Hari menjelang petang saat Gio bersama Bagus menginjakkan kakinya ke dalam rumah yang beberapa hari lagi akan berpindah tangan pada pembeli yang sudah berjodoh dengan rumah keluarga Benny. Keduanya saling melempar senyum konyol saat video call milik Gio yang masih terhubung dengan Bella, satu-satunya pacar Gio memperlihatkan gadis dengan poni berkibaran oleh hairdryer namun sang pemilik justru asyik memakan makanan pedas. Ujung-ujungnya bukan saja poninya yang harus dihairdryer, namun juga rambutnya yang tercelup kuah pedas.
"Gokil parah cewek lo, Bro. Ceroboh banget. Nggak nyangka gue, lo bisa tobat jadi playboy cuma gegara cewek seceroboh dia," ucap Bagus sembari terkekeh saat dilihatnya Gio sudah memutuskan video call-nya dengan Bella karena sang gadis belingsatan mencari air untuk mengguyur rambutnya.
"Ceroboh-ceroboh gitu, dia lucu tahu, Gus. Lo aja belum pernah ketemu langsung sama dia. Ntar deh gue kenalin lo sama cewek gue," jawab Gio acuh kembali menekuni layar ponselnya.
"Emang lo nggak takut cewek lo kepincut sama gue?"
Gio mengalihkan pandangannya ke arah Bagus. Dilemparkannya tatapan setajam silet pada lelaki bersweater cokelat itu yang menyengir padanya. "Wo..wo..wo.. Sabar bro, gue becanda kali. Lagian gue udah ada calon ini. Si Raya," ucap Bagus dengan menaik turunkan alisnya menggoda Gio.
"Sialan lo! Siapa juga yang mau jadi kakak ipar lo. Ogah!" sungut Gio sebal. Ia menulikan telinganya saat Bagus terus-terusan meledeknya karena pertobatannya dari dunia playboy yang selama ini digelutinya.
"Weitsss, bro, bro!" ujar Bagus tiba-tiba. Ia menepuk pundak Gio keras hingga Gio mendengus kesal.
"Apaan sih? Gue lagi chatting sama Bella nih," sahut Gio tak acuh. Ia masih terus saja menenggelamkan pandangannya pada layar handphone miliknya yang masih menyala.
"Si Fira dianter siapa tuh? Bukannya itu cowok yang dulu sempet kita cari-cari ya?"
Sontak kepala Gio mendongak sembilan puluh derajat. Manik matanya menangkap sepasang muda-mudi yang tengah memasuki halaman rumah Benny. "Brengsek!" umpat Gio keras seraya berdiri dan menerjang ke arah Gesha.
Bugh! Satu pukulan telak menyambut kedatangan Gesha dan Fira hingga Gesha tersungkur ke samping. Belum juga Gesha siap dengan respon Gio yang mendadak memukulnya, Gio sudah beralih mengungkung tubuhnya dan... Bugh! Pukulan Gio kembali menghantam wajah Gesha. "Berani-beraninya lo dateng ke sini setelah apa yang udah lo lakuin sama Fira, heh? Brengsek!" Gio terus menghajar Gesha. Keduanya kini bergulat di atas tanah yang kotor.
Tidak ada perlawanan yang berarti dari Gesha. Ia merasa memang sudah seharusnya ia mendapatkan pukulan bertubi-tubi itu mengingat sebegitu parahnya ia menyakiti wanita yang ia cintai--yang tengah berteriak histeris di sampingnya. Gesha hanya tidur terlentang menyambut pukulan demi pukulan yang diterima tubuhnya. Meski ia merasa seakan organnya tak berfungsi, namun ia tetap enggan membalas pukulan Gesha.
"Udah Bang, udah!" Fira berteriak histeris. Ia berusaha menarik tubuh Gio yang mengungkung Gesha di bawahnya. Wanita dengan dress berwarna biru itu menoleh dan berteriak, "hei, Bang Bagus! Bantuin kenapa sih?!"
Bagus tertawa mengejek. Ia hanya duduk di tempatnya sedari tadi tanpa berniat melerai Gesha yang tengah kesetanan. "Biarin aja, Fir! Biar mampus sekalian! Cowok nggak tahu diri kayak gitu harusnya udah lo buang ke laut! Napa masih lo piara aja sih?" jawab Bagus tak kalah berteriak. Jarak ketiganya yang sedikit jauh dari tempat Bagus duduk, membuat Fira dan Bagus saling berteriak untuk berkomunikasi.
"Mampus gundulmu! Bang Gio bakalan jadi pembunuh kalo sampai Gesha kenapa-napa!" teriak Fira pada udara kosong yang menjawabnya. Lalu saat ia merasa tidak mendapatkan bantuan dari Bagus, Fira pun kembali menarik kaus Gio dengan keras. "Berhenti, Bang! Aku nggak mau jadi janda dulu sebelum nikah! Abang mau punya keponakan yatim? Enggak kan? Jadi, please, stop it!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Happy Family [Completed]
Fiksi UmumDi usia yang memasuki masa senjanya, Benny Hariadi Pratama harus mendapati kenyataan bahwa keluarganya perlahan hancur berantakan. Anak-anaknya yang baik mendadak berubah jauh dari harapannya. Gio anak pertama yang seharusnya jadi panutan adik-adik...