Bridal Tour (8)

162 11 0
                                    

Matahari belum menampakkan diri, langit masih diselimuti malam, hawa dingin menyeruak di dalam kamar hotel juga AC yang disetel pada suhu yang lumayan rendah. Waktu masih menunjukan pukul tiga pagi namun Iqbaal sudah bangun karena kebiasaan untuk mengambil air wudhu dan sholat di sepertiga malam. Ada niat untuk membangunkan istrinya sholat berjamaah tetapi niat itu hilang saat melihat wajah sang istri terlihat sangat lelah dan letih.

Rampung sholat tahajud, Iqbaal membereskan perlengkapan sholat dan memasukannya kembali pada lemari disitu. Ia mengambil remote AC dan mengganti suhunya dari tujuh belas menjadi dua puluh lima derajat celcius. Kerongkongannya terasa kering dan perih, Iqbaal mengambil segelas air dan meminumnya. Bingung harus melakukan apalagi, Iqbaal kembali merebahkan badannya di sebelah Nk. Ia tidur terlentang, sedangkan Nk memunggunginya. Pikirnya kurang asik jika Nk tidak menghadap pada Iqbaal tapi dia juga tidak mau menganggu tidur perempuan disebelahnya. Perlahan Iqbaal meletakan tangan kirinya melingkar di pinggang Nk dan kaki kirinya menindih kedua kaki perempuannya. Ia membenamkan seluruh wajahnya pada tengkuk leher Nk. Sedikit banyak tercium aroma wangi dari tubuh Nk yang membuatnya nyaman.

"Bal," Merasa ada sesuatu yang berat menimpa badannya, Nk terbangun dan menunduk, ia langsung mengetahui bahwa itu tangan dan kaki milik Iqbaal. Memang siapa lagi jika bukan Iqbaal? Disitu hanya ada mereka berdua kan, pikir Nk dalam hati.

"Hm" jawab Iqbaal cuek dengan posisi kepala yang masih terbenam di tengkuk leher Nk.

"Berat" keluhnya pada Iqbaal. Mendengar komplain dari sang istri, Iqbaal pun menurunkan kakinya dengan segera namun tidak dengan tangannya yang masih melingkar di pinggang Nk.

Disaat seperti itu Nk mengingat perkataan Iqbaal semalam mengenai 'besok saja' sebenernya apa maksudnya, dia tidak bisa membayangkan lebih dari sekedar tidur bersama, ia masih belum siap. Hatinya masih belum siap. Bukan berarti dia tidak mencintai Iqbaal tapi ia masih tidak mengerti, takut, dan ragu.

"Berbalik.." bisik Iqbaal memberikan perintah. Tapi Nk menggeleng, ia tidak bisa berbalik dan bagaimana jika perkiraannya benar. Bahkan untuk membalas ciuman Iqbaal saja rasanya kaku. Hatinya perlahan mulai berdegup kencang akibat memikirkan hal yang tidak - tidak.

"Hatimu berdegup kencang" Iqbaal menempelkan telingannya di punggung Nk. Ia menarik paksa pundak Nk untuk berbalik dan menempelkan telinganya di dada sebelah kiri Nk, "dan sekarang lebih kencang" bagaimana bisa detakannya normal jika Iqbaal bertindak dengan tidak normal. Nk yang kesal juga malu mencoba menetralkan degup jantung dan jalan nafasnya. Sedangkan Iqbaal hanya tersenyum penuh kemenangan.

Sekarang Iqbaal sudah menyelaraskan tubuhnya dengan Nk. Sehingga matanya bisa menatap lurus pada Nk. Ia menghela nafas dan berkata, "kenapa kau selalu gerogi di dekatku?" Nk kebingungan menjawab pertanyaan itu, bahkan ia tidak berani menatap Iqbaal balik, "hei lihat aku" Iqbaal memegang pipi Nk lembut, tapi karena perlakuan Iqbaal yang seperti itulah malah makin membuat dirinya gerogi, "hei, hei, lihat aku, rilex" sekarang Iqbaal menggoncang pipi Nk hebat dan berhasil membuat mata Nk menatapnya.

"Kenapa," perkataan Nk terhenti sesaat, "aku gerogi, karena kamu.." katanya melirih lalu ia menunduk tak lagi menatap Iqbaal.

"Kita sudah menikah, mau sampai kapan seperti ini?" perkataan Iqbaal sukses membuat ia menegang padahal tadi Nk sudah lumayan rilex. Jadi saat ia berkata besok itu benar benar akan terjadi hari ini? Tapi ia harus melakukan itu kan sebagai kewajibannya.

"Aku tidak akan memaksa" ucap Iqbaal lirih, "tapi,," perkataannya sengaja diputus, "aku tidak suka jika kau kaku bila berada didekatku" nada bicara Iqbaal yang terkesan lurus tanpa nada rendah maupun tinggi membuat Nk bak disambar petir di siang bolong karena durhaka terhadap sang suami.

"Maaf" hanya itu yang dapat terucap dari mulut Nk dengan lirih, "aku akan berusaha" tambahnya lagi. Segenap hati dan jiwanya benar benar merasa berdosa pada Iqbaal.

"Terkadang manusia bisa liar seperti binatang buas" kata Iqbaal datar.

"Apa maksudmu?" Nk tidak mengerti hal apa yang sedang Iqbaal bicarakan.

"Aku sedang mengontrol diri sendiri agar tidak berubah"

"Apaan sih ngelawak, emang kau powerrangers" Nk terkekeh geli mendengar balasan suaminya walau nadanya datar tapi cukup menghibur.

"Aaa..!!" Rintih Nk karena hidunganya ditarik dengan keras oleh Iqbaal.

"Tidak baik jika terus dalam posisi seperti ini" batin Iqbaal dan segera bangun dari ranjang. Sebagai laki laki normal, ia tidak yakin jika dirinya bisa terus menahan diri. Sedangkan Nk terlihat tidak peduli dan hanya memedulikan hidungnya yang merah akibat cubitan tadi.

"Sebenernya dia cinta ga sih" batin Iqbaal mulai meragukan Nk tapi ia juga memaklumi karena pernikahan mereka adalah perjodohan yang tiba tiba.

"Dia itu kadang kasar, kadang romantis, ish tapi jadi nyebelin, sebenernya gimana sih perasaan Iqbaal ke aku, cinta atau engga, mukanya selalu saja datar seperti itu" gerutu Nk dalam hatinya.

Baik Iqbaal maupun Nk mereka sedang meragukan perasaan lawan masing masing, namun tidk ada yang berani membuka suara untuk menanyakan hal itu. Beberapa menit kemudian adzan subuh terdengar dari handphone milik Iqbaal, mereka pun menunaikan sholat bersama. Setelah itu, mandi dan bersiap siap untuk pergi jalan jalan mengitari Yunani.

Modern FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang