MOBILE LEGENDS

8.3K 222 0
                                    

Jakarta siang ini panas seperti biasanya. Matahari seakan angkuh di atas sana memancarkan sinarnya. Membuat para penghuni Bumi yang di jalanan pun kepanasan. Sampai beberapa para pengendara motor pun menggunakan jaket panjang dan celana panjang di sertai masker dan helm. Cuaca ini pula yang membuat Rania mengurungkan niat untuk pulang dan tetap di cafe milik Bintang yang baru beberapa bulan buka.

Setelah tabungannya cukup, Bintang memutuskan membuka cafe. Itu adalah keinginannya sejak dulu untuk membuka cafe, sebagai sarana nongkrong anak muda. Tempatnya begitu nyaman dengan ruangan ber-Ac, outdoor khusus perokok, spot khusus foto, makanan dan minuman enak dengan harga yang ramah kantong, hingga Wi-Fi yang kencang. Tak heran, cafe Bintang mulai di minati segala umur. Apalagi di hari Sabtu ini, meski siang pun beberapa pengunjung sudah mampir.

"Aduh bosan..." ucap Rania meletakkan handphonenya setelah cape bolak balik memainkan handphonenya tidak jelas. Biasanya hari Sabtu begini, Rania bermain dengan Kejora. Tapi, saat ini Kejora sedang bermain menghabiskan waktu dengan Om Meda yang baru pulang berlayar.

"Makanya pacaran," seloroh Bintang enteng sambil fokus bermain game di handphonenya.

"Ngga ah. Males. Nanti dapetnya kayak manusia laknat kemarin!" ucap Rania jengkel. Bintang tidak merespon. Ia benar-benar sibuk dengan gamesnya. "Gue telfon Siska aja lah," lanjut Rania.

"Dia lagi ngga bisa jawab telfon. Lagi banyak keluarganya main ke rumah dia," info Bintang.

"Lho kok lo ngga ikutan, Bin? Kan calon keluarga lo juga," tanya Rania.

"Udah sering gue ikut ngumpul sama keluarga Siska. Lagian kalo gue kesana, yang mantau disini siapa?" tanya balik Bintang.

"Ohya,"

Meski sudah membuka cafe, Bintang masih bekerja di tempat lama. Menyelesaikan masa tugasnya sampai akhir tahun ini. Kadang, ia meminta Siska, Om Meda atau Tante Hilda untuk memantau cafenya. Rania menolak ketika di minta tolong, karena dia tidak begitu paham dunia kuliner.

"Yah kalah!" ucap Bintang kesal lalu meletakkan handphonenya agak kencang.

Rania memperhatikan layar handphone Bintang. Ada tulisan Defeat disana. "Main apaan sih?" tanya Rania.

"Games online," jawab Bintang pendek. "Eh lo kenapa ngga main ini juga, Ran?" usul Bintang.

"Kayak gimana mainnya?"

"Ya biasa, ala mode tauran tapi lima lawan lima. Hancurin tower musuh,"

"Lha? Model DoTa?"

"Nah ya. Lo tau-tauan DoTa?" kaget Bintang.

"Tau. Mantan gue dulu ada yang suka main itu,"

"Siapa? Ardo?"

"Idih! Bukan! Adalah pokoknya,"

"Yaudah. Jadi gimana? Mau main ini?"

"Boleh deh coba," Rania mulai tertarik.

"Nih. Lo main lawan ai aja dulu. Heronya ya terserah kalo mau belajar dulu. Biasanya sih cewek pake Mage," jelas Bintang seraya memberikan handphonenya.

"Mage tuh apa? Yang mana??? Lawan ai tuh maksudnya apa?" tanya Rania bertubi-tubi. Kini handphone Bintang ada di tangannya.

Bintang pun menjelaskan dengan sabar dan telaten. Apapun yang di tanya Rania, di jawabnya dengan teliti. Termasuk cara arahan main.

YANG TERBUANG [LAST PART]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang