"Gio? Kapan kamu pulang, Nak?" Meisye keluar dari kamarnya dan menyambut anak kesayangannya dengan senyum sumringah, berbanding terbalik dengan wajah Gio yang memerah padam siap menerkam mangsanya yang kini berjalan ke arahnya.
"Tadi Bunda kemana?" tanya Gio langsung tanpa basa basi. Bahkan tatapan tajam anak sulung Benny itu tertuju tepat ke manik mata Meisye. Ditepisnya tangan lembut yang selama dua puluh tahun ini membesarkan dirinya itu dengan kasar. Sungguh, kemarahan Gio benar-benar berada di puncak ubun-ubunnya saat sore tadi ia melihat siluet Bundanya tengah berada di restoran yang sama dengannya.
"Kemana? Bunda pengajian di rumah Bu Helen. Memangnya kenapa?" Senyuman Meisye mendadak kaku. Jantungnya berdegup kencang hingga keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya.
Gio memandangi raut wajah Meisye tanpa berkedip. Ia yang tidak memiliki bukti apapun soal kebohongan Meisye hanya mendengus kesal pada ketidak beruntungannya. Sial! Gue nggak punya bukti kalo dia macem-macem. Apa gue tadi salah lihat ya? Dasar bego, bego, bego! Erang Gio frustasi di dalam hatinya.
Flashback On
Gio memandang takjub pada mobil milik kekasih ketiganya, Bella. Kekasih yang mengisi slot hari senin dan kamis waktunya itu tampak merona merasakan ciuman lembut di pipinya. Sementara dua kekasih lainnya, Luna dan Fanie menunggu jatah temu mereka sesuai dengan slot waktu yang memang ditentukan sedemikian rupa oleh Gio, dimana Luna menempati slot hari selasa dan jumat, Fanie di slot hari rabu dan sabtu.
Sejak Gio putus hubungan dengan Tiwi, ia memang lebih memilih menjadi lelaki buaya darat yang tidak menggunakan hatinya untuk menjalin sebuah hubungan percintaan. Ia mencoba mengikuti saran kedua sahabatnya, Nico dan Bagus untuk move on dengan melakukan petualangan cinta seperti yang sekarang dilakukannya.
"Mau kemana kita, Yang?" tanya Gio mencoba mengendalikan matanya yang berbinar melihat mobil sport milik Bella. Memang, diantara ketiga kekasihnya, Bella-lah yang memiliki finansial yang tumpah ruah. Selain royal, gadis dengan tubuh seperti gitar spanyol itu seakan cinta mati pada Gio, terbukti dari keroyalannya yang tidak tanggung-tanggung hingga menyewakan apartemen untuk kekasih pujaan hatinya itu saat diketahuinya Gio memiliki masalah dengan keluarganya dan hanya menumpang di apartemen Bagus.
"Aku laper, Yang. Makan, yuk. Di restoran BBQ langgananku aja. Kamu mau kan?" Bella menggelayuti lengan Gio yang hanya dijawab senyuman tipis lelaki yang kini tengah memencet tombol unlock di remote pengaman mobil Bella.
"Apapun untukmu, Sayang."
*****
Dan di sinilah Gio dan Bella berada. Setelah memarkirkan mobilnya, sepasang kekasih itu menginjakkan kakinya di restoran BBQ bergaya retro langganan Bella. Keduanya berjalan beriringan dengan tangan yang saling terkait satu sama lain.
Gio membukakan pintu restoran untuk Bella. Lalu saat keduanya mengedarkan pandangan untuk memilih tempat yang nyaman, mata Gio membelalak sempurna. Ia melihat sosok wanita yang mirip dengan wanita yang melahirkannya, Meisye.
"Bunda?" gumamnya pelan. Ia berkedip berkali-kali untuk memastikan bahwa wanita berwajah sama namun berpenampilan berbeda dengan Bundanya itu bukanlah orang yang sama. Bunda? Kayaknya bukan. Bunda mana mungkin lepas hijab dan bersama lelaki lain? Mungkin gue salah lihat. Batin Gio ragu.
"Yang? Kok berhenti sih? Kita jadi duduk dimana?" tanya Bella yang mulai tidak sabar karena Gio hanya berdiam diri seolah pikirannya sedang tidak bersama raganya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Happy Family [Completed]
General FictionDi usia yang memasuki masa senjanya, Benny Hariadi Pratama harus mendapati kenyataan bahwa keluarganya perlahan hancur berantakan. Anak-anaknya yang baik mendadak berubah jauh dari harapannya. Gio anak pertama yang seharusnya jadi panutan adik-adik...