka sama bab ini. Kalo suka jangan lupa yaa tinggalkan jejak kalian💜

Serius kemarin comment kalian itu ngebuat aku semangat banget, make my day! Ada yang bikin ngakak juga pokonya terimakasih udah ngikutin cerita aku sejauh ini😭😭💜💜💜

Married With The Devil - KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang