41

6.9K 653 15
                                    

Jangan lupa taburan bintang dan komennya!

Enjoy Hiraeth🌻

Dan selamat melepas rindu dengan Daffa-Naora karena di part ini mereka banyak mengambil bagian😊

******

Kayla

Acara pernikahan emang selalu sukses membuat gue terharu. Tapi berhubung acara pernikahan kali ini adalah acara sakralnya kakak tersayang gue, gue jadi ekstra terharu. Gak bisa berhenti nangis lebih tepatnya.

Ngeliat Mas Daffa gue nangis, ngeliat Mbak Naora gue nangis, ngeliat mereka bersanding di pelaminan gue nangis, nangis mulu pokoknya gue.

Saat pertama kali dikenalkan ke Mbak Naora, gue sama sekali gak ada ketakutan kalau kakak gue akan berubah sikapnya ke gue setelah pernikahan nanti, karena kesan pertama gue ke Mbak Naora emang baik banget sih. Di luar kenyataan kalau kakak gue cinta banget sama dia, Mbak Naora emang seramah, sebaik, dan sepenyayang itu.

Dan itu yang semakin membuat gue gak bisa berhenti menangis haru hari ini.

"Mbak cantik gak?"

Gue menghentikan gerakan gue merapikan ekor gaunnya dan menoleh ke arah Mbak Naora yang sedang tersenyum ke arah gue.

"Pertanyaan yang gak perlu ditanyakan lagi tahu, Mbak," jawab gue dan dia tertawa.

"Jadi aku cantik?"

Gue langsung mengangguk antusias, "Pake banget," jawab gue lagi.

"Kamu udah bilang ke Ando soal jawaban kamu?"

Pertanyaan Mbak Naora kali ini membuat gue terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng pelan.

"Lho kok belom?"

"Nanti aja Mbak, kalo ketemu langsung, enakan kalo ketemu langsung," jawab gue sambil tersenyum ke arahnya.

"Oooooh gitu, berarti sekarang bisa dong?"

Gue mengernyitkan dahi, bingung dengan apa maksud perkataan Mbak Naora.

Sekarang? Sekarang kan...

Gue langsung merinding disko ketika merasakan kalau pinggang gue sudah dilingkari oleh tangan seseorang, dan ketika gue menoleh, panik gue bukannya langsung ilang tapi makin bertambah, plus malu plus bingung, plus campur aduk pokoknya.

"Bilang apa Mbak Naora?"

Gue masih menatap wajahnya yang hanya berjarak beberapa senti dari wajah gue.

Ini.... beneran dia?

"Kamu tanya aja langsung ke orangnya, Do," jawab Mbak Naora dan pemilik wajah di hadapan gue ini langsung menolehkan wajahnya ke arah gue dan sontak gue memundurkan kepala gue karena kalo enggak.... bibir gue sama dia bisa tabrakan coy.

"Kay, kamu kaget banget ya? Hahahaha," ucap Mbak Naora dan gak gue gubris karena gue masih sibuk meyakinkan diri gue kalo orang itu adalah...

"Ini aku, Kay, kamu gak lagi mimpi dan aku juga gak lagi mimpi."

Gue mengedipkan mata gue berkali-kali untuk mengecek kalau mata gue gak salah liat. Dan semakin lama gue liat, gak ada celah lagi buat keraguan di hati gue kalau yang sedang memeluk pinggang gue adalah orang yang baru aja gue omongin sama Mbak Naora dan ketika menyadari kemungkinan Ando denger omongan Mbak Naora, gue langsung melepaskan diri dari pelukannya.

"Kamu denger apa yang aku omongin sama Mbak Naora?" tanya gue, mampus panik gue kelihatan banget.

Ando menoleh ke arah Mbak Naora lalu kembali ke gue kemudian menggeleng pelan, "Enggak, emangnya kamu ngomongin apa sama Mbak Naora?" tanyanya dan gue langsung lega.

Hiraeth.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang