30

3.6K 486 89
                                    

Seo Minwo menyukai suasana malam di Adam's Gate. Dia telah menyelesaikan tes teknik kimianya dengan cepat dan mencetak nilai A plus atas mata kuliah keparat itu dan sekarang dia lebih dari siap untuk melepaskan semua rasa stressnya.

Dia mendorong dirinya di tengah kerumunan bar. Selalu ada keramaian di Dresden, itu sebabnya dia sangat menyukai kota itu. Di Dresden, tidak akan ada yang peduli dengan apa yang akan kau lakukan. Kau bisa tersesat di tengah keramaian. Kau bisa berpesta sepanjang malam.

Tidak akan ada yang peduli.

Dia telah jatuh cinta dengan kota ini sejak pertama kali dia menginjakkan kakinya di sini.

Ketika dia memikirkan Julien, rasa sakit itu seakan kembali menusuk dadanya. Dia dan Julien berada di klub ini beberapa malam sebelumnya dan sekarang, sahabatnya itu telah tewas.

Sial, sial, sial.

Minwo duduk di kursi bar dan mengetuk-ngetuk meja, "Beri aku minuman paling mahal yang kau miliki."

Bartender itu adalah seorang lelaki bertubuh besar dengan tindikan di telinga dan tato di sekitar lengan dan lehernya. Bartender itu menyeringai, "Sedang merayakan sesuatu?" Kemudian, dia mulai mencampur minumannya.

"Ya. Merayakan sekaligus berkabung. Keduanya." Minwo mengambil minuman itu ketika bartender mendorong gelas ke arahnya. Minwo mengangkat gelasnya ke atas, "Ini untukmu, Julien. Kau telah berada di sini sebelumnya... sobat dan aku sangat berharap sekarang kau berada di surga." Lalu, dia meneguk minuman itu dalam satu tegukan dan membanting gelas yang telah kosong itu ke atas meja bar, "Lagi."

Dan bartender itu memberikan minumannya lagi.

Minwo merindukan sahabatnya, Julien. Kembali ke tempat ini adalah pilihan yang tepat. Sebagai penghormatan terakhir kepada Julien. Julien adalah orang yang memilih Adam's Gate sebagai tempat pesta mereka pada malam sebelumnya. Julien yang memaksanya untuk ikut datang ke tempat ini.

Tapi sekarang, sahabatnya itu telah pergi... selamanya. Minwo memiringkan kepalanya saat dia menghabiskan gelas kedua. Dan ketika dia meneguk alkohol itu, pandangannya beralih ke lantai dua klub. Area terlarang bagi para pengunjung. Seorang pemuda tampak berdiri di atas sana. Pemuda itu menyilangkan tangannya di depan dada seraya menatap ke arah kerumunan.

Tidak. Tidak. Bukan ke arah kerumunan. Melainkan menatap lurus ke arahnya. Dan kemudian... pemuda itu mengangkat tangannya dan menunjuk ke arahnya.

"Dia ingin kau naik ke atas," kata sang bartender.

Minwo mengerutkan kening, "Siapa dia?"

Bartender itu menghela napas panjang dan lambat, "Kusarankan sebaiknya kau tidak mencari tahu..."

.

.

.

Namjoon menatap manusia yang duduk di seberang mejanya. Seo Minwo. Pemuda itu memegang minuman di satu tangan dan tatapannya yang sedikit tidak fokus mengatakan kepada Namjoon bahwa manusia itu sudah setengah mabuk.

"Terimakasih, Saul." Kata Namjoon kepada werewolf yang membawa pemuda itu kepadanya.

Saul mengangguk kecil lalu berbalik dan kembali ke bawah.

Namjoon mengetuk-ngetuk jarinya ke meja ketika dia menatap Minwo.

"Jadi... ada apa?" Tanya Minwo gugup.

Tatapan Namjoon menyapu pemuda itu. Minwo adalah orang yang dia lihat di dalam rekaman CCTV-nya. Jimin telah menunjukkan rekaman itu kepadanya, "Kau berada di sini kemarin malam?"

Ekspresi Minwo berubah gelap, "Ya. Dengan sahabatku. Tapi dia sudah tewas." Dia mengangkat gelasnya, seolah memberi hormat pada orang yang sudah mati. "Aku dengar, Julien dirampok atau semacamnya dalam perjalanan pulang."

Moonlight | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang