13 (a)

5.5K 782 86
                                    

Mimpi itu datang lagi. Mimpi buruk, sebuah kenangan—tidak ada bedanya bagi Seokjin.

Dia diikat di atas sebuah meja kayu tua. Di ruang bawah tanah rumahnya. Ketika dia menoleh, Seokjin bisa melihat ibunya. Tubuh ibunya dilemparkan ke lantai dan ada sebuah kolam berwarna merah di bawah tubuhnya. Lalu, ayahnya... pria itu juga ada di sana. Perubahan itu terjadi dengan begitu cepat; perubahan yang Seokjin lihat pada sosok ayahnya. Satu-satunya ayah yang pernah dikenalnya. Seokjin sangat mencintai ayahnya, hingga akhir.

Kedua mata ayahnya terbuka, tetapi Seokjin tidak berpikir jika pria itu tengah menatapnya.

"Jangan menangis, sayang. Semua ini untukmu..." Suara itu kembali terdengar. Suara yang sangat Seokjin benci. Suara yang terdengar dingin dan kejam, dan Seokjin tidak ingin melihatnya.

"Kami menunggu sangat lama untuk dirimu. Sebaiknya kau tidak mengecewakan."

Seokjin kembali menatap ayahnya. Ini adalah rumahnya. Rumah ibunya. Rumah ayahnya. Mereka seharusnya aman berada di sini. Tetapi, kenapa hal ini terjadi pada mereka?

"Kau bisa berteriak jika kau mau." Kata suara dingin itu kepadanya.

Itu adalah sebuah peringatan sebelum rasa sakit datang. Rasa sakit yang sangat panas. Rasanya seperti terbakar. Seokjin menjerit dan terus menjerit, tetapi rasa sakit itu tidak juga hilang. Kemudian, dia mencium bau sesuatu—

Aku... terbakar?

Suaranya pecah dan tangisannya berhenti.

"Anak yang baik."

Dia tidak ingin menjadi anak baik. Tidak, jika pria itu menyukainya.

"Aku akan segera kembali," pria itu mengusap kepalanya, dan matanya yang berwarna hijau tampak berkilau ketika menatapnya. "Kita akan beristirahat sebentar. Aku akan menunggu sampai kau sedikit pulih. Jadi, kita bisa menyelesaikan semuanya." Katanya lagi dengan raut wajah yang terlihat normal.

Tidak. Pria itu tidak normal. Dia adalah iblis. Monster. Monster. Monster!

Vampir.

Tidak ada lagi air mata di pipinya. Seokjin sudah berhenti menangis setelah...

Monster pria bermata hijau itu menutup pintu saat dia keluar dari ruang bawah tanah. Pria itu mengambil alih rumahnya; seolah-olah tempat ini adalah miliknya.

Pada tengah malam, monster-monster akan selalu datang untuknya. Ibunya telah mengatakan kepadanya bahwa monster-monster itu tidak nyata. Bahwa tidak seharusnya dia takut kepada mereka.

Ibunya salah.

Seokjin bisa mendengar suara berdecit samar ketika matanya tertutup. Sejak kapan dia menutup matanya? Dia harus melihat ke sekelilingnya dan melihat apa yang telah terjadi.

Tetapi, dia takut, dan Seokjin berpikir jika dia tidak ingin melihat hal lain.

Tubuh di bagian kanannya masih terasa sakit dan berdenyut.

"Seokjin..." terdengar suara lembut yang memanggil namanya. Suara adik laki-lakinya, Ken. "Seokjin... apa kau baik-baik saja?"

Jangan ke sini. Jangan! Kau harus lari!

"Ka-kau tidak memberitahu mereka kalau aku berada di sini?"

Sekarang, Seokjin menangis. Setetes air mata meluncur di pipinya.

"Aku akan... aku pasti akan membebaskanmu, Seokjin."

Seokjin menggelengkan kepalanya dan memejamkan mata. Dia merasakan tarikan pada tali yang sejak tadi mengikat pergelangan kakinya. Terdengar suara memotong samar. Lama-lama terdengar keras. Dia takut jika pria tadi mendengarnya. "Berhenti." Bisik Seokjin lemah.

Moonlight | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang