little drama

361 17 2
                                    

Hai hai..
Maafin author yang ilang ilangan dan jarang kembali.

Terimakasih pada seluruh pembaca.

Maaf atas sikap yang tidak profesional.
Maaf atas cerita yang tidak jelas alurnya.
Maaf atas banyaknya kekurangan
Apalagi ini adalah cerita pertama yang saya buat.
Semoga ini bisa jadi bacaan ringan yang menyenangkan.
.
.
"Hallo Assalamualaikum" suara bunda dapat ku dengar jelas dari dalam.

Ku seka keringat yang mengucur deras karena mengepel lantai keramik ruang tidur - ruang keluarga - dan sekarang ruang tamu. Jika ditanya siapa artis paling pelit di dunia akan ku jawab lantang IQBAAL DHIAFAKHRI RAMADHAN!!!. Ketahuilah wahai para reader dia bahkan tidak membelikan aku alat pel, dia ingin aku mengepel dengan kain pel saja, alasannya agar aku tidak bertambah gendut. Mau dilihat dari manapun kata gendut jauh dari diriku. Tinggi 165 berat 46kg. Ditambah sifat diktraktor Iqbaal Ramadhan yang menginginkan ku selalu aktif kesana kemari.

Tugas harianku sudah dimulai dari pagi buta pukul 03.00. Dia minta agar setiap hari, aku membangunkannya shalat tahajud. Setelah itu mempersiapkan segela keperluannya. Memasak untuk sarapan. Setelah itu membereskan rumah. Mulai dari menyapu, mengepel, mengelap jendela, membersihkan pintu, menyiram bunga, menyiangi, memupuk, mencabut rumput, dan lain lain. Rasanya semua pekerjaan itu tidak ada habisnya. Apalagi di rumah seluas 1 hektar ini. Jika terus terusan seperti ini rasanya badanku remuk semua.
Setelah mengerjakan semua pekerjaan rumah. Bada maghrib aku harus sudah memasak untuk menyiapkan makan malam untuk Iqbaal dan juga mandi plus sedikit berdandan.
Pernah sekali dia pulang bekerja aku belum mandi dan masih lusuh, langsung diriku kena marah. Katanya mirip pembantu. Jelek, usang, bau, tidak terawat. Dan berbagai komen pedas lainnya. Dia pun mewajibkan agar aku mandi sebelum dia pulang. Jika aku belum mandi maka dia tidak mengijinkanku makan malam.
See.. Lihat betapa kejamnya dia.
Aku yang memasak, aku pula yang tidak boleh makan.

"Waalaikumsalam, bunda" aku membuka pintu depan menyambut bunda dengan senyuman agar tidak terlihat lelah.

"Astaghfirullah nk, baru dua minggu kamu nikah sama Iqbaal makin kecil aja. Kamu juga keliatannya cape banget. Emang habis ngapain?" Bunda menelisik kedalam mataku yang sayu. Sudah pasti kedua mataku mengatakan kejujuran. Ditambah dua hari ini aku tidak bisa tidur karena Iqbaal yang tak kunjung pulang. Aku tidak tau keberadaannya. Handphone nya tidak aktif. Anggota CJR lain juga tidak ada yang tau dia dimana.

"Gapapa kok bunda" ucapku diakhiri senyuman tipis.

"Beneran nih? Kamu habis ngapain sih? Ngepel? Kenapa Iqbaal ga pake ART aja si?! Kasian nih kamu jadi cape gini, nanti ga hamil - hamil loh" hamil? Berhubungan saja tidak pernah. Bagaimana bisa hamil?.

"Ngomong - ngomong Iqbaal dimana ya? Kok kemarin sampe sekarang Bunda telefon nomernya ga aktif terus ya? Bunda jadi khawatir" raut wajah bunda langsung berubah tegang. Ia menggenggam erat kedua tanganku dan menatapku intens berharap mendapat jawaban yang memuaskan. Namun, hanya satu hal yang bisa aku lakukan. Menggeleng pelan.

"Bagaimana bisa kau tidak tahu keberadaan suamimu?!" tanya bunda sedikit meninggi. Apa bunda menilaiku sebagai istri yang tidak becus?

"Sungguh! Bunda. Sudah genap 3 hari 2 malam Iqbaal ga pulang. Aku ga tau dia kemana, dimana, sama siapa, ngapain dan kenapa dia ga kirim kabar. Bahkan dihubungi pun susah. Aku mencoba mencari tahu dari anggota CJR lain, managernya, orang orang terdekatnya, bahkan tetangga sekitar sini siapa tau mereka melihat kedatangan Iqbaal saat aku meninggalkan rumah untuk sekedar pergi ke warung atau terlelap, tapi mereka semua menjawab sama. Tidak ada yang tahu. 2 hari aku tak tidur untuk menunggunya pulang" Malam pertama dia tak pulang, aku takut jika aku tidur saat dia pulang akan membuatnya marah. Namun, malam kedua dia tak pulang, aku tak tidur bukan karena takut dimarahi tapi takut ada hal buruk menimpa Iqbaal.

"Kenapa kamu ga lapor polisi sih sayang? Kenapa kamu ga kasih kabar bunda? Kenapa???" bunda membelai pipiku lembut.

"Iqbaal itukan artis bunda. Aku ga mau dia jadi headlines berita atau malah terlibat skandal. Aku juga ga mau bunda jadi khawatir. Tapi bagaimanapun aku menutupi, ibu dan anak memang memiliki kontak batin yang kuat" jawabku melirih.

"Mau Iqbaal artis kek bukan kek dia juga manusia. Kita harus lapor polisi sekadang juga! Dan malah karena dia artis, kemungkinan buruk lebih berpeluang, nk! Kita harus ke kantor polisi sekarang juga!" Bunda langsung berdiri dari sofa dan niat untuk melangkah pergi.

Hingga akhirnya pintu diketok "Assalamualaikum" kami berdua langsung terdiam. "Assalamualaikum" ia kembali mengulang salamnya. Tidak di ragukan siapa pemilik suara bariton tersebut.

"Iqbaaaalll!!" bunda langsung memeluk erat anak lelakinya setelah membuka pintu depan.

Sesaat ia menatapku tajam dan kembali fokus pada pelukan ibunya. Kenapa dia memandangku seperti itu? Apa aku berbuat kesalahan?

"Bal," setelah Iqbaal menyudahi pelukan Ibunya, aku mencoba memanggilnya lirih.

"Diam kau! Dasar Jalang!" Teriakan Iqbaal begitu dahsyat hingga jantungku langsung berdetak 100x lebih kencang.

"A-apa maksudmu???" tanyaku terbata.

"Lihat itu!" Iqbaal melempar beberapa polaroid ke depanku dengan kasar dan penuh emosi. Aku berjongkok dan mengambil seluruhnya. Betapa terkejutnya aku melihat apa yang terekam disitu.

"Ini fitnah bal!" ucapku meluruskan. Bunda mengambil polaroid itu dari tanganku dapat ku lihat bunda juga ikut tercengang melihat foto yang terlihat begitu asli tersebut.

"Diam! Aku punya buktinya. Kau mau berbicara apalagi huh?! Ku pikir kau perempuan baik baik selama ini. Ternyata tidak! Aku pulang kau juga lusuh dan kotor seperti itu. Memanglah pantas dirimu disebut pembantu ketimbang seorang ISTRI!!" Air mataku langsung mencelos begitu saja. Tak lagi butir demi butir. Kedua mataku langsung menganak sungai. Kata katanya sungguh melukai hatiku. Bagai petir menyambar tanah kosong seperti itu lah perkataan Iqbaal dapat ku gambarkan. Hatiku akhir akhir ini suram karena nya dan kini rusak dan usang oleh peyebab yang masih olehnya.

"Setiap hari aku selalu dirumah, menjaga rumah dan merawatmu. Itu adalah buktinya" kataku dengan berlinang air mata. "Tak pernah satu haripun aku tak tidur di sampingmu" tambahku lagi.

"Memang! Kau benar! Tapi bagaimana jika siang hari. Aku bekerja. Tak ada yang tau pasti kau pergi kemana. Jika kau memang sangat tersiksa menikah denganku bicaralah biar aku ce-"

"Stop! Iqbaal! Semuanya bisa dibicarakan dengan kepala dingin. Lihatlah keadaanmu sendiri, babak belur. Ceritakan dengan jelas apa yang kau ketahui dan dengarkan penjelasan istrimu dulu. Perceraian itu sungguh dibenci Allah. Bunda yakin itu hanya fitnah. Jaman sekarang sudah canggih. Bisa saja foto ini palsu" bunda menengahi dengan bijak membuat ku sedikit lega.

"Tapi bunda, Iqbaal sudah tidak kuat" nadanya melemah dan lemas. Iqbaal akhirnya jatuh tersungkur ke lantai. Dia pingsan.
.
.
.
Ikuti terus cerita ini untuk mengetahui kelanjutannya ya saudara saudara :)

Jangan lupa untuk memberi dukungan kalian dengan cara memberi vote dan comment

Sebenarnya cerita ini sudah aku buat lanjutannya hingga banyak part

Namun, part selanjutnya hanya akan di terbitkan jika sudah ada minimal 5 vote

Salam :))

Modern FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang