Deru peluru bergema di sekitar Namjoon. Binatang buasnya siap untuk mengambil alih secara penuh. Siap untuk mencabik setiap werewolf lain yang dilihatnya ingin mendekati Seokjin karena dia tidak akan membiarkan orang-orang bodoh itu menyakiti apa yang menjadi miliknya.
Dia tidak akan membiarkan mereka menyentuh Seokjin.
"Aku bilang..." Suara Seokjin kembali terdengar. "Berhenti!"
Dan, serangan itu berhenti, untuk beberapa saat mereka tertegun. Para werewolf yang masih bersiaga dengan cakar mereka berbalik ke arahnya dengan terkejut. Seokjin tidak peduli, dia berjalan tepat ke tengah-tengah lingkaran.
Otot-otot Namjoon menegang. Aroma tubuh Seokjin masih memenuhi tubuhnya. Jadi, tidak ada yang akan berani untuk menyentuhnya. Lebih baik tidak. Atau Namjoon akan merobek mereka, bahkan menebas kepalanya jika perlu.
"Sekarang, kupikir tidak ada dari kalian yang bisa menyerang," tukas Seokjin ketika dia memosisikan tubuhnya tepat di depan Namjoon. "Karena jika kalian melakukannya, maka aku akan mati dengan cara yang brutal dan itulah yang ingin kalian hindari, bukan? Itu sebabnya kalian mengadakan pesta darah ini? Karena kalian ingin membunuhku dengan meracuniku? Kematian yang tidak menyakitkan dan tampak mudah?"
Tidak, Namjoon tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
"Aku memiliki peluru perak di dalam senjata ini. Aku bisa membidik tepat ke jantung kalian dengan mudah. Siapapun yang bergerak untuk menyerang Namjoon lagi, aku tidak akan segan untuk menembak. Jadi, jangan berani mencoba untuk menyakitinya lagi."
Apa? Seokjin... melindungi dirinya?
"Aku mungking memang sangat kesal pada werewolf ini, tapi—" Seokjin melihat ke arah Namjoon. Pemuda itu tampak bingung, namun lantas bergumam. "Tapi dia milikku."
Apakah Seokjin sadar apa yang sedang dia lakukan? Mungkin tidak. Karena manusia tidak akan mengerti tentang ikatan werewolf dengan matenya. Tidak akan tahu bahwa dia baru saja membuat deklarasi publik tentang ikatan mereka.
Lalu, beberapa werewolf mulai melangkah mundur.
Namjoon bisa merasakan Jimin berada tepat di belakang punggungnya. Sahabatnya ada di sana sepanjang waktu saat pertempuran terjadi. Melawan para werewolf yang mencoba menyerang Namjoon dari belakang. Pertempuran darah seharusnya dilakukan dengan cara yang adil.
Menyeranglah dari depan, tetapi tidak semua werewolf ingin bermain dengan aturan itu.
"Sudah kubilang, dia tidak akan bisa dikurung terlalu lama," gumam Jimin.
"Siapa dia?" Tanya Seokjin dan dia menodongkan senjatanya ke arah Jimin.
"Sahabatku," Namjoon menurunkan senjata Seokjin dengan perlahan. "Jimin. Dan, sama sepertiku, dia akan melindungimu sampai mati."
Seokjin menghela napas keras, "Bisakah kita semua berhenti berbicara tentang kematian?" Tukasnya kesal.
Tidak, mereka mungkin tidak bisa.
"Senang bertemu denganmu," kata Jimin. "Meskipun aku berharap kita bertemu di waktu yang berbeda."
Ya, mungkin pada waktu di mana mereka tidak melawan pack mereka sendiri.
Hakyeon berjalan di antara para werewolf yang terluka. Sejauh ini, tidak ada yang tewas. Namjoon belum mencoba membunuh mereka, dia hanya melumpuhkan mereka.
Hoseok berdiri di samping Seokjin, dan dia memandangi kerumunan werewolf itu dengan tatapan tajam, "Semuanya, mundur!"
Terdengar suara geraman, kerumunan itu balas menatap tajam. Tapi, tidak ada yang maju untuk menyerang lagi. Belum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight | NamJin ✓
WerewolfKim Seokjin adalah seorang detektif di Dresden. Dunianya sebagai manusia biasa hancur berantakan ketika dia menangani kasus pembunuhan pertamanya. Seokjin terperangkap dalam pertempuran abadi antara werewolf dan vampir karena kasus pembunuhan yang d...