Seokjin tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Seorang petugas medis telah memeriksa luka di pelipisnya—petugas itu memberikan antiseptik yang begitu menyengat pada lukanya dan menempelkan perban di sana. Petugas itu mencoba membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, tetapi Seokjin menolak. Ya, oke, jadi dia sempat pingsan satu atau dua menit. Kalau dia pergi ke rumah sakit, maka dia akan kehilangan—
"Namjoon! Hei—" Seokjin berteriak karena dia melihat pemuda itu berusaha menyelinap pergi. Benar. Dan Seokjin tidak akan membiarkan hal itu terjadi. "Kim Namjoon!" Dia mendorong petugas medis di hadapannya dan bergegas berlari menghampiri Namjoon. Padahal, pakaian Namjoon dipenuhi noda darah lebih banyak dari pada dirinya, tetapi tidak ada seorang pun yang berusaha membawanya masuk ke dalam ambulans. Mungkin karena Namjoon terlihat terlalu... menakutkan? Berbahaya?
Liar?
Namjoon berbalik karena Seokjin terus saja memanggilnya. Dahinya berkerut menatap pemuda itu, "Pergi ke rumah sakit!"
Dan Seokjin tidak pernah suka diberi tahu apa yang seharusnya dia lakukan. Matanya balas menyipit, "Kau pikir kemana kau akan pergi?" Di balik bahu Namjoon, Seokjin bisa melihat pemuda bersurai kelabu—Hoseok. Pemuda itu tampak berjalan mondar-mandir di dekat mobil di seberang jalan.
"Aku akan menemukan bajingan yang mencoba membawamu." Namjoon berputar, menjauh dari Seokjin.
Seokjin menarik lengannya dan memutarnya lagi, "Tidak tanpa diriku."
Namjoon menggeram. Suara itu seharusnya membuat Seokjin takut—seluruh mimpi buruk yang dia jalani saat ini seharusnya membuatnya ketakutan, tetapi nyatanya, Seokjin merasa tenang. Apakah itu mengejutkan? Dan geraman Namjoon...
Anehnya, Seokjin menganggap geraman itu terdengar seksi. Yang berarti Seokjin punya masalah serius pada kepalanya dan dia harus konsultasi dengan psikiater entah kapan.
"Bagaimana kau akan melacaknya?"
Namjoon mengetuk hidungnya, "Aku bisa mengikuti mangsaku dari aroma tubuhnya."
Kata-kata itu sebenarnya terdengar seperti sebuah peringatan. Namun, Seokjin memutuskan untuk menyimpan peringatan itu nanti.
"Dia menyentuhmu. Dia berkeringat dan ketakutan. Jadi, aku bisa melacaknya."
"Kau bisa melakukannya?" Melacak seseorang dengan aroma atau bau tubuh terdengar gila dan mustahil.
Sama mustahilnya seperti Namjoon yang memiliki cakar di ujung kuku-kukunya. Tapi, itu semua nyata.
"Seokjin, aku bisa melakukan banyak hal."
Seokjin menelan ludah, melirik ke kanan, tepat pada saat itu matanya berserobok dengan mata Hoseok. Hoseok menatapnya dengan mata yang lebar. "Aku akan ikut denganmu." Seokjin memutuskan.
"Tidak, kau—"
"Aku tidak butuh persetujuanmu," Seokjin berjalan menuju mobil. "Aku polisi di sini, aku yang memiliki lencana. Aku juga yang hampir menjadi korban penculikan. Jadi, kalau aku berkata aku akan ikut..." Dia naik ke kursi penumpang. "Maka aku akan ikut."
Seokjin mendengar Namjoon mengumpat, tetapi kemudian dia berjalan memutar dan masuk ke kursi kemudi. Sementara Hoseok, melompat masuk ke belakang.
Seokjin sedang memperhatikan Namjoon menyalakan mobil ketika Hoseok mencondongkan tubuhnya ke depan. Sial, apakah pemuda itu baru saja mengendusnya juga? Seokjin berputar, melotot kepadanya.
"Ma-maaf tentang semalam," gumam Hoseok.
"Kau menembakku."
"Ma-maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | NamJin ✓
WerewolfKim Seokjin adalah seorang detektif di Dresden. Dunianya sebagai manusia biasa hancur berantakan ketika dia menangani kasus pembunuhan pertamanya. Seokjin terperangkap dalam pertempuran abadi antara werewolf dan vampir karena kasus pembunuhan yang d...