38

6.4K 616 16
                                    

Ini masih konflik tapi entah kenapa aku nulisnya lega sekali:") semoga kalian juga merasakan kelegaan yang aku rasakan ya:""")

Jangan lupa taburan bintang dan komennya!

Enjoy Hiraeth🌻🌻

*******

Kayla

"Eh, itu bukannya Kayla?"

"Ya ampun! Ngapain sih dia di sini?"

"Jadi Ando ngomong gitu sengaja karena dia ada di sini?"

"Gak rela! Gue gak rela kalo Ando sama dia!"

"Masa sih Ando mau nikah sama dia?"

Gak bisa gue cegah, senyum di bibir gue muncul begitu mendengar pertanyaan dari penonton lain yang mulai berbisik-bisik dengan suara yang cukup keras sampai bisa gue denger.

Senyum seolah mengiyakan pertanyaan mereka.

Masa sih Ando mau nikah sama gue?

Emang sih Ando udah pernah bilang kalo dia mau serius sama gue, tapi.... gue rasa ini bukan momen yang pas buat dia untuk menyuarakan keinginannya ke depan.

Apalagi....

Oh shit.

Kenapa gue harus mikirin perasaan orang lain mulu sih di kala perasaan gue aja lagi hancur lebur begini?

Gue menoleh ketika seseorang menepuk pundak gue pelan dan mendapati seorang pria berbadan kekar tengah berdiri di belakang gue.

"Mbak Kayla, mari ikut saya, Mas Ando menunggu di backstage."

Gue menelan saliva gue berkali-kali sebelum mengangguk mengiyakan ajakan pria tersebut.

Dag dig dug...

Gue ke sini memang niatnya mau ketemu Ando, tapi mungkin efek udah lama gak ketemu, udah kangen banget banget banget, dan...

Udah gak sabar mendengar jawaban darinya, membuat gue keringat dingin seperti sekarang.

Gue berkali-kali mengusap telapak tangan gue ke celana jeans yang gue kenakan karena keringetan terus sejak tadi.

Dan langkah gue seketika terhenti ketika melihat Ando tengah duduk di hadapan seorang wanita yang sepertinya tengah mewawancarainya.

Air mata gue yang emang udah cetek dari dulu, langsung merebak begitu melihat wajahnya.

Gue masih terdiam di tempat gue berdiri dan makin gak bisa bergerak begitu tatap mata gue bertemu dengan milik Ando.

Dan detik-detik selanjutnya gue lalui dengan memperhatikan Ando yang langsung melangkah cepat keluar ruangan dan menghampiri gue.

Dan ketika tangis gue pecah, ketika itu juga gue kembali merasakan peluknya.

"Kay...," panggilnya lirih seraya mengeratkan pelukannya.

Gue gak menjawab panggilannya karena gue sibuk mengatur napas gue yang megap-megap karena tangis gue yang semakin menggila.

"Udah udah... aku di sini..."

Ini Ando bisa diem gak? Makin banyak kata yang dia omongin, makin deres tangis gue.

Sebut gue lebay, gak peduli gue.

Sejujurnya gue juga gak ngerti kenapa gue begini. Gue gak pernah sebelumnya kayak gini. Bahkan waktu sama Janu aja gue gak pernah nangis mewek kayak gini kalo ketemu lagi setelah ditinggal lama karena dia pergi dinas kemana gitu.

Hiraeth.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang