Benny berjalan tergesa saat jam absen masuk kerjanya kian mepet dan memangkas habis waktunya. Ia harus segera melakukan absen fingerprint jika tidak ingin dianggap alpha untuk hari ini. Sesekali dilihatnya para rekan kerjanya tengah bersenda gurau atau sekadar minum kopi dengan membaca media cetak di tangannya.
"Syukurlah," gumam Benny lega saat jempol tangannya terverifikasi di layar berwarna hitam itu. Ia menunduk sejenak untuk menghirup oksigen yang seolah habis karena terlalu cepat ia berjalan tadi. Sepertinya usia memang tidak bisa dibohongi. Di usianya yang sudah berkepala lima ini ia sudah tidak bisa melakukan pekerjaan fisik yang terlalu berat. Bukan hanya fisiknya yang mengalami penurunan stamina, namun penyakit diabetes yang ia idap sedari tahun lalu itupun membuat ruang geraknya sedikit berkurang. Meskipun kata orang seseorang yang menderita diabetes harus melakukan pola olahraga rutin untuk menjaga agar gula darahnya tetap stabil, tetapi percayalah, bagi penderita diabetes itu sendiri melakukan olahraga ringan di usia yang sudah tidak muda lagi memiliki tingkat kesulitan yang berat. Seperti saat ini, Benny yang terancam terlambat untuk melakukan check clock terpaksa harus berjalan cepat untuk mencapai mesin fingerprint di samping lobi kantornya.
Sejujurnya Benny bukanlah orang yang kurang disiplin karena datang dipenghujung absen seperti sekarang. Namun karena lagi-lagi motor dinas butut yang dipakainya mendadak mogok di jalan, mau tidak mau ia harus sabar menunggu sekira tiga puluh lima menit untuk memeriksakan si jago-- panggilan motor butut yang ia berikan pada motor inventaris kantornya itu. Sebuah motor bermerk hond* keluaran tahun dua ribu-an yang dipinjamkan kantor untuk menunjang tugasnya sebagai pengawas lapangan. Meskipun sudah tidak layak digunakan secara penampilan, Benny tidak protes. Ia justru bersyukur karena dengan adanya si jago, Gio tidak perlu menggunakan kendaraan umum lagi karena motor pribadi Benny dapat digunakan anak sulungnya itu untuk mobilitasnya.
"Sudah datang Pak Ben?" sapa seorang gadis yang usianya sekira dua puluh tahunan dengan kemeja putih dan bawahan cokelat muda itu. Ia tersenyum sebentar pada Benny dan melanjutkan, "Ayo Pak, kita ke lapangan. Sebentar lagi apel pagi akan dimulai."
Benny membalas senyuman Siska, gadis yang masih magang di kantornya itu memang seorang anak yang baik, tidak jarang ia menyapa dan mengajak berbincang Benny yang notabene seseorang yang dikucilkan di tempat mereka bekerja. Pengucilan yang sebenarnya tidak beralasan lantaran Benny yang hanya berpangkat golongan III/c padahal usianya sudah senior, dianggap tidak memiliki kredibilitas yang tinggi. Apalagi isu jika Benny adalah seorang penghutang, menjadikan rekan kerjanya menjauhi darinya karena takut untuk dimintai pinjaman uang.
Padahal yang sebenarnya adalah Benny memang seorang penghutang, akan tetapi ia hanya berhutang pada bank untuk kebutuhan putera-puterinya. Ia tidak pernah meminta uang ataupun berusaha meminjam uang pada orang lain karena nyatanya memang ia takut jatuh tempo yang dijanjikannya sendiri meleset dari perkiraan.
Sebenarnya orang lain tidak akan tahu jika bukan orang bagian keuangan yang mempublish namanya untuk pengajuan hutang. Namun entahlah, Benny sendiri tidak mengerti mengapa orang lain bisa menjudge dirinya sehina itu padahal apa yang ia lakukan bukanlah hal buruk yang dapat merugikan mereka. Tokh kalaupun ia berhutang di bank, gajinya-lah yang akan dipotong setiap bulannya, bukan gaji mereka.
"Iya, mari Mbak Siska," balas Benny seraya mengajak Siska untuk segera menuju lapangan kantor Dinas Pendidikan di Kota tempatnya tinggal.
*****
"Saya sudah memonitoring tiga puluh tujuh PKBM* yang berada di kecamatan Sekar Indah, Pak. Dan ini hasil monitoringnya," ucap Benny seraya menyerahkan tumpukan kertas berwarna putih ke Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah, Sandi Herlambang.
"Apa diantara ketiga puluh tujuh itu ada yang belum mengajukan ulang ijin operasionalnya, Pak?" tanya Sandi sembari menerima laporan bulanan yang diberikan Benny. Ia meletakkan begitu saja hasil kerja keras Benny selama sebulan ini tanpa memeriksa ataupun memberi arahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Happy Family [Completed]
General FictionDi usia yang memasuki masa senjanya, Benny Hariadi Pratama harus mendapati kenyataan bahwa keluarganya perlahan hancur berantakan. Anak-anaknya yang baik mendadak berubah jauh dari harapannya. Gio anak pertama yang seharusnya jadi panutan adik-adik...