little drama (2)

298 21 2
                                    

"Astaghfirullah!! Iqbaal" aku dan bunda menjerit bersamaan. Kami pun langsung mendekati Iqbaal.

"Bagaimana kita bisa memindahkannya, bunda?" aku menatap bunda selagi mengusap kepalanya.

"Biar bunda bilang pak satpam di depan agar membantu kita menggotongnya" bunda pun langsung pergi ke arah luar.

Dengan hati hati Iqbaal dibaringkan diatas tempat tidur King size kami. Ku lepas kedua sepatunya. Menyingkirkan rambut rambut yang menutupi wajahnya. Lebam lebam ungu biru dapat terlihat jelas di sekitar mata juga mulutnya. Bunda mengambil air es untuk mengompres luka Iqbaal. Aku mengambil baju Iqbaal dari lemari.

"Biar bunda tinggal dulu sebentar" bunda kembali pergi dan meninggalkan kami berdua.

Ku buka kancing bajunya dengan pelan. Keadaan tubuhnya tak jauh berbeda dengan wajahnya. Lebam lebam mendominasi warna kulitnya. Air mataku kembali mengalir. Tak tega aku melihat keadaan Iqbaal selemah ini. Sebenarnya apa yang telah terjadi padanya?

"Sebenarnya kedatangan bunda kesini, selain mencari Iqbaal juga ingin membahas tentang bulan madu kalian" bunda mendudukanku di sofa yang ada dalam kamar. "Tapi melihat keadaan Iqbaal dan masalah yang sedang menimpa, mungkin bulan madu ini terancam gagal. Padahal sudah bunda atur agar 3 hari lagi kalian dapat berangkat". Aku hanya menghela nafas begitupun dengan bunda.

"Bunda percaya, kamu tidak pernah melakukan hal hal buruk seperti di foto itu" kata bunda.

"Terimakasih bunda" aku memeluk bunda.
"Kau harus bisa membuat Iqbaal percaya dan mempertahankan pernikahan ini".

Ku masukan kembali beberapa bongkah es batu ke dalam baskom kecil untuk mengompres luka luka Iqbaal. Hari sudah malam, bunda pun sudah pulang. Namun Iqbaal tak kunjung membuka mata. Ku kompres semua luka yang ada.

Beranjak mengambil air wudhu dan menunaikan shalat isya. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama aku memegang Al-Quran. Selama ini diriku memang terlalu menyibukkan diri hingga lupa membaca kitab suci ku sendiri.

Hari ini, hari jumat. Iqbaal pernah berkata padaku Al kahfi baik di baca di hari Jumat. Aku juga pernah mendengar ia membaca Al kahfi pada jumat malam.

Ku ucap basmallah dan mulai melantunkan Al kahfi di hadapan Iqbaal. Walau suaraku tak semerdu Qari semoga saja ini bisa membuatnya lebih tenang dan bisa mendengarkan penjelasanku saat sudah sadar nanti.

....

Cahaya lampu menyilaukan pandanganku. Huft kenapa dia tidak mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur. Aku menoleh ke kanan, ranjang disebelahku kosong. Kemana dia pergi? Menemui lelaki bajingan itu? Hm aku tidak peduli. Kemudian aku menoleh ke kiri, apa itu dia tidur dalam posisi duduk berbalut mukenah?

Aku mencoba duduk dengan pelan. Luka lebam ini masih terasa nyeri dan sakit. Mengangkat wajah yang terbenam dan benar nk tertidur disitu. Al Quran tergeletak di sampingnya. Setelah menaruh Al Quran, dengan susah payah aku membaringkan nk di ranjang kami.

Wajah yang tertidur pulas terlihat sangat polos dan nampak tanpa dosa. Bagaimana bisa wanita seperti dia berhubungan dengan pria lain? Rasanya sulit mempercayainya. Tapi bukti yang ada sudah sangat menguatkan pernyataan Shawn. Pria itu benar semua itu salahku, kenapa aku malah marah marah kesetanan tadi siang?

***

Mataku terbuka perlahan. Argh! Kepalaku terasa pusing. Sebenarnya apa yang terjadi? Dimana aku? Sekejap aku mencoba mengingat kejadian sebelum aku tak sadarkan diri.

"Ah iya, perasaan gue mau jalan ke mobil buat pulang, terus? Terus gue disini. Ini dimana? Jadi ceritanya gue diculik? Kok receh sih" cerocosku kesal. "Mau lo apa?!!" teriakku sekuat tenaga. Aku tau pasti ada dalang dibalik setiap cerita.

Modern FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang