Bridal Tour (7)

161 12 0
                                    

Iqbaal mengacak rambutnya kasar. Entah sudah berapa kali ia mengacak rambut seperti itu sampai terlihat layaknya orang yang tidak pernah menyisir rambut selama satu tahun. "Fuck!" sudah berapa kali juga kata - kata kotor keluar dari mulutnya. "Astaghfirullah, istighfar, Bal, istighfar" tak lupa istighfar selalu dilontarkan semata mata demi menenangkan dirinya yang sedang kacau balau.

Hari sudah malam namun ia belum bisa menemukan keberadaan Nk. Rasanya ia sudah memutari seluruh bagian kota itu tapi tidak ada tanda - tanda bahwa istrinya pernah menapakan kaki disitu. Setiap orang yang lewat selalu ia tanya dengan pertanyaan sama apakah mereka melihat nk dan mereka pun membalas dengan jawabanya yang sama yaitu tidak. Karena tidak membawa powerbank, handphone Iqbal sudah mati kehabisan daya. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Jika terus mencari nk hanya dengan menjelaskan ciri cirinya belum tentu orang yang ia tanya tahu, dengan foto saja mereka tidak mengenali apalagi hanya dengan menyebutkan ciri - ciri wajar seperti kulit putih, hidung mancung, mata kecoklatan, dan seterusnya, bukan? Mungkin lebih baik jika ia kembali ke hotel, beristirahat sekejap lalu ke kantor polisi untuk meminta bantuan mereka mencari nk.

Grookk.. Grookk..

Ia memegangi perutnya karena mengeluarkan suara khas jika sudah meronta minta diisi. Tiba tiba saja bau harum nan sedap lewat di depan hidung Iqbaal yang tajam. Perlahan Iqbaal mengikuti bau yang berasal dari restaurant mewah nan megah tersebut. Menghirup nafas dalam bau lezat daging panggang berhasil menguras habis isi perutnya. Keputusan untuk kembali ke hotel tergantikan dengan makan malam terlebih dahulu. Memang sedari pagi ia belum makan banyak, ia hanya makan jajanan yang dijual dipinggir jalan.

Kring kring..

Lonceng berbunyi saat ia membuka pintu restaurant, "Selamat datang" para pelayan menyambut kedatangannya dengan ramah, sesaat ia merasakan bahwa dirinya bukan masuk ke restaurant mewah tapi ke minimarket di Indonesia. Kau tahu lah ya apa. Ah tapi lupakan saja, karena urusan perutnya lah sekarang yang terpenting.

"Iqbaal.." telinganya menangkap suara lirih dari suatu tempat disitu, tapi ia menapisnya dengan menggeleng keras, ia yakin bahwa suara itu hanya halusinasinya belaka karena lelah mencari nk, suara tadi juga sangat mirip dengan nada khas suara Nk jika meminta sesuatu padanya dengan lembut. "Iqbaal kenapa kau tidak mencariku" sekarang Iqbaal berdiri mematung, ia kerjapkan matanya beberapa kali agar dirinya bisa kembali ke dunia nyata. Kenapa semakin ditolak suara Nk malah makin menghantui. "Iqbaal, hiks hiks hiks.." tangisan itu terdengar jelas di telinganya. Ia pun akhirnya mengedarkan pandangan pada setiap sudut restaurant tersebut. Matanya sukses membulat sempurna bak telah menemukan mutiara di palung terdalam. Kakinya pun langsung melangkah cepat kesana, menggapai mutiara terindah yang pernah ada.

"Bodoh" Iqbaal memegang dagu perempuan tersebut dan mendongakannya. Betapa bahagianya ia bisa melihat sosok tersebut dengan kondisi yang masih baik baik saja. Senyum tipis terukir di bibir pria muda tersebut. Sontak ia langsung dipeluk erat dan sang perempuan kembali menangis. "Aku takut jika ini hanya halusinasiku, Iqbaal" ucapnya disela sela isakan tangis. Iqbaal meraih kedua tangan yang melingkar di pinggagnya lalu berlutut dihadapan sang istri. Ia menatap intens dan dalam pada nk, ah bisa saja ia menangis tersedu sedu karena dapat bertemu dengannya lagi setelah pencarian panjang selama satu hari bagai terpisah selama satu tahun. Ia menghela nafas panjang dan mulai berbicara "mari kita pulang" katanya lembut lalu menghapus air mata yang masih mengalir di pipi Nk. Tidak percaya dengan apa yang ia lihat, nk hanya mematung dan terdiam.

"Aku takut" nk kembali memeluk Iqbaal dengan sangat erat. Seluruh badannya gemetar. Nafasnya naik turun dengan cepat. Ia masih tidak bisa mengendalikan diri. Iqbaal tidak berkata apapun. Ia membiarkan seluruh pundaknya basah sebagai sandaran wanita itu. Tangan kanannya terus mengusap lembut kepala nk sedangkan tangan kirinya memeluk nk erat.

"Maaf, menganggu. Apa anda suami nk?" setelah Iqbaal dan Nk melepas pelukan mereka Chef Fillo datang. Nk pun mengangguk meng-iya-kan.

"Perkenalkan, nama saya Iqbaal Dhifakhri Ramadhan, suami dari Nk. Jika anda adalah orang yang membantu istri saya selama ini, dengan penuh hormat saya ucapkan terimakasih" setelah memahami situasi, Iqbaal memperkenalkan dirinya menggunakan bahasa inggris.

"Bal, aku ngutang makanan belum dibayar hehehe" kata nk kikuk.

"Ah sudahlah itu tidak perlu dibayar, yang terpenting kalian sudah bisa bertemu lagi, sebagai koki itu sudah kewajibanku untuk memberi makan setiap orang yang datang kepadaku" jawab Chef Fillo dengan senyum lebar khasnya.

"Aku akan makan disini, biar aku bayar sekalian apa yang sudah menjadi tanggung jawab ku, sekali lagi aku ucapkan terimakasih banyak kepada anda karena telah menjaga istri saya" ucap Iqbaal penuh hormat pada Chef Fillo.

"Kalo masih pengen makan, pesen aja, bicaranya nanti" Iqbaal menarik Nk untuk kembali duduk berhadapan dan langsung memberi peringatan untuk tidak bercerita panjang lebar karena dirinya sudah lelah dan ingin segera pulang ke hotel untuk tidur.

Seusai makan Iqbaal membayar bill dan berpamitan pada Chef Fillo, mereka menyetop taxi dan kembali. Di hotel, Iqbaal langsung mandi dan tidur.

"Yaelah malah tidur mana ngorok gitu, kan gue mau cerita, dih...!!" ucapnya kesal karena melihat Iqbaal sudah tertidur pulas setelah ia tinggal mandi sebentar. Setelah berpakaian Nk menyusul Iqbaal ke alam mimpi dengan berbaring disebelahnya.

"Ahh..." Nk mengulet, tidur diatas kasur yang empuk sangat membuat dirinya nyaman. Tulang tulang yang rasanya retak dan patah itu pun kian menghilang. Ia menghadap Iqbaal yang tertidur pulas sambil mengorok tersebut. "Kalo ngorok gini, jadi ilfeel akunya" Nk terkekeh kecil, rasa bahagianya bisa melihat Iqbaal kembali tidak ada yang bisa menandingi. Nk pun mulai mencoba memejamkan namun ia tetap tidak bisa tidur karena dengkuran Iqbaal yang memekikan telinga.

"Ish.. Berisik tau Bal" gerutunya sembari menutup telinga. Apa iya dia harus menutup mulut Iqbaal dengan bantal. Nanti kalau kalau Iqbaal mati dia malah jadi tersangka pembuhunuhan kan ngeri. "Heh diem atau ku cium nih" ancam Nk pada Iqbaal yang tertidur pulas. Ajaibnya dengkuran Iqbaal itu berhenti Nk pun mulai mencoba memejamkan mata.

Ngraaakhh.. Ngrookh...

Suara dengkuran Iqbaal kembali terdengar keras. Padahal baru saja Nk akan masuk ke dalam dunia mimpi yang indah. Frustasi dengan dengkuran Iqbaal yang tiada henti, ia pun berencana untuk menutup mulut Iqbaal yang terbuka lebar itu. Tapi bukannya mendekatkan tangan, Nk malah mendekatkan wajahnya pada Iqbaal. Wajah nk semakin dekat pada Iqbaal hingga embusan nafas Iqbaal bisa dirasakan dengan jelas. Iqbaal yang menerima tekanan hebat terbangun secara tiba tiba.

"Aaa..!!" Nk yang kaget menjerit dengan keras. Ia terlonjak ke belakang namun Iqbaal menariknya kembali sehingga jarak mereka kembali dekat. Hatinya sekarang berdegup amat kencang macam melihat mayat yang hidup kembali

"Aah.." desah Iqbaal menatap Nk dengan sayu, "kau ini agresif ya" bibir Iqbaal menyeringai sebelah, membuat Nk bergidik ngeri, "cewe itu ga boleh agresif, jadi biar aku dulu" Iqbaal menarik Nk jatuh ke pelukannya, "tapi aku sangat capai, besok saja ya" katanya dan kembali menutup mata sempurna.

"Bal" panggil nk lirih, "hm" jawab Iqbaal sekenanya. "Jangan ngorok" kata Nk pada suaminya, "hm" jawab Iqbaal dan kembali tidur. Nk pun cepat cepat tidur sebelum Iqbaal kembali ngorok dan membuatnya terjaga sepanjang malam.

Modern FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang