Namjoon tahu bahwa dia tidak punya banyak waktu. Tengah malam nanti, dia harus meninggalkan Seokjin. Namjoon telah mengatur pertemuan dengan semua anggota pack. Dia ingin setiap anggota pasukannya berada di sana untuk menyaksikan pertempuran yang akan terjadi.
Jika seseorang ingin menentangnya, maka semua orang akan melihatnya.
"Siapa yang tadi menelepon?" Tanya Seokjin dengan suara tegang.
"Aku tidak tahu." Namjoon menggelengkan kepalanya sambil mondar-mandir di kamarnya. Mansion ini adalah miliknya. Bangunan tua yang dipercaya penduduk setempat sebagai tempat berhantu. Ya memang, kenangan yang ada di bangunan ini memang terus menghantui Namjoon selama bertahun-tahun. "Tapi aku mendengar suara bajingan itu." Sama persis seperti suaranya.
"Dia menginginkan agar aku menjauh dari kalian."
Namjoon mengepalkan tangan, "Sehingga kau tidak memiliki perlindungan. Eric telah merencanakan semua itu. Dia mencoba untuk menangkapmu."
Seokjin berdiri di dekat kaki tempat tidur, menatapnya dengan bola mata yang melebar. Seokjin tidak tahu apa yang akan terjadi malam ini, dan Namjoon tidak ingin memberitahunya. Dia tidak ingin Seokjin ketakutan dan dia tidak ingin Seokjin takut kepadanya.
Namjoon berjalan menghampiri pemuda itu. Buku-buku jarinya menyentuh pipi Seokjin dengan hati-hati. "Aku tidak pernah mengira akan bertemu denganmu."
Tangan Seokjin terangkat dan menggenggam tangan Namjoon yang berada di pipinya. Untuk sesaat, Seokjin merasa tersesat dalam tatapan Namjoon, "Aku tidak suka kalau kau merasa takut."
Namjoon menahan napas. Seorang alpha tidak seharusnya merasa takut pada apapun atau siapapun. Tapi sekarang...
Aku merasa takut. Aku takut aku tidak akan cukup kuat untuk menjaga Seokjin tetap aman.
"Kau menyembunyikan sesuatu dariku. Aku bisa melihatnya di matamu. Katakan padaku, Namjoon."
Tidak. Dia tidak bisa mengatakannya kepada Seokjin karena itu adalah beban yang harus dia bawa sendiri.
Jika ini adalah saat-saat terakhirnya bersama Seokjin...
Namjoon mencium bibir pemuda itu. Menciumnya dengan hati-hati. Menghapal rasa manisnya dan dia ingin menyentuh setiap inci tubuh Seokjin. Dia ingin membawa aroma pemuda itu di kulitnya.
Dan menandai pemuda itu tepat di hatinya.
Namjoon mendorong Seokjin ke ranjang besar miliknya. Tatapannya sama sekali tak berpaling dari pemuda itu bahkan ketika dia melepaskan pakaiannya sendiri.
"Aku tahu..." gumam Seokjin, "Kau tidak mungkin membawaku jauh-jauh ke sini hanya untuk berhubungan seks denganku."
Kemejanya jatuh menyentuh lantai. Namjoon menendang sepatunya dan melepaskan celana jinsnya, lalu merangkak naik ke atas tempat tidur, "Jangan terlalu yakin. Kau harus tahu, aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkanmu."
Seokjin tersenyum kepadanya. Senyuman yang membuat Namjoon semakin menginginkannya. "Kau juga harus tahu, bahwa aku juga menginginkanmu. Jadi, kau tidak perlu melakukan hal ekstrem seperti ini." kata Seokjin dengan suara yang serak.
Namjoon membantu Seokjin melepaskan semua pakaiannya, dan tepat setelah itu, Seokjin mengalungkan tangannya ke leher Namjoon untuk menarik pemuda itu mendekat, lantas berbisik tepat di atas bibirnya, "Kapan aku bisa mendapatkan kesempatanku?"
Namjoon menciumnya lagi dan betapa dia sangat ingin merasakan mulut pemuda itu bergerak di atas tubuhnya. Tetapi jika Seokjin melakukannya, Namjoon tidak yakin dia bisa mengendalikan diri. Dan dia perlu menikmati momen ini bersama Seokjin karena mungkin saja... mungkin saja ini adalah terakhir kalinya dia bersama Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | NamJin ✓
WerewolfKim Seokjin adalah seorang detektif di Dresden. Dunianya sebagai manusia biasa hancur berantakan ketika dia menangani kasus pembunuhan pertamanya. Seokjin terperangkap dalam pertempuran abadi antara werewolf dan vampir karena kasus pembunuhan yang d...