Seminggu kemudian...
Kini sudah seminggu semenjak pertemuan Yoongi dan Jimin di café waktu lalu, pamit Yoongi duluan yang harus menyudahi pertemuan mereka. Memang pada dasarnya pembicaraan cukup penting membicarakan bagaimana kondisi Ara, namun keadaan membuat Yoongi cukup sadar bahwa memang dirinya tidak terlibat sejauh ini.
Yoongi, saat ini hanya bisa memandangi Ara dari luar rumahnya melalui mobilnya. Wanita itu masih terlihat sangat sehat, dan tentu saja dengan perutnya yang masih rata karena memang kandungannya baru ber-umur seminggu. Ara, wanita itu sedang duduk bersantai dengan majalah di tangannya. Sedari tadi sudah tiga puluh menit berlalu matanya terus menerus tertuju berfokus pada majalah, membuat Yoongi tentu saja merasa bersyukur Ara tidak menyadari keberadaannya.
Memandang dari kejauhan memang tidak enak, rasanya Yoongi ingin sekali mendekat dan menanyakan bagaimana kondisinya saat ini, namun jika di lihat seperti sekarang sepertinya Yoongi tidak harus menanyakan kondisi Ara, dia hanya perlu mengatakan yang sejujurnya bahwa dia merindukan wanita itu.
Sesekali tangannya mengangkat gelas berisi susu kemudian menyesapnya, namun pandangannya tetap focus terhadap majalah di tangannya. Entah apa yang dibaca oleh Ara, Yoongi tidak mempusingkannya. Melihatnya baik-baik saja dari kejauhan seperti ini sungguh setidaknya membuat Yoongi tenang dan mengurangi rasa rindunya meskipun hanya sedikit.
"Terlalu sulit untuk-ku mendekat, karena..... semakin mendekat hati ini tidak pernah ingin berhenti mencintaimu Ara-ya," ucap Yoongi bermonolog.
Setelah cukup baginya memantau bagaimana kondisi Ara, Yoongi memutuskan untuk pergi karena semakin lama memandang semakin ingin mendekat rasanya, namun sekali lagi bukan tidak bisa. Hanya saja dia tidak mau, ah bukan tidak--- hanya belum mau menemui.
Dengan berat hati perasaan Yoongi yang masih ingin melihat sang pujaan hati harus terhenti sampai sini, menahan rindu lagi sampai hatinya mau menemui sang pujaan.
Yoongi itu bukan egois, hanya saja dia ingin hatinya tidak merasakan sakit yang terlalu dalam.
Tidak rumit sebenarnya, hanya saja perasaan yang salah bukankah harus secepat mungkin di akhiri?
***
Taehyung side
Setelah seminggu lalu aku memutuskan pindah ke apartement ku sendiri yang aku tinggali sendiri sebelum menikah dengan Ara, jangan salah tangap aku bukan lelaki yang hanya mengandalkan harta dari istri ku yang kaya raya. Aku sendiri pun juga menghasilkan uang yang banyak ku tabung. Berbicara tentang Ara, aku sendiri sangat merindukan dirinya.
Alasan ku pindah dengan dari rumah Jimin karena memang pada dasarnya aku merasa membebani Jimin, memang statusnya kita bersahabat—malah buat-ku Jimin itu seperti keluarga ku sendiri, namun memang rasanya hanya tidak enak terus menerus tinggal dirumahnya. Setidaknya aku punya tempat tinggal sendiri kenapa tidak ku tempati bukan?
Alasan lain yang membuat ku memutuskan untuk pindah, sepertinya Jimin menyembunyikan sesuatu dari ku menyangkut tentang Ara. Entah apa yang dia pikirkan sampai aku pun tidak diberi tahu, "Ingatlah sendiri, dan kau harus ingat sendiri agar tidak menyakiti hati Ara," yang Jimin katakan jika aku bertanya "Memang apa yang aku lupakan?"
Jimin menyebalkan kan?
Tapi tenang saja karena sedikit lagi pun aku akan menemui Ara, Mengingat perjanjian sialan ku dengan Irene, hari ini akan segera berakhir. Tentu saja akan berakhir karena hari ini Irene akan datang untuk memberi hasil test dna asli itu kepadaku. Hanya sekedar informasi sebenarnya aku merasa khawatir dengan kedatangannya untuk ke apartemet-ku, namun karena keadaan memaksa yang tidak mungkin bukan jika Irene ku minta di rumah Jimin nanti Jimin akan tahu perjanjian sialan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With The Devil - KTH
FanfictionTerjebak dalam lingkaran setan kehidupan Kim Taehyung, Jeon Ara harus merasakan sakit yang sangat teramat untuk memperjuangkan cinta Kim Taehyung. "Sesakit ini kah untuk mencintaimu Kim Taehyung?" -Jeon Ara- "Atas kemauanmu sendiri untuk berada di...