Ara POV
Aku berjalan di jalanan kota Seoul seorang diri, jalanan penuh dengan salju karena salju pertama baru saja turun. Mengadahkan tangan agar salju turun ke telapak tanganku, menatap butiran itu jatuh ke tanganku lalu mencair menjadi air. Indah sekali. Ku perhatikan sekeliling sepanjang jalan banyak sekali pasangan tidak hanya para muda-mudi, banyak pasangan yang saling berjalan berdekatan dengan pasangannya masing-masing guna menghangatkan tubuh. Melihat banyak sekali pasangan itu membuatku teringat dengan Taehyung. Lama berdiam segera ku rapatkan mantelku, lalu kembali berjalan.
Berbicara tentang Taehyung, ini sudah minggu ke dua sejak dia meninggalkan rumah. Ah tidak, bukan dia yang meninggalkan, namun aku yang memintanya pergi. Ketika sampai dirumah, sadar bahwa ekstensinya tidak ada, aku merasa kesepian. Tetapi mengingat apa kesalahannya pada saat itu kembali membuatku kecewa terhadapnya.
Aku menyalakan lampu, membawa semua belanjaanku ke dapur untuk menatanya. Sebenarnya untuk apa aku berbelanja banyak jika aku hanya sendiri saja dirumah ini? Entahlah mungkin sudah menjadi kebiasaanku berbelanja untuk memasakan makanan untuk Taehyung setiap harinya, hingga membuat ku lupa bahwa dirinya tak lagi tinggal bersamaku.
Kesepian? Tentu saja. Sejak Taehyung pergi aku lebih banyak menghabiskan waktu di luar. Sekedar berlama-lama di café, berbelanja ke mall sendiri, atau pergi bersama Yoongi oppa. Sudah satu minggu ini Yoongi selalu berkunjung ke sini. Dia selalu menyempatkan waktunya bertemu denganku, berkata bahwa dia akan menemaniku hingga masalahku dengan Taehyung membaik. Membaik ya? Aku tidak bagaimana aku dan Taehyung untuk kedepannya.
Sampai saat ini aku belum melihat Taehyung, Jimin pun yang pasalnya aku tahu dia berada di rumah Jimin. Keduanya sama-sama tak terlihat.
Bercerai atau belum status kami sungguh sama sekali tidak ada kejelasan, di katakan sudah bercerai tetapi Taehyung tidak mengembalikan surat perceraian yang sudah kuberikan kepadanya. Di katakan belum bercerai, namun lihatlah kondisi sekarang ini. Aku disini, dan Taehyung tidak ada. Sulit menjelaskannya, namun pada intinya Aku merindukannya. Tetapi perasaan ini terlalu egois untuk sekedar mengatakan bahwa aku merindukannya. Menanyakan bagaimana keadaannya pun, sungguh tidak aku lakukan.
Tinggg....Tongg....
Suara bel rumah ku memaksaku untuk berhenti melamunkan tentang Taehyung. Segera ku berjalan ke a rah pintu ingin tahu siapa yang datang.
"Annyeong, Ara-ya."
Benarkan apa yang tadi ku katakan, Yoongi oppa selalu datang. Dan benar saja kini dia sudah ada di depan mataku dengan plastik di kedua tangannya.
"Kau tidak menyuruhku masuk?" ucapnya membuat ku sadar.
"Ah—mianhae oppa, silahkan masuk." Ucapku mempersilahkan masuk untuk Yoongi.
Yoongi langsung duduk di karpet bulu ruang tamuku, lalu membuka plastik yang dia bawa. "Kenapa tidak duduk di atas saja?"
Dia menggelengkan kepalanya lalu menyuruhku untuk duduk juga, "Aku lebih suka duduk di karpet ini. Duduklah, aku bawa Ayam dan Bir."
Begitu mengetahuinya bahwa itu adalah ayam dan bir langsung duduk di sebrang Yoongi." Wah! Bir!!!!" seruku begitu antusias, sudah lama aku tidak mabuk.
"Senang sekali, huh?" Yoongi membukkannya untukku lalu memberikannya kepadaku.
"Sangat senang!" aku langsung meneguknya.
"Masih memikirkan Taehyung-mu?" Tanya Yoongi tiba-tiba.
Aku terus menerus meneguknya, dan kini sudah kaleng kedua yang aku minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With The Devil - KTH
FanfictionTerjebak dalam lingkaran setan kehidupan Kim Taehyung, Jeon Ara harus merasakan sakit yang sangat teramat untuk memperjuangkan cinta Kim Taehyung. "Sesakit ini kah untuk mencintaimu Kim Taehyung?" -Jeon Ara- "Atas kemauanmu sendiri untuk berada di...