Pecahan Piring

382 34 0
                                    

Iqbaal's POV

"Hah? Apa maksud kamu bal? Apa? Emang kenapa sama bibir aku? Bibir aku tipis? Terus gimana? Ga terima? Masalah buat lo ha?" Dia menghujani ku dengan pertanyaanya.

Oh oke, mungkin karena tindakan ku tadi.
Jujur, sebenarnya tak ada maksud apapun saat di balkon hotel tadi.
Eh atau mungkin tadi ada.
Jadi, sebenernya aku empet sama ocehanya yang ga ada henti - hentinya, kalo bicara tuh udah kaya kereta api. So, aku deketin dia mau bilang sesuatu. But, tiba - tiba nih yeh.. ada setan gitu, aku fokus ke bibirnya.. sexy.
Setelah beberapa detik aku puas memandangnya, aku pun menjauh.
Oh tuhan, gadis itu benar - benar cantik.
Tapi, cerewetnya itu loh... over banget deh -,-

"Aduh, aku kebelet kencing. Aku ke WC dulu ya" katanya sembari masuk ke WC.

Ngapain pamit ke aku ha, emang aku penjaga toilet.
Waktu menunjukan pukul 8 malam, tapi dua ibu - ibu rempong itu belum pulang. Apa mereka tidak tahu kalau cacingku harus di beri makan sekarang juga. Cih. Guru macam apa mereka.

Aku pikir, aku lebih baik mencari makan sendiri. Mungkin di hotel ini ada yang jual makanan, atau ya sekitar hotel ini.

Praaanng!!
Aku mendengar suara piring pecah, saat aku akan masuk ke dalam lift.

"Iqbaaaal!!!". Suara itu. Aku tahu pasti suara itu, suara *nk*.

Aku menoleh, dan segera berlari. Astagah! Apa yang terjadi disini?

"Bal, kamu kemana sih? Kok aku di tinggal sendiri" kata *nk* dengan manja.

Dia mencoba berdiri, namun tidak berhasil. Ternyata, ia menginjak pecahan piring tadi. Terpaksa aku harus menggendongnya. Menyebalkan bukan? *nk* itu tipe cewek cerewet, menyebalkan, dan merepotkan. Cih.
Aku menggendongnya ala bridal style. Untungnya, *nk* itu langsing.

"Bal,ngapain gendong aku hah? Aku bisa jalan sendiri. Lepasin aku ngga, lepasin sekarang juga" Dia terus memaksa ku.
Baiklah, aku mengendorkan cengkramanku pada badan mungilnya itu, Ha. Coba kita liat ekspresinya.
"Gila kamu bal, kalo aku jatuh gimana hah? Tulang punggung aku bisa remuk semua nanti". Dia malah mencekik leherku. Perempuan gila macam apa dia. Cih.
"Diem!" Bentaku.

Aku membawanya ke kamar hotel, lalu mendudukanya di kasur.
"Diam di tempat", perintahku.
Aku mengambil air hangat, dan obat merah.

*Nama Kamu* POV

Iqbaal datang dengan membawa gayung, dan obat merah. Mungkin dia akan menyuruhku membersihkan luka ini. Hmmm...
Tiba - tiba dia berlutut di depanku, dan mengangkat kaki ku yang terluka. Dia membersihkan kaki ku itu.

*Flash back on*

"Ah lega" kataku setelah selesai buang air kecil.
Eh iqbaal dimana nih?
Jangan - jangan dia ninggalin aku sendirian lagi..
Oh My! No! Aku takut sendirian.
Aku berlari mencari Iqbaal, namun nihil.
Prang!!!
Shit! Aw.. ugh sial! Bisa - bisanya aku nabrak orang. Oh aw! Kakiku menginjak beling, aku lupa tak memakai alas kaki tadi.
"Ya ampun dek, maafin saya dek. Adek ada di kamar nomor berapa?" Kata pelayan hotel itu.
Aku mendengus kesal, bukanya di bantuin atau apa gitu, malah nomor kamar. WTH!
"69" jawabku singkat.
Eh eh eh, tunggu aku liat Iqbaal.
"Iqbaaaal" aku memanggil namanya dengan lantang.

*Flash back off*

"Ada pecahan kaca yang menancap" kata Iqbaal memberitahu.
"Aku tahu" jawab ku singkat.
"Harus di ambil, jika tidak kaki mu akan membengkak" Katanya lagi.
"Apah? Bengkak? Ahh ga mau" rengek ku.

Tok tok tok.

Ternyata itu pelayan hotel yang tadi aku tabrak.

"Mba punya pinset?" Tanya Iqbaal.
"Oh ini saya sudah membawa pinset, plester, obat merah, sama perban". Ia menyerahkan barang - barangnya.
"Terima kasih" jawab Iqbaal.
"Ada yang lain?" Tanya sang pelayan.
"Spagethi satu" kata Iqbaal.
Hoh, satu aja. Emang dia kira aku ga laper. Aku juga mau woy.
"Aku susu vanilanya satu, burger satu, spagethi satu yah" aku juga ikut memesan.
"Baiklah". Pelayan itu pun keluar.

Iqbaal kembali fokus pada kaki ku.
"Ada peniti?" Tanyanya.
"Di dompet ku, ada tuh. Di dalem tas abu - abu itu" aku menunjuk tas ku yang tergeletak di atas meja.
Iqbaal mengambil peniti, dan balik lagi.
Dia membenggangkan peniti itu, sehingga peniti itu lurus. Tak lagi bengkok.
"Sebenernya kamu mau ngapain sih?" Tanya ku penasaran.
Dia tak menjawab.Ok, typical of Iqbaal.
Aaawww..
Ini perih, aku rasa Iqbaal menyayat kulit ku.
"Aaww.. sakit Bal".Aku mencengkram pundaknya keras.
Setelah puas menyayat kakiku, dia mengambil pinset.
"Nah, Ini pecahan kacanya" Katanya menunjukan pecahan piring yang berhasil dia ambil dari kakiku.
"Huft syukurlah".
Baru saja aku mau berdiri, namun dia melarangku. Dan menyuruhku untuk duduk kembali.
Setelah membuang pecahan kaca tadi, dia kembali.
Iqbaal memberi obat merah dan memasang plester di kakiku.

Tiba - tiba saja pintu kamar terbuka.
"Hei apa yang terjadi?" Tanya bu Kayli.
"Em, hanya kecelakaan kecil bu. Dan untungnya ada Iqbaal, dia membantuku" Jawabku.
"Kecelakaan apa? kamu ga papa kan?" Tanya bu Nayli.
"Gapapa kok bu. Jadi, tadi aku ga sengaja nabrak pelayan hotel yang lagi bawa setumpuk piring dan piring itu pecah, terus kakiku kena pecahan itu. Ya syukur alhamdulillah ada Iqbaal, dia yang bantu ambil pecahan beling itu" Jelasku panjang lebar.
"Benarkah itu Iqbaal?" Tanya Bu Kayli.
Iqbaal hanya mengangguk.

Modern FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang