Buliran rintik hujan menempel pada kaca jendela yang terbuka, pagi hari dengan gerimis kecil namun menyejukkan memang sangat baik untuk mengawali pagi ini. Tetapi aku sama sekali tidak memiliki minat untuk kemanapun atau melakukan apapun. Ku tatap awan di atas melalui celah jendelaku, mendung. Cuaca hari ini seakaan mengerti arti kesedihan hati yang ku rasakan. Seakan ikut merasakan betapa menyedihkannya peristiwa kehilangan kemarin. Ku perhatikan segala ciptaan Tuhan yang terlihat di depan mataku, banyak tumbuhan kecil yang sedikit basah pada daunnya. Jika di perhatikan ternyata rumah Jimin memang banyak sekali tanaman. Mereka semua terlihat indah seakan hidup berkat siraman rintik rintik hujan, aku suka sekali.
Angin melewati ku, sesaat ku pejamkan mataku. Hanya merasakan sejuknya namun tak terlihat wujudnya. Menganggap apakah angin yang barusan melewatiku adalah Appa? Sedikit gila memang jika benar menganggap barusan ' Appa yang lewat '. Sesaat aku tersadar akan kegilaanku setelah mengingat bagaimana proses pemakaman kemarin yang ku saksikan sendiri, tubuhnya yang terbakar habis oleh api. Tersisa abunya yang di simpan, aku merekam memori itu semua di kepalaku. Dan menyadari bahwa kini ekstensinya sudah benar-benar hilang. Aku kehilangannya.
"Kau sudah bangun?" Suara serak Jimin mengejutkan ku yang sedang melamun.
Ku arahkan mataku untuk menyapanya balik, sumpah suaranya yang baru bangun tidur terdengar sexy sekali di telingaku.
Sial, apa yang aku pikirkan?
"Um, sudah dari tadi." Balasku pada akhirnya sebelum pikiranku ini bertambah berantakan hanya karena suara serak milik Park Jimin itu.
"Kau mau sarapan? Biar ku buatkan, lalu bangunkan Yoongi hyung setelah itu ya." Perintah Jimin yang langsung saja melesat ke dapurnya itu.
Sejak kepergian Appa, Jimin dan Yoongi oppa memaksa ku untuk menginap sementara di rumah Jimin. Takut-takut jika kalau tiba tiba saja nanti aku bisa bunuh diri dirumah jika sendiri, mengingat Taehyung pun juga sedang di Paris, Mereka benar-benar mengkhawatirkanku. Aku bersyukur sekali mempunyai mereka!
"Oppa, ireona."
Yoongi yang sulit sekali di bangunkan jika sudah tidur hanya menggeliat saat ku bangunkan.
"Oppa, bangunlah. Ayo makan bersama." Saat ingin mengguncang tubuhnya agar dia bangun tiba-tiba tanganku tertarik, dan berakhirlah aku berada di atasnya.
Sungguh mengejutkan sekali.
"Ya! Mwo haseyo?" ucap ku setengah malu dan mencoba untuk lepas.
Tangannya melingkar di tubuhku, lalu setelahnya Yoongi memposisikan ku di sebelahnya yang hanya ada sedikit ruang untukku. Tangannya memelukku erat. Namun masih tetap menutup mata.
"Oppa, aku t-tidak bisa bernafas." sebenarnya malu sekali, apa-apaan Yoongi oppa seenaknya memelukku di sofa sekecil ini. Bahkan tubuh kita berdua dekat sekali.
Matanya terbuka! Dan sungguh ku rasa wajahku sudah memerah.
"Mengapa wajahmu merah sekali? Menyukai posisi ini?"
"A-ah a-pa maksudmu? Te-ntu saja tidak." Mengapa aku jadi gelagapan seperti ini Tuhan, tolonglah!
Yoongi tertawa kecil, dan sumpah manis sekali. Ku rasa wajahku semakin memerah.
"Apa yang kalian lakukan?"
Itu adalah suara Jimin.
Jimin langsung datang begitu saja tanpa mengetuk pintu. Yoongi yang terkejut langsung saja refleks berdiri, dan aku pun ikut berdiri dengan wajahnya yang merah padam sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With The Devil - KTH
FanfictionTerjebak dalam lingkaran setan kehidupan Kim Taehyung, Jeon Ara harus merasakan sakit yang sangat teramat untuk memperjuangkan cinta Kim Taehyung. "Sesakit ini kah untuk mencintaimu Kim Taehyung?" -Jeon Ara- "Atas kemauanmu sendiri untuk berada di...