11

6K 800 165
                                    

Hoseok memasuki pusat kota, mengejar si pelaku yang menyerang Seokjin. Untuk ukuran manusia biasa, lari bajingan itu terbilang cukup cepat. Tetapi tidak lebih cepat dari dirinya, karena Hoseok bisa melihat orang itu di antara kerumunan di depan sana.

Hoseok mendorong orang-orang yang menghalangi jalannya dan terus mengejar si pelaku. Dia hampir bisa menarik kerah baju bajingan itu, tetapi—

Tiba-tiba, aroma vampir menusuk indra penciumannya. Aroma itu terlalu kuat. Darah dan kematian—binatang buas di dalam dirinya berteriak. Hoseok refleks berhenti kemudian berputar dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Insting penciumannya meningkat drastis. Aroma vampir itu berada begitu dekat dengannya.

Apakah vampir itu akan memburunya?

Saat itu Hoseok sadar bahwa dia seharusnya mengejar si pelaku yang menyerang Seokjin. Di kejauhan, Hoseok bisa mendengar ketukan langkah kaki si pelaku yang terus berlari menjauh. Tetapi Hoseok tidak berniat untuk mengejarnya lagi. Sebaliknya, dia mengikuti aroma si vampir.

Vampir.

Makhluk terkutuk itu telah membunuh kedua orang tuanya, dan nyaris membunuhnya juga. Peristiwa itu terjadi ketika dia masih anak-anak. Seorang anak bodoh yang bahkan tidak menyadari bahwa dia berbeda dari teman-temannya yang lain. Hoseok tidak pernah tahu bahwa dirinya adalah seorang anak werewolf. Tidak pernah tahu... sampai hari itu tiba. Hari di mana pertama kali cakar-cakar dari ujung kukunya muncul. Waktu itu usianya dua belas tahun, ketika dia harus berjuang untuk membela diri dari vampir yang telah membunuh kedua orangtuanya.

Sejak saat itu, kakeknya lah yang merawatnya dan selalu melatihnya.

Membunuh atau dibunuh—itu adalah moto para werewolf. Pria tua itu berkata kepadanya bahwa hanya yang terkuatlah yang akan bertahan.

Kedua tangan Hoseok terkepal di sisi tubuhnya ketika dia semakin mendekati aroma si vampir. Mobil ambulans melintas. Hoseok mengalihkan tatapannya pada cahaya merah biru dari lampu sirene yang berpendar. Aroma lain menghantam indra penciumannya.

Darah lain... kematian yang lain...

Wanita itu. Wanita yang terkapar di tanah dengan genangan darah di sekelilingnya.

Hoseok menunduk, memperhatikan kedua tangannya yang masih dipenuhi dengan noda darah wanita itu. Dia sudah berusaha untuk membantunya, untuk menghentikan pendarahannya. Saat dia meletakkan tangannya di atas luka wanita itu, Hoseok ingat bahwa dia juga pernah berusaha menyelamatkan nyawa ibunya dengan cara yang sama.

Tetapi, dia sudah terlambat.

Mobil ambulans itu lenyap dari pandangannya, berbelok di ujung tikungan.

Hoseok kembali fokus pada aroma lintah darah yang semakin menajam. Vampir itu mendekat. Hoseok bisa merasakan pergerakan makhluk itu semakin cepat. Apakah vampir itu akan memburunya? Hoseok akan membuktikan bahwa dirinya tidak lemah. Hoseok bukan lagi seorang anak kecil yang tidak berdaya.

Hoseok menuruni trotoar, berniat untuk melintasi jalan dan kemudian—

Sebuah sepeda motor meluncur sangat cepat ke arahnya. Ketika Hoseok menoleh, dia bisa melihat sesosok pria yang mengendarai kendaraan tersebut. Vampir itu—vampir itu tidak berjalan kaki. Dia mengendarai sepeda motor dengan kecepatan yang menakutkan dan kendaraan itu sedang melaju sangat cepat menuju ke arah Hoseok.

Tetapi, Hoseok sama sekali tidak gentar. Dia tidak berniat untuk mundur. Begitu pula dengan serigala yang berada di dalam tubuhnya.

Cakar-cakar serigala mulai muncul di ujung kukunya diikuti dengan suara geraman.

Mesin sepeda motor itu meraung dengan keras seiring dengan kecepatannya yang bertambah. Hoseok bisa mencium aroma menyengat dari karet yang terbakar. Lalu...

Moonlight | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang