"Ayah! Ayah! Abang punya pacar baru, Yah! Udah nggak jomblo lagi dia! Lihat, lihat! Ini fotonya yang Raya temuin di bawah bantalnya. Cantik nggak, Yah?" teriakan Raya dengan tawa khasnya menyambut kepulangan Benny dan Fira. Gadis dengan rambut dikucir kuda itu tampak kegirangan saat memergoki rahasia Gio, kakak lelakinya. Ia berlari menghindari bekas air hujan yang masih menggenang di beberapa tempat agar tidak terpeleset dan menghampiri Benny yang tengah melepas helmnya.
Belum juga Benny dan Fira merespon penemuan Raya, suara Gio yang berat memekakkan telinga ketiganya. "Woi, balikin foto gue, woi!" teriak Gio dari dalam rumah mengejar Raya yang tengah berlari sembari mengacung-acungkan selembar foto milik Gio. Keduanya berlarian layaknya anak TK yang berebut mainan dengan memutari Benny dan Fira yang hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah konyol Gio dan Raya. Meski keduanya memiliki jarak usia yang cukup jauh, yakni tujuh tahun, namun tingkah pola Gio dan Raya yang kekanakan seperti menghapus perbedaan itu.
"Sini ambil kalo bisa! Wleeeekk nggak kena!" teriak Raya dengan memeletkan lidahnya. Ia terus berlari menghindar dari kejaran Gio. Dikelilinginya Benny dan Fira yang mulai pusing melihat tingkah Raya.
"Aaaaaaaa" Ucapan Raya berubah menjadi pekikan tatkala Gio berhasil memotong langkahnya dan mendekap erat tubuh mungil itu dengan tangan yang juga meraih foto miliknya. Ia tersenyum penuh kemenangan dan memasukkan selembar foto itu ke dalam saku celananya. Ia lalu melepaskan dekapannya pada Raya dan berkata, "makanya badan tuh ditinggiin. Ini udah cebol gendut lagi. Nggak bisa lari kan, lo?" Gio tertawa mengejek.
Hingga Benny yang terhibur karena tingkah lucu anak-anaknya berdeham sebelum berkata, "sudah-sudah, jangan saling mengejek lagi. Ayo kita masuk." Ia lalu mengernyit heran. Pasalnya wanita yang setia menjadi pendamping hidupnya dan melahirkan tiga anak-anaknya justru tidak nampak menyambutnya seperti biasa. Ia lalu menoleh pada Raya sambil bertanya, "bunda kemana, Ray?"
Raya meraih tangan ayahnya. Ia lalu mencium tangan kasar yang mulai keriput itu. Sebuah tanda bahwa melalui tangan inilah ia bisa ada di dunia ini. Melalui tangan berkulit cokelat itu pulalah ia bisa makan dan bersekolah hingga saat ini. "Lupa mau cium tangan Ayah tadi," ujarnya tersenyum malu. Ia lalu melanjutkan, "Bunda lagi nyiapin makan siang kita, Yah. Yuk, masuk. Ayah juga musti ganti baju tuh."
Benny seolah tersadar akan keadaannya yang basah kuyup. Ia pun membuka begitu saja atasan seragam cokelatnya dan menampilkan tubuh yang tidak semengagumkan ketika ia masih muda dulu. Ia yang kini menjadi pusat perhatian dari ketiga anaknya hanya memandang satu per satu wajah mereka dengan pandangan bertanya. "Kenapa kalian melihat Ayah seperti itu? Apa ada yang salah?"
"Yaiyalah Ayah salah. Seenaknya nggak pake baju di depan rumah kayak gini. Kalau ada yang lihat gimana? Ayah nggak malu?" cibir Fira yang sedari tadi hanya diam menjadi penonton yang baik drama adik dan kakaknya itu, kini mulai bersuara. Ia terkekeh pelan menikmati wajah sedikit terkejut di mata ayahnya.
"Iyakah? Wah, berarti Ayah bisa membuat Bundamu cemburu ini," kekeh Benny pelan menanggapi cibiran Fira yang kemudian disambung dengan tawa ceria ketiga anaknya.
Ya, Meisye, istrinya memang tidak pernah sekalipun cemburu padanya. Meski ia sering membantu tetangga mereka yang notabene seorang janda sekalipun, Meisye tetap tidak cemburu. Suatu sifat yang terkadang membuat Benny ragu, apakah istrinya itu benar-benar mencintainya atau tidak. Namun ia tidak ambil pusing. Pernikahan Benny dan Meisye yang sudah berjalan selama dua puluh tahun lebih membuatnya percaya bahwa Meisye pasti mencintainya.
Bahkan anak-anak yang juga tahu akan sifat Meisye itu pada akhirnya seringkali menjadikan sifat ibunya itu sebagai bahan lelucon di setiap kesempatan. Untung saja Meisye hanya menanggapi ucapan mereka dengan senyuman malu-malu. Karena kalau tidak, tentu lelucon yang mereka lakukan akan berakhir dengan adu mulut dan membuat Meisye menjadi marah di akhir perbincangan, sama seperti tetangga sebelah mereka yang tidak bisa diajak bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Happy Family [Completed]
General FictionDi usia yang memasuki masa senjanya, Benny Hariadi Pratama harus mendapati kenyataan bahwa keluarganya perlahan hancur berantakan. Anak-anaknya yang baik mendadak berubah jauh dari harapannya. Gio anak pertama yang seharusnya jadi panutan adik-adik...