50 / 1

8.1K 612 29
                                    

Ando

Meski gue diomelin habis-habisan oleh Eri karena keputusan sepihak gue buat pulang secepatnya ke Jakarta, gue gak peduli, dan meski udah mengomeli gue, Eri pun sadar kalo gue emang harus pulang.

Istri gak ada di rumah tapi tiba-tiba ada di rumah abangnya tanpa bilang apa-apa sama lo, ya kali gak disusul?

Kecuali ya, kecuali gue tahu penyebab Kayla nginep di rumah kakaknya, tapi ini kan... men... jangan bilang kalo cuma gue yang gak tahu alesan kenapa Kayla nginep di rumah Mas Daffa? Shit.

Turun dari pesawat, gue langsung menuju ke gerbang kedatangan dan berjalan ke barisan taksi yang tersedia.

Gue menyebutkan alamat rumah Mas Daffa kepada supir dan sejurus kemudian mobil yang gue tumpangi langsung beradu dengan aspal jalanan.

Di sepanjang perjalanan gue sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan kenapa Kayla minggat. Tapi dari kemungkinan-kemungkinan yang muncul itu, gak ada yang sampe fatal banget yang ujungnya bisa membuat Kayla minggat.

Untungnya jalanan belum menunjukkan tanda-tanda kemacetan sehingga gue bisa sampai di rumah Mas Daffa dalam waktu yang cukup singkat, tapi tetep aja gue rasa itu sangat sangat lama karena efek perasan gue yang lagi kalut.

Dengan langkah besar gue memasuki halaman rumah Mas Daffa dan sebelum gue sampai di pintu, pintu rumah itu tiba-tiba terbuka dan memunculkan wajah Mbak Naora di baliknya.

"Ando, kamu udah-,"

"Kayla mana, Mbak?" ucap gue memotong kata-kata Mbak Naora. Gak ada waktu buat basa-basi.

"Di dap-,"

Gue langsung masuk ke dalam rumah Mbak Naora meskipun sang empunya rumah belum mengizinkan gue untuk masuk, tapi bodo amat karena gue udah gak sabar buat ketemu istri gue.

Dan langkah gue langsung terhenti ketika melihat Kayla yang tengah asik bersenandung kecil sambil memasak sesuatu.

Napas gue tercekat.

She's fine...

Dia sangat baik bahkan bisa bersenandung kecil di saat gue sejak semalam gak bisa tidur karena rungsing mikirin Kayla yang gak bisa gue hubungi.

"Kenapa kamu di sini? Kenapa kamu gak di rumah?" Kata-kata gue langsung membuat Kayla kaget sehingga dia langsung membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan gue.

Gue menghela napas. Gue mulai memerhatikan tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan yak, dia baik-baik aja.

Gue lega, tapi kelegaan yang gue rasakan gak lantas menghilangkan emosi yang udah terlanjur meningkat drastis.

"Do, kok kamu di sini?" tanyanya masih dengan mimik terkejutnya.

"Jawab dulu pertanyaanku."

Wow. Gue ketus banget, lebih ketus daripada yang gue bayangkan.

"Kamu tenang dulu ya, aku bisa jelasin kenapa aku di sini," ucapnya sambil berjalan mendekat ke arah gue.

"Oke, jelasin," balas gue, masih dengan nada ketus yang sama.

"Oke, tapi gak di sini."

Gue menaikkan sebelah alis gue. "Kay, plis, jangan nunda-nunda waktu bisa gak? Aku tuh... ngeliat kamu baik-baik aja di depan aku masih ngebuat aku khawatir, paham gak? Jadi tolong, Kay...," balas gue.

"Do sumpah aku akan jelasin semuanya tapi gak di sini juga... aku gak enak sama Mbak Naora..."

Gue menghembuskan napas gue, gusar. Gue menoleh dan mencari-cari keberadaan Mbak Naora, tapi nihil, Mbak Naora gak ada.

Hiraeth.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang