Resah karena hampir malam tiba tak kunjung mendapat kabar, akhirnya Rania menelfon Arga lagi. Entah telfon ke berapa kalinya. Bukan hanya menanyakan tentang Arga, tapi juga tentang Mile. Rania tidak bisa menghubungi orang tua Arga dalam situasi begini. Telfon tersambung, tapi tidak kunjung di angkat juga. Rania belum sempat menanyakan tentang foto itu. Rania berfikir akan menanyakannya nanti kalau Arga sedang ada waktu senggang.
Apa mungkin Arga dan Papanya berantem lagi? Apa mungkin Mile sedang ketakutan, sampai tidak bisa merespon? batin Rania dengan banyak pertanyaan.
TOK TOK TOK!
Pintu terketuk dan Mama membuka pintu kamar Rania.
"Lho, Ran? Belum tidur?" tanya Mama melihat Rania yang masih terjaga dan sedang menatapnya. Mama pun menghampirinya.
"Rania belum ngantuk, Ma. Lagi nunggu kabarnya Arga," jawab Rania.
Mama duduk di tepi ranjang. "Nunggu kabar Arga? Memang seharian dia ngga ada kabar?" tanya Mama.
Rania terdiam. Ia memikirkan jawaban lain. Ia tidak bisa jujur tentang Arga yang memang tidak ada kabar sejak siang.
"Ada kok, Ma. Ngga ini tadi katanya mau makan dulu. Tapi sampe jam segini belum chat lagi. Ketiduran kayaknya," bohong Rania.
"Iya. Mungkin Arga ketiduran. Jadi ngga ngabarin kamu," jawab Mama. "Kamu udah minum obat?" tanya Mama kini.
"Baru tadi jam sembilan Rania minum,"
"Kok jam sembilan? Kan harusnya jam delapan?"
"Maaf, Ma. Rania lupa,"
Mama tersenyum. Mengelus rambut putrinya. "Yaudah. Cepet tidur ya. Udah jam sepuluh. Sama dokter kan ngga boleh begadang," Mama mengingatkan.
"Iya, Ma. Sebentar lagi juga Rania pasti ngantuk," ucap Rania membalas senyuman Mama.
"Yaudah. Mama tidur dulu ya," pamit Mama dan di saut anggukan Rania. Mama mencium kening Rania dan keluar dari kamar Rania.
"Maafin Rania, Ma. Rania bohong. Rania bukan lupa minum obatnya, tapi emang sengaja Rania telatin minum obatnya. Soalnya kalo Rania minum jam delapan, Rania akan dua jam lebih cepat tidurnya. Jadi Rania telatin minumnya sejam biar dapat kabar dari Arga," ungkap Rania merasa bersalah.
Penungguan Rania pun membuahkan hasil. Arga menelfonnya dan Rania segera menjawabnya.
"Halo, Ran? Kok kamu belum tidur?" tanya Arga.
"Kamu kemana aja ngga ada kabar? Kamu dimana sekarang?" tanya balik Rania tidak menjawab pertanyaan Arga.
"Aku di rumah sakit dari tadi sore. Milea... kecelakaan, Ran.." jawab Arga.
"Hah!!? Kecelakaan!!?? Gimana ceritanya??? Kamu kenapa ngga ngabarin aku!?" tanya Rania kaget dan panik.
"Aku ngga bisa ngabarin kamu langsung karena aku urus Milea disini. Aku ngga tau gimana kronologi kecelakaannya, yang jelas tempat dia kecelakaan ngga jauh dari tempat aku nongkrong. Aku denger ada bunyi kenceng kayak ketabrak gitu. Terus ngga lama orang-orang pada kesana, aku juga ikutan liat. Ngga taunya Mile yang ketabrak. Maafin aku, Ran.. ngga bisa langsung ngabarin kamu.." jelas Arga yang tidak di sadarinya mengungkap sesuatu.
Rania terdiam. Arga kemarin bilang tidur siang.. sekarang nongkrong. Tapi, sekarang bukan waktunya berdebat.
"Kamu sendirian disana? Sama siapa?"
"Sama Mama. Papa ngga tau kemana. Tadi disini. Begitu liat Mama langsung pergi lagi,"
"Ya Tuhan... yaudah kamu jagain Mile dulu. Kabarin ya kalau ada apa-apa. Maaf aku spam chat sama telfon terus,"
"Ya ngga papa, sayang,"
"Oh ya, Ar. Mile ada ngomong ngga tentang sesuatu?"
"Tentang apa?"
"Ng... itu... tentang cara pengobatan Papamu,"
"Maksudnya gimana?"
"Gini lho, Ar. Aku tau sih ini mungkin ngga masuk akal. Tapi ya gimana ya.. kita coba aja dulu minta tolong ke pemuka agama. Entah Papa dibawa kesana atau kamu bawa pemuka agama ke rumah, ya terserah. Yang jelas bisa nyembuhin Papamu. Kita kan belum tau kenapa Papamu bisa begitu. Tau-tau tempramen begitu padahal dulu ngga. Mile juga bilang hawa rumah jadi panas sejak Papa Mama kalian berantem," jelas Rania.
Arga terdiam. Mungkin menimang saran Rania.
"Gimana?" tanya Rania meminta kepastian dari Arga yang terdiam.
"Yaudah kalo gitu. Besok aku ke pemuka agama yang biasa Papa datengin kalo lagi ada acara keagamaan. Makasih ya, sayang, buat sarannya,"
"Sama-sama, sayang. Makasih udah nerima saranku,"
"Ya, sayang. Yaudah kamu istirahat ya,"
"Ya. Kamu juga kalo bisa istirahat, istirahat ya. Baik-baik, Ar. Malam,"
"Ya, sayang. Kamu juga. Malam,"
KLIK.
Telfon tertutup. Rania menghela nafas berat begitu tau penjelasan dari Arga. Entah ada apa dengan keluarga Arga, hingga mereka mendapatkan cobaan bertubi-tubi secara langsung. Syukurnya, Rania pun mengurungkan niatnya untuk menuntuk penjelasan dari foto yang ia dapatkan dari Mile. Rania akan menunggu waktu yang tepat untuk menanyakannya.
Rania meletakkan handphonenya di meja kecil tepat di sisi kanan badannya. Memejamkan mata yang mulai mengantuk dan hitungan detik ia terlelap di tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TERBUANG [LAST PART]
Romance[BACA PART II DAHULU] Setelah lama menjomblo karena trauma akan laki-laki, Rania justru jatuh cinta kepada Arga. Cowok cuek yang di kenalnya via media sosial karena sebuah game. Sadar akan kesalahan fatalnya di masa lalu, Rania memutuskan untuk menj...