Fira's Problem

2.4K 175 32
                                    

"Udah bangun, lo?" sapa Gio yang masuk ke ruang rawat inap tempat Fira dipindahkan. Sedari tadi ia yang mendonorkan darahnya memang tidak nampak menjaga adik pertamanya itu. Ia mendekati Fira yang hanya meliriknya sekilas. Gurat kesedihan terpancar jelas di kedua mata gadis yang terdiam dan tak merespon sapaannya itu.

Gio duduk di kursi di samping brangkar Fira. Ia mendesah kasar sebelum bertanya, "siapa bapaknya?" Gio tahu ia tidak berhak mencampuri urusan pribadi adik-adiknya. Ada batas tertentu yang meskipun mereka bersaudara, ia tidak bisa melangkahi ataupun menembus batas itu. Sejujurnya ia peduli dengan mereka, namun pembawaannya yang cuek, membuat Gio enggan untuk sekadar bertanya tentang masalah yang ada dalam diri adik-adiknya, terkecuali untuk masalah krusial yang kini dihadapi Fira.

Gadis dengan pandangan lurus seolah tak berjiwa itu melakukan tindakan yang diluar logika Gio sebagai lelaki. Mungkin ia memang penjahat kelamin, namun tidak pernah terpikir sedikitpun dalam benaknya jika salah satu adiknya mengikuti jejak hitam yang menjadi kehidupannya selama ini. Sayang, sepertinya Tuhan memang menegurnya melalui permasalahan Fira. Tak terbayangkan jika tadi dompetnya tidak tertinggal dan ia meninggalkan apartemen yang dihuni Fira seorang diri tanpa kembali lagi. Entah apa yang akan terjadi pada mahasiswi jurusan managemen akuntansi di depannya itu.

Nyaris. Satu kata yang begitu horor ketika tadi ia menemukan adiknya yang tengah melakukan percobaan bunuh diri dengan bersimbah darah. Beruntung, sepertinya  Tuhan tidak menghendaki Fira meninggalkan dirinya dan keluarga mereka dalam kondisi semenyedihkan itu hingga mengutusnya kembali di waktu yang tepat.

Gio menundukkan kepalanya,memikirkan berbagai masalah yang kini juga dipikulnya. Di satu sisi ia mencemaskan adiknya itu, dan di sisi lain ia merasa gagal menjadi kakak yang baik untuk adik-adiknya. Mungkin benar jika Tuhan telah menghukumnya, mengingat sudah puluhan gadis ia sia-siakan dan sakiti hanya karena rasa kecewanya pada Tiwi, pacar pertama yang meninggalkannya untuk lelaki lain.

Kenapa Engkau membalas perbuatanku dan menimpakannya pada Fira, Tuhan? Aku yang bersalah. Aku yang menyakiti mereka. Fira masih terlalu muda untuk menjadi ibu tunggal. Astaga, apa yang akan terjadi kalau Ayah sampai mengetahui ini? Batin Gio kalut. Ia menjambak rambutnya karena kesal dengan dirinya sendiri.

"Lebih baik abang nggak melakukan apapun untuk mencampuri urusanku. Dia bukan seseorang yang bisa kita lawan, Bang. Dia punya segalanya. Dia..."

"Apa lo bilang? Jangan ikut campur? Harusnya sebelum lo bikin masalah, lo pikirin akibat dari tindakan lo itu! Lo numpang di apartemen gue yang secara nggak langsung juga lo udah jadi tanggung jawab gue. Dan sekarang, apa lo bilang? Gue nggak usah ikut campur? Dasar bego! Lo hampir bunuh diri dan ngebunuh darah daging lo, Fir! Kayak gitu gue nggak boleh ikut campur?! Astaga!" potong Gio cepat seraya meraup wajahnya frustasi. "Harusnya, kalo lo emang nggak pengen gue ikut campur masalah lo, dari awal, main amanlah! Lo nggak mikir, buntut dari lo yang nggak main aman kayak gini? Bunting, Fir, bunting! Percuma lo pinter tapi otak lo nggak lo pake. Lo tahu, Ayah punya penyakit jantung, lo juga tahu, kalo lo nggak bisa ngelawan cowok lo yang kata lo punya segalanya itu. Tapi kenapa? Kenapa lo lakuin ini, Fir?!" Gio tidak dapat membendung rasa marah dan kecewanya. Sementara Fira hanya dapat terdiam dengan pandangan kosong seolah ucapan Gio hanya angin lalu saja.

"Kalo Ayah tahu semua ini, dan penyakit jantungnya kambuh, lo mau tanggung jawab? Astaga, lo bego banget Fir, sumpah! Diluaran sana masih ada pil kb, masih ada kondom. Harusnya lo bisa mikir, pake pengamanlah seenggaknya! Gue tanya lo sekali lagi, siapa bapak dari anak yang ada di dalam kandungan lo?" lanjut Gio cepat. Ia tidak memiliki banyak waktu untuk sekadar beramah tamah, menguatkan bahwa Fira masih memiliki kakak yang peduli sepertinya. Lebih baik ia bertindak cepat, sebelum Benny dan yang lainnya mengetahui keadaan ini dan berujung semakin memperumit masalah.

(Un)Happy Family [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang