Arga tak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak ke Bogor. Ia pun langsung memesan tiket pesawat pagi dari tempat tinggalnya, Malang menuju Bogor. Turun di Airport Soekarno-Hatta, ia langsung ke Bogor menggunakan jasa mobil pribadi online menuju rumah Rania.
Mama yang mengetahui kedatangan Arga pun menyambutnya dengan perasaan sedih yang di sembunyikan. Setelah Arga salim dan berbasa-basi sebentar dengan Mama, ia menghampiri Rania yang duduk di ruang tamu. Kali ini, Rania mengalami kemajuan berkat obat dari dokter. Rania tidak selinglung kemarin. Ia sudah bisa di ajak berkomunikasi. Bahkan sudah bisa tersenyum dan tertawa kecil.
"Rania.." ucap Arga memandang kondisi Rania dan memegang tangannya. Mengelus rambut tunangannya yang kondisinya berbeda dengan yang ia lihat, saat pertunangan mereka. Tidak ada khas wajah ceria dan suara riangnya. Bersifat biasa seperti orang-orang yang di kenal Arga pada umumnya.
Rania tiba-tiba menangis, kemudian memeluk Arga. "Argaaa... aku takut.. takut... suara-suara itu.. wajah-wajah seram itu. Mereka seakan berusaha deketin aku," ungkap Rania menyembunyikan wajahnya di dada Arga sambil terisak.
Arga memeluknya dan menenangkannya. "Ssshh sssh.. tenang, Rania. Itu cuma halusinasimu. Suara itu ngg ada.. mereka ngg ada.. ngga nyata," ucap Arga sambil mengelus punggung Rania dan mengelus kepala Rania.
Mama datang ke ruang tamu dan membawakan baki yang di atasnya ada secangkir gelas berisi minuman segar. Kemudian melihat Rania yang memeluk erat Arga.
Beberapa menit kemudian, Rania melepaskan pelukan. Menengadahkan wajahnya menatap Arga. Menatap wajah Arga dan perlahan ia tertawa kecil.
"Ran.. ran.. Raniaaa..!" panggil Arga menepuk lengan Rania. Lalu mengguncangkannya kecil.
Mama pun langsung memegangi Rania dari belakang. Seakan tau apa yang selanjutnya terjadi. Wajah Mama yang sudah sedih sejak kemarin, kini bertambah cemas.
Tawa kecil Rania kini berubah tangisan pilu dan berakhir teriakan. Ia meronta-ronta.
"NGGA MAAAUU!!! LEPASIIINNN!!! LEPAAAASSSSS!!!" teriaknya meronta yang langsung di tahan Mama dan Arga dengan sigap. Lagi-lagi mengundang tetangga datang ke rumah mereka dan membantu menenangkan Rania.
Tidak ada pilihan lain. Mama kembali membawa Rania ke rumah sakit bagian poli kejiwaan, yang kini di temani Arga. Dokter pun menyarankan Rania di rawat di bagian kejiwaan selama seminggu. Walaupun harusnya sesuai prosedur ke esokannya Rania baru bisa masuk ruang perawatan, namun hal ini tak bisa di tunda. Dengan berat hati, Mama mengiyakan. Entah memang sudah firasat atau bagaimana, syukurnya Mama membawakan tas berisi pakaian dan perlengkapan lain Rania. Seakan tau putrinya tidak akan di rumah dalam beberapa hari ke depan.
Ruangan pius. Adalah tempat perawatan Rania memulihkan kejiwaannya. Berisikan kamar, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dan ruang olahraga berisikan peralatan olahraga. Seperti tenis, bulu tangkis, sepak bola, dan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TERBUANG [LAST PART]
Romance[BACA PART II DAHULU] Setelah lama menjomblo karena trauma akan laki-laki, Rania justru jatuh cinta kepada Arga. Cowok cuek yang di kenalnya via media sosial karena sebuah game. Sadar akan kesalahan fatalnya di masa lalu, Rania memutuskan untuk menj...