Her Sadness

2.7K 166 18
                                    

"Bun..da?" gumam Fira cukup keras hingga sepasang manusia itu ke arahnya dengan pandangan yang sama terkejutnya dengan dirinya. Ia yang merasa langit seolah runtuh di bawah kakinya hanya bisa menutup mulutnya, mengabaikan air mata yang semakin deras membasahi pipi. Sungguh, melihat orang yang ia cintai, yang selalu menjadi panutannya, yang lemah lembut dan penuh kasih sayang justru mampu berkhianat dan menggoreskan luka yang dalam pada hatinya, membuat Fira tidak mampu berdiri tegak. Ia pun terjatuh dan terduduk di lantai marmer yang dingin. Sebuah aksi yang seharusnya tidak ia lakukan dan menunjukkan bahwa ia seseorang yang lemah.

Meisye terpaku. Kali ini ia tidak dapat mengelak lagi. Dihampirinya gadis dengan penampilan berantakan yang menangis tergugu di lantai itu. Dengan wajah penuh rasa bersalah, ia berlutut, mensejajarkan tubuhnya di samping Fira. "Fira.. Bunda.." Meisye berusaha mengucapkan kata yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Disentuhnya pundak yang bergetar itu yang langsung menepis tangannya dengan kasar.

"Jangan sentuh Fira!" bentak Fira tajam. Ia menatap penuh amarah pada wanita paruh baya yang tampak asing di matanya itu. "Fira jijik sama Bunda! Pergi!" usirnya lagi.

Sementara Meisye terkejut dengan respon Fira, gadis berusia delapan belas tahun itu mengambil kesempatan akan keterkejutan Meisye dengan berdiri dan meninggalkan Meisye yang mendongakkan kepalanya menatap Fira yang berdiri angkuh, namun tertangkap jelas di mata Meisye bahwa anaknya itu terluka sangat dalam.

"Fira nggak menyangka Bunda bisa melakukan ini sama Ayah. Kenapa Bun? Kenapa?!! Apa yang kurang dari Ayah sampai Bunda bisa mengkhianati Ayah seperti ini? Apa Bunda nggak malu, umur udah banyak, punya suami dan anak tapi masih selingkuh di belakang kami begini, Bun?! Ayah kurang apa sama Bunda?! Bunda tega sama Ayah, Bunda tega sama Fira, sama Raya dan sama Kak Gio! Bunda jahat!" teriak Fira tak terkendali. Ia memukul dadanya yang sesak menahan amarah dan kecewanya yang membumbung tinggi. Dialihkannya tatapan membunuhnya pada sosok pria paruh baya yang hanya terdiam sembari menundukkan kepalanya di depan lift berwarna perak itu. "Dan Anda! Apa anda tahu, bahwa dia sudah memiliki suami dan anak? Apa anda tahu bahwa yang kalian lakukan ini salah? Astaghfirullah hal adzim! Demi Tuhan, kalian benar-benar tidak tahu malu!" Fira menghapus air matanya kasar. Ia lalu melanjutkan, "saya beri kalian kesempatan sebelum saya ungkap kebusukan kalian di depan Ayah saya. Buat Anda, tolong tinggalkan ibu saya. Dan buat Bunda, ayo kita.."

"Jaga mulut kamu, Fira." Tekan Meisye dalam. Ia berdiri dengan tatapan dingin menghunus pada Fira yang balik menatapnya aneh. Perlahan suasana yang tadinya bergelora akan kemarahan dan luapan emosi gadis di depannya itu, mendadak menjadi dingin bak kulkas yang tengah membekukan daging.

"Bunda nggak peduli kamu mau menceritakan temuan kamu ini sama Ayah kamu atau nggak. Tapi yang jelas, bukankah kita sama, Nak? Kamu..." Meisye sengaja menjeda ucapannya. Ia menatap penampilan Fira yang acak-acakan dari atas hingga ujung sepatunya. Bahkan kancing Fira yang terlepas tak luput dari gerak sapuan mata Meisye, menghadirkan senyum meremehkan dan penghinaan pada anak kandungnya sendiri itu. "Jangan munafik juga kamu, Fir. Kamu juga sedang bersenang-senang dengan pacar kamu, kan? Wah, ternyata pacar kamu juga kaya, ya. Bisa membeli hunian di unit mewah ini. Syukur deh kalo begitu. Jadi kamu nggak akan merasakan penderitaan yang Bunda rasakan saat bersama Ayah kamu."

Fira menggelengkan kepalanya, berusaha menulikan pendengarannya sendiri. Bunda. Apa seperti ini sifat Bunda yang sebenarnya? Tapi kenapa? Selama aku hidup, aku nggak pernah melihat sosok ini di dalam dirimu, Bun. Apa yang merasukimu hingga menjadi sejahat ini? Fira hanya dapat berdialog di dalam hati. Baginya tuduhan sadis yang dilayangkan Mesiye padanya benar-benar menyakitinya. Baru saja ia ingin menceritakan apa yang dialaminya semalam-- sama seperti saat ia bercerita tentang pertama kali dirinya tertarik pada teman sekelasnya-- pada wanita yang selalu menjadi tempat curhatnya-- selain Raya itu, namun kenyataannya Fira mendapatkan kejutan pahit yang bukan hanya menghancurkan hati, namun juga dunianya.

(Un)Happy Family [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang