Meisye berjalan menuju salah satu swalayan terbesar di kotanya. Ia tampak menyusuri setiap blok pasar modern itu untuk mencari bahan baku kue pesanan pelanggannya yang kebetulan stok di toko langganannya habis. Ia yang hari ini hanya pergi seorang diri tanpa pengawal-- anak-anaknya, merasa ada bagian hatinya yang kosong. Maklum saja, ia yang notabene seorang ibu rumah tangga yang hanya berkecimpung di dapur membuatnya jarang untuk bepergian, apalagi tanpa teman seperti ini.
Meisye tersenyum tatkala dilihatnya box-box camilan kesukaan Raya di tempat khusus makanan ringan yang dilewatinya. Ia mengambil dua box snack berbungkus warna ungu itu dan memasukkannya ke dalam keranjang yang ditentengnya.
Meisye terus berjalan dan berbelok tanpa hati-hati di ujung rak yang berada di persimpangan jalan. Hingga ia secara tidak sengaja menabrak seseorang yang juga tengah berjalan menuju arah yang berlawanan dengannya.
"Maaf, maaf," ucap Meisye sembari menunduk mengambil kemasan sabun cair yang sempat terjatuh karena kecerobohannya. Ia mengulurkan sabun itu ke arah pemilik yang juga seseorang yang ia tabrak tadi.
Pandangan kedua orang yang saling tabrak itupun bertemu. Seorang lelaki dengan wajah familiar menatap Meisye intens. Begitupun sebaliknya. Lalu saat tersadar bahwa lelaki itu adalah seseorang yang dikenalnya di masa lalu, ia pun membalikkan tubuhnya tanpa berkata apapun. Lelaki yang dua puluh tahun lalu sempat ia kecewakan dan ditinggalkannya karena sebuah kejadian yang juga tidak diinginkannya.
"Meisye? Kamu Meisye kan?" tanya lelaki itu yang kemudian mengejar Meisye yang langkahnya terhenti karena pertanyaan itu. Ia berharap lelaki itu tidak mengenalinya lagi. Namun ternyata ia salah. Lelaki itu justru berlari mengejarnya seolah-olah ada hal yang ingin ia tanyakan pada wanita berhijab biru dengan motif bunga-bunga itu.
"Ya? Maaf, anda siapa ya?" tanya Meisye menahan degup jantungnya yang tiba-tiba menggila. Ia berpura-pura untuk tidak mengenal lelaki yang pernah mengisi hari-hari remajanya dulu.
"Apa kamu sudah tidak mengenaliku, Mei? Apa aku berubah terlalu banyak?" Sorot mata kecewa menguar begitu saja dari mantan pacar Meisye dua puluh satu tahun yang lalu itu.
Meisye mengalihkan pandangan matanya. Ia tidak sanggup untuk menatap sorot kekecewaan yang mendalam dari lelaki berkemeja garis horizontal itu. "Maaf saya tidak mengenal anda. Permisi," pamit Meisye yang langsung dicegah Robby dengan tangan yang mencengkeram erat pergelangan tangan putih mulusnya.
Meisye menatap tajam Robby. Ia lalu menepis tangan besar dan hangat itu seraya berkata, "anda jangan kurang ajar ya, saya bisa teriak di sini. Saya sudah bilang saya.tidak.mengenal.anda." Meisye menekan setiap suku kata yang diucapkannya. Ia membuang wajahnya ke arah lain agar Robby tidak bisa lagi melihat wajahnya yang memerah.
Jujur, Meisye tidak akan bisa melupakan lelaki yang kini melihatnya dengan sendu itu. Bagaimanapun Robby adalah orang pertama yang mampu menembus relung hatinya dan seperti kata orang, cinta pertama tidak bisa dilupakan begitu saja. Meisye pun mengerti akan hal itu. Namun kenyataannya ia sudah memiliki Benny dan anak-anaknya. Ia harus bisa melawan getaran hati yang mulai muncul kembali saat Robby berada di depannya seperti saat ini.
"Aku terlalu mengenal kamu, Mei. Kamu menghindariku karena kamu tidak mau membahas masa lalu kita kan? Kamu tidak ingin mengulang semuanya hingga hati kamu yang masih untukku itu goyah untuk sekian kalinya. Iya kan?"
"Apa maksud anda?" Meisye bertanya dengan tatapan marah. Robby benar-benar keterlaluan jika saat seperti ini ia justru membahas masa lalu mereka.
"Jangan berpura-pura tidak mengenaliku lagi, Mei. Aku hanya ingin kita meluruskan kesalahpahaman kita dulu. Sumpah demi apapun aku tidak ada hubungan dengan Niken. Waktu itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Happy Family [Completed]
General FictionDi usia yang memasuki masa senjanya, Benny Hariadi Pratama harus mendapati kenyataan bahwa keluarganya perlahan hancur berantakan. Anak-anaknya yang baik mendadak berubah jauh dari harapannya. Gio anak pertama yang seharusnya jadi panutan adik-adik...