Bridal Tour (9)

165 12 0
                                    

Aku dan Iqbaal telah selesai makan pagi di hotel. Ia mengajaku pergi berkeliling Yunani. Dengan mengenakan pakaian warna senada yaitu merah maroon, kami benar - benar terlihat kompak layaknya pasangan suami istri. Sebenarnya, aku sengaja membawa pakaian yang selalu sama agar terlihat lebih cute dan instagramable banget kalo diupload. Tak lama setelah keluar dari hotel, Iqbaal menyetop taxi dan aku mengikutinya. Jujur, aku tidak tahu tempat mana yang akan kita tuju yang penting aku ikut.

Laju taxi mulai melambat hingga akhirnya berhenti. Kami pun turun dari taxi. Seketika mataku langsung di suguhkan oleh pemandangan dari salah satu keajaiban dunia UNESCO. Yup, Parthenon diatas bukit Acropolis.

Bangunan tua itu masih kokoh berdiri diatas bukit dengan tiang tiang besar menjulang tinggi yang menyangga dan menjadi dominan diantara bagian bangunan lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bangunan tua itu masih kokoh berdiri diatas bukit dengan tiang tiang besar menjulang tinggi yang menyangga dan menjadi dominan diantara bagian bangunan lain. Biasanya aku hanya melihat bangunan kuno itu atlas tapi sekarang aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Wah, sungguh beruntung diriku! Tak sabar untuk mendaki bukit tersebut, aku pun langsung berlari tidak memerdulikan sekitar.

"Hei!" Iqbaal menarik lengaku keras untuk mencegatku pergi, "jangan pergi jauh dariku" Apa? Apa aku tidak salah dengar? Yah walau dia berkata dengan nada yang datar tapi aku dapat melihat rasa kekhawatirannya yang tidak dapat di sembunyikan. Tiba - tiba saja tanganku seperti dialiri arus listrik merambat dari ujung jari hingga menstimulasi ke otak karena perlahan jari jemariku bertemu dengan jari jemari milik orang lain, siapa lagi jika bukan Iqbaal. Tangannya yang kuat menggenggamku sangat erat seakan tak mau kehilangan aku lagi. Tak sadar bibirku tersenyum simpul akibat perlakuan Iqbaal.

"Disini banyak orang, jangan bertindak sendirian jika tak mau hilang lagi" ia memperingati dengan ketus tapi entah kenapa di telingaku itu terdengar berbeda malah seperti sebuah rasa kasih sayang. Akupun hanya mengangguk menuruti kata kata nya. Sepanjang jalan kami berdua berjalan sejajar dan terus bergandengan tak jarang beberapa orang menatap ke arah kami, aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan tentang kami, namun yang jelas dalam benakku kami terlihat seperti benar benar pasutri baru yang sedang bulan madu. Tak mau munafik aku sering tersenyum karena ini dan Iqbaal tidak mengetahuinya karena Iqbaal tetaplah Iqbaal yang kaku, tangan kirinya memang menggengam tanganku tapi tangan kanannya ia masukan ke dalam saku, pandangan matanya juga tetap lurus sejurus rata - rata air.

Setelah berjalan lumayan lama akhirnya kami sampai di puncak bukit Acropolis. Dari sini Parthenon dapat terlihat dengan jelas dan pemandangan kota Yunani juga bisa terlihat begitu indah dari atas. Semuanya kelihatan kecil namun mendetail sampai gang gang yang ada disana masih tampak dengan jelas. Kota penuh sejarah yang apik dengan dominan putih.

Iqbaal mengajakku istirahat sebentar, sebelum akhirnya kami kembali turun dan menuju ke destinasi wisata selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iqbaal mengajakku istirahat sebentar, sebelum akhirnya kami kembali turun dan menuju ke destinasi wisata selanjutnya. Huft, padahal kakiku masih lelah, aku juga masih ingin lebih lama berada disini. Tapi kata Iqbaal banyak tempat bersejarah lainnya yang wajib dikunjungi jika ke Yunani.

"Bal, kenapa keburu buru gitu sih? Kan aku cape" keluhku saat ditarik bangun untuk menuruni bukit.

"Bangun pemalas!" balasnya sengit.

"Katamu kau punya waktu seminggu disini, ayolah nanti dulu, istirahat dulu, kan masih ada besok, lagian kita baru dua hari kan berada disini" kataku menerangkan.

"Dasar IQ jongkok! Otak ga pernah dipake sampe lupa cara ngitung" ejekannya membuatku kesal. Oke aku tau dia kuliah dan menjadi sarjana sedangkan aku tidak, hanya lulusan SMA. But, Wait!! Aku juga dulu masuk paralel bahkan menjadi lulusan terbaik di SMA, tidak percaya? Back to 'Graduation' chapter everybodehh..
"Aku libur tujuh hari dan sudah dipakai tiga hari, kita di Yunani hanya sampai besok, lusa pulang" jelasnya singkat tapi aku sudah mengerti. Aku melupakan fakta bahwa perjalanan pergi dan pulang dihitung. Apalagi jarak dari Yunani ke Indonesia yang jauh memakan banyak waktu sekitar 16 - 20 jam dan bisa saja dua hari satu malam. Andai saja aku punya pintu kemana saja atau kekuatan teleportasi pasti tidak akan jadi seribet ini kan.

"Tapi aku capeeeee, tuan pemaksa I-Q-B-A-A-L" kataku penuh penekanan saat mengeja namanya dengan bahasa Inggris. Sekonyong konyong Iqbaal berjongkok dihadapanku lalu menepuk nepuk punggungnya seakan mengisyaratkan, "naik" ucapnya datar. Hah? Dia serius? Walau aku tidak gemuk tapi bagaimanapun aku tetap lah berat, aku tidak mau merepotkan apalagi membebaninya. Kenapa sih kita ga istirahat lebih lama saja.

"Aku bilang naik!" aku terlonjak kaget karena Iqbaal menggentak keras diakhir kalimatnya.

"A-anu itu," ah lidahku kelu tidak bisa bicara. Aku tidak mau digendong seperti itu karena alasan akan menyusahkan juga ada alasan lain seperti jarak kita yang terlalu dekat atau bahkan tubuhku akan menempel padanya. Duh! Mikir apa sih aku.

"Heh! Kau itu sudah bodoh, budek lagi" Ia mendekat dan menarik tanganku, seketika Iqbaal mengangkat tubuhku lalu menggendongku di punggungnya.

"Hm, payudaramu kecil ya" mataku langsung terbelalak mendengar perkataan Iqbaal, badanku juga melonjak karena refleks.

"Dasar mesum!!! Turunin akuuu!!" aku menoyor kepalanya keras, ia pun merintih meng-aduhkan. Sudah kuduga ini akan terjadi, badanku menempel. Huaa.. Ingin rasanya aku menangis dihina seperti tadi.

"Oke lah, aku jadi tidak perlu repot repot membawa beban seberat gajah" ejeknya lagi seraya menurunkan aku. Dia bukannya mendinginkanku malah membuatku semakin memanas. Aku menoyor kepalanya sekali lagi.

"Ga jadi! Gendong aja terus sampe nyampe pokoknya! Ga mau tau! Titik!" titahku pada Iqbaal. Biar saja dia kelelahan. Aku tidak mau kalah, apalagi setelah diejek secara beruntun seperti tadi. Hanya kali ini aku akan menjaga jarak agar tubuhku tidak menempel ke badannya. Tapi sepertinya Iqbaal tidak menyukai itu, ia lalu menarik tanganku kasar sehingga badanku kembali menubruk punggungnya, "aaa.." pekikku karena kaget. Dasar setan otak mesum. "Asal kau tau, aku tidak peduli mengenai payudaramu" kali ini aku menoyornya benar benar keras hingga ia sedikit oleng. "Perlu banget ngomong gitu berulang ulang" gerutuku pasrah, yah aku pasrah saja, lagian memang capek menahan posisi membuat jarak.

Modern FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang