28 / 1

5.9K 637 13
                                    

Aku rindu, kalian juga gak?

Enjoy Hiraeth🌻

*******

Kayla

Cewek-cewek tuh emang gak kelar-kelar ya hebohnya kalo udah menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan. Secara ya kan segala sesuatu tentang pernikahan itu selalu identik dengan kata-kata "IIIIIH BAGUS BANGET!! IIIIH LUCU BANGETT! IIIIH IRI DEH SAMA KALIAN!!! CUCOK BANGET SERASIH SAMPAI MATIH!"

Dan kata-kata itu yang selama seharian ini gak henti-hentinya gue dengar karena setiap orang yang dateng buat ketemu sang calon pengantin wanita pasti mengatakan kata-kata yang sama, apalagi setelah melihat cincin yang melingkar cantik di jari manis Tisha.

"Gue rasa nanti kalo lo merit sama Ando, hadiah lo bakalan lebih banyak dari hadiah yang didapetin Tisha."

Gue menoleh ke arah Fey yang sedang membereskan hadiah Tisha yang sampai tumpah-ruah ke meja gue dan Fey.

"Seruangan ini bisa penuh kali Kay, yakin banget gue!" lanjutnya dan membuat gue tertawa.

"Serumah sakit penuh sama kado gue!" balas gue.

"Betewe si calon manten kemana nih?" tanya Fey dan gue mengendikkan kedua bahu gue sebagai tanda kalau gue gak tahu kemana Tisha.

"Kemarin lo ke pertunangannya Tara gimana? Lancar tanpa tangisan?"

Gue langsung menoleh ke arah Fey dan memukul lengannya cukup keras.

"Awww! Kok gue dipukul sih Kay?"

"Ya elo lagian masih aja ngungkit-ngungkit Janu, gak enak kalo didenger sama orang lain, Janu kan udah sama Tisha sekarang," jawab gue.

"Ya tapi kan gue sebagai sohib lo mau tahu gimana perasaan lo yang sesungguhnya sekarang ke si Tara."

Gue kembali menatap Fey yang sedang menanti-nanti jawaban gue.

"Lo tahu Fey? Gak pernah terlintas di pikiran gue kalo gue akan ikut bahagia melihat Janu sama cewek lain," jawab gue sambil memainkan sebuah salah satu kotak kecil yang ada di tumpukan hadiah milik Tisha.

"Tapi, gue salah, karena sepanjang acara kemarin gue merasa bahagia, gak cuma karena gue bahagia melihat Janu bahagia, tapi juga karena gue pun merasakan kebahagiaan yang sama dari Ando," lanjut gue sambil tersenyum lalu menatap Fey yang balas menatap gue dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Gak usah pake nangis deh, Fey! Udah lewat masa-masa nangisnya!" komentar gue ketika melihat air mata mulai membasahi pipi Fey.

"Ini tangisan bahagia dan lega kok, bukan tangisan kesedihan!" balasnya sambil menghapus air matanya.

Gue tertawa dan menepuk-nepuk tangan Fey.

"I'm okay, Fey. I really am," ucap gue dan Fey langsung membawaku ke dalam pelukannya.

"Glad to hear that, Kay," balasnya.

Gue tersenyum sambil mengeratkan pelukan gue pada Fey.

"Eeeeh ada perayaan apa nih sampai peluk-peluk begitu?"

Gue dan Fey menoleh bersamaan ke arah pintu ruang dokter yang masih terbuka dengan Tisha yang berdiri di depannya.

"Eh, Sha, dari mana aja? Itu tadi banyak yang nyariin, mau kasih selamet," kata Fey sambil menunjuk hadiah-hadiah yang sudah ia rapikan di meja Tisha.

"Oh tadi abis ada urusan sebentar," balasnya. "Thanks ya, Fey," lanjutnya seraya tersenyum.

"Sha, lagi sakit?"

Hiraeth.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang